Di jaman dahulu sekali, di tanah yang sekarang disebut Kenya, binatang bisa bicara seperti manusia. Pada waktu itu manusia dan binatang-binatang mengeluh bahwa mereka tidak banyak menyukai waktu malam dan kegelapan, meskipun mereka cukup puas dengan siang hari.
"Kita tidak bisa melihat di malam hari." kata seseorang. "Kita tidak bisa menjaga binatang ternak kita dalam kegelapan dan kita takut." Binatang-binatang setuju, manusia dan binatang-binatang bertemu bersama untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Manusia lebih dulu berbicara : para tetua dan para tabib semuanya menggambarkan rencana mereka. Beberapa mengatakan bahwa api besar harus dinyalakan pada malam hari di seluruh negri; yang lain mengatakan bahwa di masa depan setiap manusia dan setiap binatang harus membawa tongkat api. Akhirnya rencana dari tabib yang paling bijaksana telah disepakati.
"Kita harus memohon kepada Tuhan untuk memberi kita dua matahari." katanya. "Yang terbit dari timur dan yang terbit dari barat. Dengan cara itu kita tidak akan pernah mengalami malam lagi."
Mereka semua meneriakkan persetujuan mereka, kecuali satu suara kecil.
"Bagaimana kita akan mendapatkan bayangan?" tanya suara kecil.
"Siapa bicara begitu?" teriak tabib tertua.
Tak seorang pun menjawabnya. Binatang dengan suara kecil sangat takut untuk bicara menentang rencananya. Tetapi salah satu prajurit sempat melihat si kecil yang berani bicara. "Tadi kelinci yang bicara." kata prajurit, dan dia menunjuk kepada binatang terkecil di keramaian. Kelinci kecil yang malang mencoba untuk bersembunyi di bawah semak-semak, tetapi dia segera dibawa ke tengah keramaian di tempat para tetua agung duduk.
"Berani-beraninya kamu menentang para tetuamu?" kata tabib tertua kepada kelinci malang itu. "Apa yang kamu ketahui dari beberapa masalah ini?"
"Saya tidak tahu apa-apa, Ayah." bisik kelinci.
"Bicaralah, kelinci." kata seorang tabib. "Biar kami mendengar kata-kata bijakmu."
Semua orang dan semua binatang menertawakannya, kecuali prajurit yang pertama kali melihat kelinci. "Jangan takut kepada mereka." katanya dengan bersahabat. "Katakan dengan lantang apa yang kamu pikirkan. Aku akan melindungimu dengan tombakku." Prajurit orang yang sangat penting di antara masyarakatnya. Dia telah membunuh singa dengan tombaknya, bertarung dengan beraninya, melawan musuh-musuh masyarakatnya.
"Silakan! Bicara!" dia mengulangi, mendorong kelinci dengan ujung tombaknya yang tajam.
Kelinci menatap prajurit bertubuh tinggi itu dan dia merasa lebih berani.
"Semua yang ingin kukatakan adalah bahwa jika kita mendapat dua matahari, tidak akan pernah ada bayangan lagi. Kita tidak akan pernah bisa tidur dan binatang ternak kita akan mati kepanasan dan kehausan. Semua air sungai dan danau akan mengering. Pohon-pohon akan mati. Akan terjadi kebakaran dan kelaparan di tanah ini dan kita semua akan mati."
Hingga hening luar biasa dalam kebersihan ketika orang-orang dan binatang-binatang memikirkan kata-kata bijak kelinci kecil.
Akhirnya tabib tertua mengakui, "Sesungguhnya, kau yang paling bijak dari kita semua, kelinci kecil." ujarnya.
Semua orang dan semua binatang setuju. Mereka semua mematuhi kata-kata bijak dari binatang kecil yang cerdik. Sampai hari ini masyarakat Kenya mengatakan bahwa kelinci adalah binatang yang paling cerdik di antara semua binatang. Dan mereka tetap mempunyai satu matahari dan tak seorang pun pernah mengeluhkan hal itu lagi.
(Judul Asli : Two Suns dari buku Fables from Kenya disusun oleh L. Farrant. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Wahyu Barata).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H