Mohon tunggu...
Kilau Indonesia
Kilau Indonesia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kilau Indonesia merupakan sebuah lembaga yang bergerak dibidang kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kilau Indonesia merupakan lembaga yang bergerak di bidang kemanusiaan dan memiliki program-program seperti Berbagi Makan, Berbagi Pendidikan, Berbagi Kesejahteraan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebuah Renungan untuk Kita: Betapa Pentingnya Miliki Sikap Tawazun dalam Bermasyarakat

30 Januari 2023   16:30 Diperbarui: 30 Januari 2023   16:31 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal, Rasulullah SAW telah memerintahkan kita untuk bersikap tawazun seperti contoh kisah para sahabat Rasulullah SAW. Contoh yang dimaksud adalah ketika ada tiga sahabat Rasulullah SAW yang datang kepada beliau dan mengutarakan maksudnya masing-masing. Orang pertama mengatakan bahwa dia tidak akan menikah selama hidupnya. Kemudian orang yang kedua mengatakan bahwa dia tidak akan berpuasa setiap hari dan terus menerus seumur hidupnya. Orang yang terakhir mengatakan bahwa ia akan sholat tanpa henti-hentinya.

Namun apa yang Rasulullah SAW katakan? Beliau mengatakan jangan seperti itu. Karena masing-masing urusan itu ada haknya, urusan dunia itu ada haknya dan urusan akhirat juga ada haknya. Jadi, jalankanlah hal tersebut dengan seimbang -- Rasulullah SAW mengingatkan para sahabatnya.

Oleh karena itu, jika ada seseorang yang tidak mampu menata pikirannya secara seimbang, maka kebenaran atau kebaikan  hanya ada pada dirinya, orang lain salah dan buruk. Selain itu, Ketika ada seseorang menutup peluang/ kemungkinan "benar atau baik" bagi orang lain, maka orang lain tersebut dianggap sebagai musuh, demikian seterusnya. Sehingga beragam realitas sosial dianggap atau sebagai sumber persoalan, bukan diterima sebagai keniscayaan. Ketidakmampuan berpikir seimbang simetris dengan ketidakmauan menerima realitas keanekaragaman, yang merupakan sunnatullah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun