ya Allah, aku tawakal selama Engkau memberikan kekuatan pengendalian bathin dan jiwa ini. engkau maha sabar terhadap ciptaanMu, maka berikanlah padaku kemampuan untuk "menangkap" hikmah dari kebesaranMu. melalui hikmah itu terbukalah bagiku jalan dari titik kedukaan menjadi keimanan yang berbuah kebahagiaan. Dan aku nisbat-kan segala hal yang buruk yang menimpaku dikarenakan kelalaianku sendiri atas semua perintahmu ya rabb
suatu sore istriku menghampiri sambil berkata "pah,.. aku harus cek up deh...". emang,.. kenapa de? aku membalas nya dengan pertanyaan. istriku tidak menjawab pertanyaanku, hanya terlihat sebersit wajah khawatir tergambar dari rautnya, sambil menelungkupkan tangannya didada. dirasakan ada benjolan sebesar telur di payudara.
singkat cerita kami akhirnya mendatangi klinik faskes 1 untuk meminta rujukan dokter ahli bedah di rumah sakit kawasan karawaci. dari observasi, scan Mamae dan pemeriksaan lainnya ditemukan Tumor di payudara istriku. setelah berbicara panjang lebar dokter menyarankan pengangkatan melalui pembedahan.
sebagai pasutri kami termasuk yang memiliki konsern terhadap kebersihan, kesehatan bahkan sering berolah raga berdua untuk menjaga kesehatan. kami juga alergi terhadap hal-hal yang berbau rumah sakit. diagnosa ini merupakan bantingan, pukulan dalam perjalanan kehidupan kami. dibawah sadar kami menolak kenyataan ini.
menolak vonis, kami putuskan untuk mencoba mencari dokter lain sebagai upaya banding, mendapatkan second opinion. dirumah sakit yang sama tentunya dengan biaya sendiri. bukannya meringankan kekhawatiran, dokter ahli bedah kedua menyampaikan pernyataan : "penyelesaian permasalahan  (tumor) ibu harus dengan pisau bedah di meja operasi"...
"ya Allah..." aku bergumam sambil menghembuskan nafas... Â aku tidak tega dan ikut merasakan kekhawatirian istriku. 30 tahun mengenalnya, dan sangat memahami sifatnya aku ikut terpukul. pahit manis berjuang bersama pasang surut rumah tangga sudah dilalui. dan... kenyatan ini sangat menekan dan membuat kami khawatir. di usia kami (istri 48 dan aku 50 tahun) engkau hadapkan kami pada kenyataan ini. terakhir aku berurusan dengan meja operasi adalah saat harus mengurus bedah operasi ibundaku tahun 2020 dan itulah yang akhirnya merenggut ibu dari sisi kami. aku sangat membeci hal-hal yang berbau rumah sakit, operasi. Â trauma kehilangan orang terkasih belum hilang sampai saat ini.
ogah menyerah, kami mengunjungi Rs.Dharmais sebagai langkah pamungkas. kami kompak melawan kenyataan, bahkan dalam otaku sudah terbentuk peta rencana dan skenario untuk bagaimana mencari solusi menghadapi kondisi istriku. dari yang rasional, spiritual, holistik, medis maupun herbalist.
Rumah sakit Dharmais. seumur hidup ini kali kedua aku mengunjunginya. awal dulu waktu menjenguk famili, yang terkena cancer tahun 2014 dan sekarang langsung mengantar istri untuk berobat. ratusan kali melewati komplek rumah sakit ini ketika masih aktif bekerja baru ini harus berurusan berkunjung untuk urusan kesehatan pribadi. walaupun cukup bagus, kategori tingkat pelayanan tinggi dengan akreditasi sempurna, aku setengah "melayang" mendatangi fasilitas ini. menggandeng tangan istriku aku masuk loby dan diterima oleh staf Rumah sakit yang ramah, informatif sangat membantu. bahkan beliau (yang sudah cukup usia) mengantarkan kami meninggalkan pos tugasnya hanya untuk memastikan kami mendatangi dokter yang tepat untuk kasus istri saya. Â dokter ahli bedah onkologi. pelayanan yang prima, tutur kata yang mengayomi dan informasi yang jelas, sangat menurunkan ketegangan dan kekhawatiran kami. kami apresiasi atas pelayanan rumah sakit ini.Â
dengan sabar dan penuh perhatian dokter ketiga rumah sakit Dharmais memberikan penjelasan yang menyeluruh dari A sampai Z terkait sakit yang diderita istri saya. termasuk juga menjelaskan plus-minus segala tindakan dan resiko yang perlu disiapkan untuk dihadapi. Penjelasan dokter ahli bedah onkologi ini menuntaskan pemahaman kami yang tetiba dipaksa menjadi peneliti partikelir dengan banyak melahap berbagai artikel informasi terkait Kista-Tumor-Cancer dari berbagai literatur.
cukup sudah. dalam perjalanan pulang kami berdiskusi dan sedikit memiliki kekuatan untuk menerima keputusan atas kenyataan yang dihadapi. setengah menyerah akhirnya istri memutuskan akan menghadapi saja keputusan dengan pisau bedah diatas meja operasi. kami merapihkan berbagai dokumen insiasi operasi yang memang sebelumnya sudah disiapkan awal di rumah sakit Karawaci. hasil cek laboratorium scan mamae, surat rujukan operasi sudah siap. tinggal cek jantung dan mamography yang masih perlu dilakukan sebelum operasi.Â
total waktu 2 minggu kami wara-wiri dari kegiatan awal diagnosa di rumah sakit karawaci, mendapatkan second opinion sampai terlempar ke rumah sakit Dharmais. dalam masa dua minggu itu yang kami lakukan adalah merubah secara radikal beberapa hal yang biasanya menjadi pola hidup kami. kami stop makan Gorengan dan kopi sachet. sebelumnya bertahun-tahun lebih hampir tiap pagi kami sarapan itu di kedai depan kantor istri sambil menunggu jam masuk kerja istri.
kedua yang kami lakukan, stop /kurangi Gula putih. ketiga kemudian ini yang kami rasa ada andil dalam merubah keadaan yang menjadi ujung cerita tulisan ini. setiap pagi saya mulai merebus 5 gram daun sirsak kedalam air mendidih sebanyak 700 cc yang direbus waktunya 15 menit. kemudian kami minum sebagai teh. cukup segar rasanya, selebihnya di bawa dalam termos kecil untuk diminum istri siang hari di kantor. hampir setiap malam menjelang tidur selama 2 minggu istri mengkonsumsi satu buah naga langsung tanpa di jus, diselingi buah Jeruk, alpukat dan  Sirsak. selang dua -tiga hari saya membuatkan istri rebusan jahe merah pekat disaring, disiram perasan setengah jeruk lemon yang sudah rutin kami beli dan konsumsi sebagai campuran nge-teh yang menjadi hobby saya.Â
tambahan tiap malam lepas jam 12 Â kami bangun sholat malam memendamkan kepala kami dalam sujud kepada sang "Maha berkehendak" pasrah atas ketentuanNya. jika memang ini takdirNya.. maka "Jadilah..." Â apa daya kami? kami pasrah sepasrah-pasrahnya atas ketentuan Engkau ya Allah...
tambahan cerita, jauh sebelum diagnosa tumor, istri saya di diagnosis Kista dirahimnya. besaran 5 dan 7 centi. namun dengan theraphy pantangan makan dan pengaturan Hormonal oleh dokter kandungan, kista itu mengecil dibawah 1 cm sampai 0,7 cm. pantangannya adalah : santan, Kuning telur, minyak goreng, kulit ayam, tepung, Gula, seafood. sumber karbo dihindari, beras diganti beras merah atau kentang atau quaker. alhamdulillah terhindar dari operasi. kejadian ini selang 7-8 bulan sebelum diagnosa Tumor.
minggu ketiga satu hari sebelum menghadap dokter ahli bedah rumah sakit karawaci kami menuntaskan kepenasaran kami. dengan mendatangi dokter onkologi rekomendasi teman. terletak di bilangan BSD sektor I.4. dari pertemuan diketahui dokter ini lulusan kedokteran salah satu universitas di Sumatera. namun beliau melanjutkan pendidikan dan menuntaskannya di Jerman.Â
Beliau sudah sangat sepuh namun terlihat segar, dan clear dalam berbicara. dalam menjelaskan beliau sangat mudah difahami dengan istilah medis yang memang baku tidak bertolak belakang dengan apa yang kami ketahui sebelumnya. hanya saja penyelesaian masalah beliau melalui pendekatan holistik dan dengan theraphy herbalist. Â pertama-tama beliau melakukan pendekatan psikologis, melepaskan semua beban fikiran pasien dengan nasihat dan hal-hal yang menurunkan beban fikiran pasien. istilah beliau : penyakit itu 90 persen adalah dipicu faktor fikiran dan 10 persen dari makanan yang meracuni metabolisme tubuh.Â
dokter ke empat ini memberikan tips pengaturan dan pengelolaan fikiran yang memicu kekacauan hormonal penyebab sel radikal tumbuh di tubuh pasien. beliau melakukan pendekatan diagnosa melalui "bagaimana dan mengapa" Tumor bisa tumbuh di badan Istri saya. harga obat herbalistnya cukup lumayan. kami memutuskan menunda dulu menebus resep beliau sambil merenungkan masukan nasihat medisnya.
besoknya kami  mendatangi dokter di karawaci untuk menerima pilihan operasi. sementara itu dokumen inisiasi operasi di update admisionya untuk pemeriksaan jantung dan mamography. di waktu itu dokter memeriksa ulang kondisi benjolan. berulang ybs membaca hasil scan laboratorium dan memandang wajah kami. beberapa pertanyaan dilontarkan untuk memperkuat diagnosanya. jujur saja dalam masa proses mencari alternatif penyembuhan, istri saya memberikan info(ke saya) bahwa benjolannya melunak (yang sebelumnya keras). dan ada perkembangan (cenderung) mengecil.Â
saya memperhatikan mungkin dokter memastikan apakah pemeriksaan awal saat dua minggu lalu relevan dengan yang dia temukan saat diperiksa kini. akhirnya beliau membuka pembicaraan kembali. "bapak, ibu.. jika ini terjadi pada Istri saya, atau anak saya, saya memutuskan untuk tidak perlu di operasi". Â kami berpandang-pandangan belum yakin dengan maksud pembicaraan dokter.
ditambahkan dokter "Lesi anechoic  birads-3" dari lab ini, masih bisa ditoleransi. 90 persen bisa dikatakan jinak.Â
kami mencoba mencerna ucapan dokter, dan lebih lanjut saya melihat raut wajah istri berbinar mendengan icapan dokter. "jadi, saya ga usah di operasi doK?" tanya Istri. "ya itu tadi saya katakaan, kalau itu di istri saya, saya ga akan kasih izin operasi" jawab dokter.
serasa baru keluar dari lorong gua, nafas kami terasa lepas, terasa ringan. rupanya, dokter juga melihat perubahan di tubuh istri saya bahwa benjolannya cenderung mengecil. sambil menambahkan dokter meminta tetap lakukan mamography yang sudah menjadi paket pengobatan, kemudian nanti 3 bulan diminta datang cek lagi untuk pemeriksaan ulang.
kami keluar dari ruangan dokter dengan perasaan ringan sambil terus mengucap tahmid bersyukur kepada Allah. engkau telah "memaksa" kami dengan kelembutanMu untuk sujud meratap ya Allah. jika memang Engkau tersenyum melihat tangis kami melalui sujud kami di malam-malam gelap, akan aku lakukan ya Allah, asal itu membuat Engkau tersenyum.
satu minggu setelah terbebas dari kekhawatiran sakit Istri saya sedang duduk disamping dipan anak saya yang sulung, di Ruang IGD rumah sakit kawasan Gading Serpong. saat itulah  tulisan ini saya buat sambil menunggui anak saya yang sedari malam tetiba sakit demam dan lemas. Â
Sebulan sudah semua saya lewati dan tulisan ini saya terbitkan di ramadhan 1445 semoga menjadi Ibrah dan wasilah. Alhamdulillah.
Ya Allah, aku tetap bertawaqal atas ketentuanMu. sedih, bahagia sehat atau sakit hidup dan mati semua merupakan Haq dari kekuasaanMu. tugasku hanya menjalaninya, melewatinya dengan kepatuhan, kesabaran, kerelaan. senyumMu aku temukan dalam ketenangan yang engkau tebarkan dalam hati kami.
"Wahai Manusia! sungguh, telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman." (qs-10:57)
"pengalaman Ruhani"
Nuri Nurzikri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H