Mohon tunggu...
Kuntum Khaira Ummah (19170038)
Kuntum Khaira Ummah (19170038) Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Pribadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya seseorang yang ingin belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ayo Mengenal Teori Pengajaran Inkuiri

16 April 2020   02:34 Diperbarui: 16 April 2020   02:38 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berpikir secara kritis sudah popular atau telah menjadi tren dan juga pusat perhatian yang utama dalam pembelajaran dan bahkan dLm otoritas kurikulum pada beberapa negara maju sudah mencantumkan keterampilan berpikir kritis dalam kurikulumnya sebagai tujuan dari pembelajaran. 

Di Indonesia, pada Kurikulum 2013 telah mencantumkan tujuan dari pembelajaran yang merupakan salah satunya mengarahkan peserta didik untuk dapat berpikir secara kritis. Berpikir kritis merupakan jenis berpikir yang akan melibatkan peserta didik secara aktif dalam memecahkan suatu masalah yang mereka jumpai, dalam merumuskan suatu kesimpulan, dalam memprediksi sesuatu, dan juga dalam membuat sebuah keputusan.

Berpikir kritis sudah menjadi suatu bagian yang sangat penting sebagai salah satu tujuan dari pembelajaran dalam Kurikulum 2013 di Indonesia, sehingga mahasiswa yang sebagai seorang calon guru memiliki fungsi yang strategis dimana setelah mereka menjadi guru mereka harus mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis pada siswanya. 

Namun, ada hal yang menjadi kenyataan berdasarkan beberapa kajian yang sudah dilakukan tentang berpikir kritis menemukan bahwa kebanyakan dari mahasiswa pada perguruan tinggi kurang memahami bagaimana konsep dari berpikir kritis ini, walaupun secara tidak sadar mereka sebenarnya sudah berpikir secara kritis dalam beberapa hal saat proses belajar mengajar dilaksanakan. 

Dilain sisi juga terjadinya kendala yaitu dari dosen, adanya dosen yang juga kurang memahami bagaimana cara mengajarkan keterampilan dalam berpikir kritis dalam desain modul pembelajaran. (Saiful Prayogi: 21-22)

Kebanyakan dari guru dan juga dosen, mereka percaya jika dengan mengembangkan pemikiran secara kritis pada peserta didik adalah hal Utama yang sangat penting namun jika demikian sangat sedikit yang mempunyai ide bagaimana cara mengajarkannya, padahal mengajarkan pengajaran dengan berpikir kritis sangatlah penting.

Oleh karena hal tersebutlah, mengapa metode pengajaran aktif berbasis inkuiri atau ABI sangatlah penting. Karena dari metode ini para peserta didik di tuntut untuk berpikir secara kritis dan dapat mengembangkan kekreatifitasan dari dalam diri mereka masing-masing.

Tidak hanya bagi peserta didik, tetapi para tenaga pengajar seperti guru maupun dosen juga harus memahami bagaimana metode inkuiri ini untuk dapat mengajarkan pada mereka dan juga untuk dapat memancing cara berpikir pada peserta didik mereka dapat berpikir secara kritis dan juga dapat memancing keluar kreatifitas dari peserta didik. Disini peserta didik dituntut untuk aktif dan mandiri, lebih banyak melibatkan dari pihak para peserta didik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun