"Baik Pak, saya proses sampai disetujui ya." jawab saya, sambil ragu-ragu apa pengajuan Pak Hizkia nanti akan disetujui atau tidak.
"Pak saya bantu isi aplikasinya ya." tawar saya, sambil mengisikan data-data Pak Hizkia ke aplikasi pengajuan Hasanah Card.
Setelah sampai di kantor segera saya serahkan aplikasi Pak Hizkia kepada staff administrasi untuk diinput kemudian dikirim ke Jakarta (ke pusat) untuk diproses.
Seminggu kemudian muncul report yang selalu marketing nanti-nantikan, report approved dan reject nasabah yang mengajukan Hasanah Card. Hati saya lega karena di antara report nasabah saya yang diapproved ada nama Pak Hizkia.
Saya segera menelpon Pak Hizkia untuk mengabari beliau kalau Hasanah Cardnya sudah diapproved.
"Selamat pagi Pak. Selamat ya Pak, Hasanah Card bapak diapproved."
"Selamat pagi Mas. Terima kasih ya Mas kartunya sudah saya terima."
Dalam hati saya terkejut,"Lho kok kartunya sudah diterima ya? Cepat sekali?"
Tetapi saya senang sebab Pak Hizkia mereferensikan para peneliti yang bisa ditawari kartu pembiayaan Hasanah Card.
Dari pertemuan dengan Pak Hizkia, saya mendapat pelajaran kalau menghargai orang lain jangan dari penampilannya.
Mungkin ini bagian kecil saja dari hablumminannas di samping yang Allah perintahkan dalam Al Quran untuk menghormati ke dua orang tua, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menyantuni anak yatim dan fakir miskin, menghargai sesama manusia...