"Kau bisa beristirahat di gubukku, sampai kau lebih baik." kata lelaki tua. "Tapi jangan coba-coba mendekati sapu-sapi!"
"Aku tidak akan melakukannya." singa berjanji kepada lelaki tua, dan dia berbaring untuk istirahat.
Di sore hari saat para penjaga pulang, terdengar banyak percakapan dan teriakan di desa, "Kita tidak bisa membiarkan singa ada di desa kita!" teriak para penjaga. "Dia akan memangsa binatang ternak kita. Kita harus membunuhnya dengan tombak kita!"
"Kalian tidak boleh membunuhnya!" lelaki tua itu membalas teriakan. "Dia sahabatku."
Para penjaga harus mematuhi orang tua itu karena dia adalah seorang tetua desa. Sementara singa sedang beristirahat dan menunggu cakarnya sembuh, sakah satu penjaga selalu berjaga-jaga dan suap untuk melemparkan tombaknya. Singa tidak memperhatikan penjaga itu. Beberapa hari kemudian dia mengucapkan selamat tinggal kepada lelaki tua itu dan mengucapkan terima kasih kepada semua penduduk desa Masai karena sudah begitu baik kepadanya. Lalu dia pulang ke rumahnya di hutan.
Karena itu masyarakat desa disebut sahabat-sahabat singa dan ketika mereka melihat singa, mereka berteriak, " Jangan memangsa binatang ternak kami! Ingat kami mencabut duri."
Kalau mereka mendengar seekor singa di dekat gubuk mereka pada malam hari mereka menyeru,"Biarkan kami tidur dalam damai! Ingat, kami mencabut duri darimu." Dan singa pergi diam-diam.
(Judul Asli : The Friends of The Lion, dari buku Fables from Kenya disusun oleh L. Farrant. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Wahyu Barata).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H