Mohon tunggu...
Kiki Sundari
Kiki Sundari Mohon Tunggu... Bidan - Master Student in Public Health at Universitas Gadjah Mada

a person with a strong sense of integrity, responsibility, and discipline. Possesses a deep interest in maternal and child health, as well as reproductive health. Dedicated to improving the overall health of society on both national and international levels.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Yogyakarta Darurat Sampah: Krisis Lingkungan yang Mengancam Kesehatan

22 September 2024   15:15 Diperbarui: 22 September 2024   18:17 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah daerah/kota dan provinsi mengupayakan beberapa kegiatan untuk mengurangi permasalahan sampah yang tengah dihadapi. Salah satu program yang ditawarkan adalah pengadaan bank sampah. Bank sampah adalah gerakan sosial yang memeluk konsep daur ulang, di mana masyarakat diminta secara mandiri memilah sampah dan kemudian menukarkannya dengan barang atau uang. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, saat ini sudah terdapat 479 bank sampah yang tersebar di 14 kemantren dan 45 kelurahan.

Selain bank sampah, setelah ditutupnya TPS Piyungan, Kabupaten Sleman juga membuat dua unit Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yaitu di Kalasan dan Minggir. Namun, dari dua tempat tersebut, pengelolaan sampah belum bisa dilakukan secara maksimal. Kabupaten Sleman setiap harinya diperkirakan menghasilkan 700 ton sampah, sementara yang dikelola secara mandiri baru 300 ton. Oleh karena itu, 400 ton harus dikelola oleh TPST. Karena keterbatasan sumber daya manusia, TPST baru mampu mengolah kurang lebih 70 ton setiap harinya. Maka dari itu, DLH berharap agar warga mengelola sampah secara mandiri.

Dokumentasi Pribadi - Bank Sampah
Dokumentasi Pribadi - Bank Sampah

Gerakan Mbah Dirjo: Membangun Yogyakarta yang Lebih Hijau

Gerakan Mbah Dirjo adalah sebuah inisiatif yang mengajak seluruh pegawai ASN dan Non-ASN di Kota Yogyakarta untuk berperan aktif dalam mengatasi masalah sampah dengan cara mengolah sampah organik menggunakan sistem biopori. Pegawai diwajibkan untuk membuat minimal satu biopori di rumah. Tujuannya bukan hanya mengurangi jumlah sampah secara signifikan, tetapi juga menciptakan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Targetnya adalah mengurangi 30 persen dari total sampah yang dihasilkan setiap hari. Gerakan Mbah Dirjo ingin membuktikan bahwa setiap individu, dengan langkah kecilnya, dapat menjadi agen perubahan.

Langkah lain yang dapat dilakukan oleh masing-masing individu adalah mengurangi sampah dari sumbernya: membatasi konsumsi makanan yang memang betul-betul akan dikonsumsi untuk mengurangi sisa makanan yang berisiko menambah beban sampah di lingkungan sekitar.

Permasalahan sampah di Yogyakarta bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Dengan meningkatnya kasus leptospirosis, penting bagi semua pihak untuk berkolaborasi dalam pengelolaan sampah yang lebih baik. Melalui tindakan bersama, kita dapat melindungi kesehatan masyarakat dan menjaga kebersihan lingkungan yang merupakan warisan budaya kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun