Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sahabat-Sahabat Singa

16 Januari 2022   21:46 Diperbarui: 16 Januari 2022   21:48 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu hari singa jantan muda yang kuat menginjak duri tajam panjang yang jatuh dari pohon. Duri itu tersangkut sangat dalam di cakarnya sehingga dia tidak bisa menariknya ke luar dengan giginya yang besar.

"Yang aku butuhkan adalah sepasang pinset kecil yang digunakan lelaki Masai tua untuk mencabut janggut mereka." pikirnya, dan dia berangkat ke desa Masai terdekat.

Hampir malam sebelum dia sampai ke desa semua binatang ternak berada di boma. Suku Masai seperti yang kau tahu, membangun pagar-pagar yang kuat dari cabang-cabang pohon berduri untuk melindungi binatang ternak mereka dari kawanan singa dan kawanan pencuri. Pagar semacam ini disebut boma.

Ketika singa mendekati desa, sapi-sapi mulai berustirahat dan saling memukul satu sama lain dalam ketakutan mereka. Mereka mencoba ke luar dari boma, tetapi singa itu tidak tertarik pada binatang ternak. Dia menginginkan sepasang pinset Masai, itu saja.

"Sapi-sapi konyol!" pikirnya. "Mereka akan membuat keributan sehingga para penjaga akan berlari ke luar dan menombakku sebelum aku dapat menjelaskan apa yang kuinginkan. Lebih baik aku sembunyi di bawah semak-semak ini sampai pagi. Lalu mungkin, saat para penjaga pergi dengan sapi-sapi itu, aku bisa meminta lelaki tua itu untuk menolongku!"

Dia tidur sangat nyenyak malam itu sebab kakinya sangat sakit.

Esok paginya seorang lelaki tua melewati semak-semak dan ketika melihat singa dia hampir mati ketakutan.

"Jangan takut, Pak Tua." kata singa. "Semua yang kuinginkan hanyalah pinsetmu untuk mencabut duri ini." Dia menunjukkan kepada lelaki tua itu cakarnya yang bengkak.

Orang tua itu kasihan pada singa. Dia mengeluarkan pinsetnya dari kantong kulit yang tergantung di lehernya dan mencabut duri panjang dari cakar singa.

"A-a-h! Itu lebih baik!" hembus nafas singa dengan gembira. "Kau orang tua yang baik dan aku tidak akan melupakan kebaikanmu. Kau pikir aku dapat minta air dan sedikit daging untuk dimakan? Kau lihat, aku belum bisa berburu daging selama beberapa hari terakhir dan aku sangat lapar."

Lelaki tua membawa singa itu ke gubuknya dan memberinya air untuk minum dan bahkan menyembelih kambing untuk dimakan singa.

"Kau bisa beristirahat di gubukku, sampai kau lebih baik." kata lelaki tua. "Tapi jangan coba-coba mendekati sapu-sapi!"

"Aku tidak akan melakukannya." singa berjanji kepada lelaki tua, dan dia berbaring untuk istirahat.

Di sore hari saat para penjaga pulang, terdengar banyak percakapan dan teriakan di desa, "Kita tidak bisa membiarkan singa ada di desa kita!" teriak para penjaga. "Dia akan memangsa binatang ternak kita. Kita harus membunuhnya dengan tombak kita!"

"Kalian tidak boleh membunuhnya!" lelaki tua itu membalas teriakan. "Dia sahabatku."

Para penjaga harus mematuhi orang tua itu karena dia adalah seorang tetua desa. Sementara singa sedang beristirahat dan menunggu cakarnya sembuh, sakah satu penjaga selalu berjaga-jaga dan suap untuk melemparkan tombaknya. Singa tidak memperhatikan penjaga itu. Beberapa hari kemudian dia mengucapkan selamat tinggal kepada lelaki tua itu dan mengucapkan terima kasih kepada semua penduduk desa Masai karena sudah begitu baik kepadanya. Lalu dia pulang ke rumahnya di hutan.

Karena itu masyarakat desa disebut sahabat-sahabat singa dan ketika mereka melihat singa, mereka berteriak, " Jangan memangsa binatang ternak kami! Ingat kami mencabut duri."

Kalau mereka mendengar seekor singa di dekat gubuk mereka pada malam hari mereka menyeru,"Biarkan kami tidur dalam damai! Ingat, kami mencabut duri darimu." Dan singa pergi diam-diam.

(Judul Asli : The Friends of The Lion, dari buku Fables from Kenya disusun oleh L. Farrant. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Wahyu Barata).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun