Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Itu

24 Maret 2022   20:55 Diperbarui: 24 Maret 2022   21:08 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tersenyumlah, Ganteng. Jangan senyum yang terakhir." Bayi dirangkul lagi. Dininabobokan. Dibawa berkaca. Berkeliling kamar dinyanyikan. Didekatkan ke Yudha.

Jari-jari Yudha gemetar mengusap pipi bayi. Mengusap pipi Sari. Matanya memandang kosong, tak berbeda dengan matanya.

"Kalau nyawa berharga. Akang akan bertaruh nyawa, untuk anak kita." bisiknya.

"Dengan nyawa Sari juga, Kang."

Yudha meyakinkan perangai Sari di ujung kalimat. Tersenyum seperti mengerti kepada getar hatinya yang sedang berkecamuk, seperti sependirian, seperti mengajak.

"Nggak ada apa-apa lagi selain nyawa." kata Sari ke bayi.

Neon bergoyang-goyang. Seperti terbentur suara-suara riuh dari jalan. Kamar digoyang gempa. Jam pecah. Jarum-jarumnya menikam cecak yang merayap di mana-mana. Darah cecak membalur tembok. Cecak berjatuhan di mana-mana. Yudha menggendong Sari mendekati jendela. Bersenandung bersama. Meninabobokan bayi. Menerawang jalan, seperti menerawang rumah impian. Menerawang langit, membayangkan lahan yang nyaman.

Jendela loteng tingkat dua. Tiga raga loncat. Jatuh. Tiga nyawa seketika melesat entah ke mana. Jalan yang hampir hangus oleh suara riuh sekejap sunyi, sangat sunyi. Tak berapa lama riuh lagi hampir mendidih.

(Judul Asli : Peuting Eta, Cerita Pendek Mini berbahasa Sunda karya Toni Lesmana. Dari buku Kumpulan Carpon Mini Sunda Ti Pulpen tepi ka Pajaratan Cinta. Diterbitkan oleh Lembaga Kebudayaan Mekar Parahyangan dan Klub Pecinta Sastra Bandung bekerja sama dengan PT Kiblat Buku Utama, Bandung. Cetakan Pertama September 2002. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Wahyu Barata).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun