Mohon tunggu...
Kiky Rifky
Kiky Rifky Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis untuk hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ar-Raudhah Solo dan Kenangan

20 April 2023   23:32 Diperbarui: 21 April 2023   03:42 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ar-Raudhah  ( الروضة ) berarti taman, di taman menyajikan ketenangan, keindahan, semerbak wewangian bunga-bunga. Terinspirasi dari taman, Habib Novel Alaydrus membuka majelis yang diberi nama Ar-Raudhah yang juga menawarkan ketenangan hati, keindahan tempat, dan aroma harum selama berada di Ar-Raudhah.


Di majelisnya, beliau menerapkan konsep belajar mengajar yang sangat inovatif yakni santri weekend dan santri Ramadhan. Selain itu, di Ar-Raudhah juga banyak kegiatan rutinan yang biasa disiarkan secara langsung di chanel YouTube beliau.


Santri weekend, satu dari sekian banyak program inovatif yang disajikan Ar-Raudhah adalah kegiatan belajar mengajar agama yang bersanad sampai Rasulullah SAW melalui jalur Sadah Bani Alawi yang disampaikan secara santai, santun, menyenangkan, dan tentunya lebih mengenal Rasulullah SAW lebih dekat untuk meraih ridha dan cinta Allah SWT.

Sesuai nama programnya, santri weekend berlangsung di akhir pekan yakni mulai Jumat sore untuk registrasi, Jum'at malam mulai kegiatan dan berakhir di Ahad siang selepas sholat Dzuhur berjamaah, santri weekend dipersilakan pulang ke tempat masing-masing untuk melanjutkan kegiatannya dengan membawa bekal baru sebagai oleh-oleh dari Ar-Raudhah.

Tiga hari doank dapet apa?

Eits, jangan salah. Memang di Ar-Raudhah tidak mengkhatamkan kitab ini itu dalam waktu sesingkat itu, tapi Ar-Raudhah mengajarkan manajemen waktu yang efektif dan efisien untuk melatih kedisiplinan, bahkan jam makan pun diatur sedemikian rutin sehingga aman untuk penderita maag dan asam lambung.

Soal makan, santri dimanjakan oleh relawan yang siaga 24 jam membersamai dalam suka dan duka hingga tak ada satupun santri kelaparan. Makan tiga kali sehari dengan masakan surgawi sebab dimasak oleh istri Habib Novel Alaydrus, cucu pertama dan cucu kesayangan Habib Anies bin Alwi Al-Habsyi.


Selain makan, kopi dan camilan tak luput dari kegiatan. Kajian pagi? Ngopi. Ngobrol santai bareng Eyang Husein (Habib Husein bin Anis Al-Habsyi)? Ngopi. Kajian malam? Ngopi lagi. Berapa biaya yang kudu kita keluarkan? Gratis tis tis, cuma ongkos transportasi ditanggung sendiri. Kan syarat cari ilmu salah satunya "wa bulghotin" alias "ono sangune".


"Jangan sekali-kali minum kopi Raudhah! Karena akan bikin kangen pengin kesini lagi dan lagi." pesan Eyang Husein, benar saja ... kopi Raudhah candunya ngga ada obat.

Karena gratis, kuota terbatas donk. Inginnya Habib Novel, sebanyak mungkin ... namun apalah daya relawan atau panitia.


Selanjutnya santri Ramadhan. Program Ar-Raudhah kali ini pastinya lebih panjang waktunya daripada santri weekend, namun berbeda dengan santri kilat yang ditawarkan pesantren-pesantren lain yang kejar tayang khatam kitab ini itu.


Ada satu pesan mendalam dari Kak Seto (bukan Komnas Anak, tapi relawan Raudhah), ia mengatakan, "Beruntung kita semua bisa jamaah bareng Eyang Husein. Jika Eyang Husein hanya sholat dan duduk bareng kita tok, nggak ngapa-ngapain, itu lebih dari cukup untuk bekal sehari tanpa kajian dan kegiatan lain. Apalagi sampai ngobrol, manfaatin waktu sebaik mungkin dan jaga adab kita sebagus mungkin."


Benar, sosoknya yang mengingatkan pada Habib Anies bin Alwi bin Ali Al-Habsyi selalu membawa jiwa santri ke telaga "uns" yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Penulis sendiri sering lupa bahwa kebersamaan dengan Eyang Husein itu masih di dunia, belum di surga.


Kajian menjelang Dzuhur, santri dimanjakan dengan kisah-kisah orang Sholeh yang tertuang dalam kitab Syarah 'Ainiyyah-nya Habib Ahmad bin Zein Al-Habsyi oleh Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi di mini auditorium New Raudhah sehingga sholat Dzuhur berjamaah akan ada Habib Muhammad di shof pertama di belakang Eyang.


Di kesempatan ini, santri bisa melihat betapa asyiknya seorang ayah dan anak bercengkerama selepas sholat, dan yang dibahas adalah ilmu, bukan dunia apalagi orang lain. Ini benar-benar surga hingga tak terasa air mata hampir tumpah saat penulis melihatnya. Inilah pendidikan Habib Ali Al-Habsyi Shohibul Maulid, batinku.


Kak Seto menambahkan, "Apalagi kegiatan kita di bulan Ramadhan ini full dengan kebaikan, mulai jam 9 pagi tadarusan, dilanjut kajian dengan Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi, sholat Dzuhur berjamaah, istirahat, sholat Asar lanjut kajian menjelang buka puasa bareng guru kita semua Habib Novel Alaydrus, buka bersama tiap hari, malamnya Tarawih satu juz lebih ..." diselingi canda tawa ala Kak Seto.


Persis seperti yang dikatakan Kak Seto bahwa Tarawih di Ar-Raudhah cukup istimewa sehingga santri yang terbiasa tarawih kilat di kampungnya bakal merasa sedikit berat dengan durasi yang sama dengan pertandingan sepak bola aturan FIFA. Kalau beruntung, diimami Habib Novel sendiri agak cepat, tapi biasanya diimami oleh Ustadz I'is dan Ustadz Fuad yang pakai tilawah, eh, tartil maksudnya ... syahdu sekali berdirinya. Bukan satu dua santri yang takbiratul ihram menjelang ruku'.


Tapi setelah tarawih, santri dimanjakan dengan kopi khas Raudhah dan sajian yang selalu berubah seperti bubur sumsum, bubur jagung, lontong sayur, dan masih banyak menu yang hampir berubah tiap malamnya. Semangat untuk Mas Saifurrahman Kediri, santri yang merelawankan diri menjadi tim asah-asah. Kami bersaksi njenengan orang baik yang suka "nyenengin orang".


"Saya mengikuti bapak saya, mengikuti kakek saya dalam tarawih. Kalo mengikuti kakek buyut saya Habib Ali Al-Habsyi malah sepuluh juz." kata Eyang Husein.


Setelah tarawih, kajian malam di aula New Raudhah. Kajian yang diisi Habib Novel dengan durasi yang lebih panjang dari durasi kultum menjelang buka puasa. Tak jarang pula diisi oleh Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi dan Ustadz I'is yang disuruh tausiyah malah baca doa akhir majelis. "Saya kalo disuruh ceramah itu rasanya seperti sakaratul maut," tuturnya.


Di kajian malam, kopi khas Raudhah menjadi sajian wajib. Artinya, dua kali ngopi dalam semalam hingga ada yang menolak kopi saat kajian dengan alasan kembung dan takut asam lambung naik. Padahal, kopi Raudhah tak ada korelasinya dengan "penyakit anak muda" itu. Betul, Eyang?


Apakah kopi saja? Tentu tidak. Kopi tidak hadir sendiri, ia berkawan gorengan singkong dan ketela, juga senampan kacang rebus yang menjadikan kajian semakin asyik dan menyenangkan. Oh ya, satu lagi, selain kopi ... kajian malam juga menghadirkan bubur kacang ijo yang selalu ada, selalu setia di aula.


Kapan tidurnya?


Bukan Raudhah kalau tidak menerapkan manajemen waktu yang efektif dan efisien. Tidur delapan jam perhari (bisa kurang) dengan jadwal tidur seperti jadwal makan, tiga kali sehari. Pagi (pukul 07.00 - 09.00 WIB), siang (pukul 13.00 - 15.00 WIB), dan malam (pukul 00.00 - 03.00 WIB) Waktu Insya Allah Berkah.


Yang suka olahraga futsal, siap lawan Ustadz I'is dan Yek Anies (duo Anies, sebab nama asli Ustadz I'is adalah Muhammad Anies), dan yang suka push up siap total jumlah ke Eyang Husein. Puasa bukan menjadi alasan untuk tetap menerapkan pola hidup sehat.


Yang tidak olahraga, jaga kebersihan dengan mencuci pakaian, yakali dua puluh hari di Raudhah tidak dicuci. Karpet Ar-Roudhoh saja wangi, masa situ kagak? Kalau belum punya deterjen atau parfum dan lain-lain bisa beli di Toko Alibaba depan mushola Raudhatul Jannah-nya Raudhah.


Eh, di depan mushola ada kang cilok juga loh. Jual tiap malem setelah buka puasa, kalo sisa tengah malam tinggal diambil gratis, kalau yang jual lagi bantu-bantu di dalam, boleh ambil sendiri 5k 12 biji sesuai di tulisan yang diakhiri pesan di tulisan yang tertera di atas panci, "Jangan lupa senyum!"


Jam malam ini yang biasanya merusak rutinitas dalam memanaj waktu, selepas kajian ... santri Ramadhan bercengkerama di kamar masing-masing di lantai satu, dua, dan tiga hingga lupa tidur, tiba-tiba masuk waktu sahur.


Menjelang sholat Subuh biasanya tak kuasa menahan rindu, eh, kantuk. Juga ketika Wirdul Lathif setelah sholat Subuh, suara Ustadz I'is terdengar sangat merdu hingga terbuai untuk menjenguk alam barzakh.


Dan, usailah. Segala di Raudhah menjadi kisah enggan pisah, tiap sudutnya menyisakan cerita, tiap jengkalnya ada tawa, di tiap ayat menjadi hikayat, di tiap arah menjadi sejarah. Terlalu banyak untuk dituliskan, terlalu indah untuk diuraikan, terlalu sayang untuk dilupakan. Sampai jumpa lagi di perjumpaan yang diridhai Tuhan.


Terima kasih Habib Novel Alaydrus, Habib Husein bin Anies Al-Habsyi, Habib Muhammad Al-Habsyi, dan segenap relawan Raudhah yang memfasilitasi orang-orang yang Allah pilih untuk duduk bersama anak cucu Nabi Muhammad SAW di dunia hingga di surga insya Allah.

مودع مودع يارمضان 


Batang, 30 Ramadhan 1444 H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun