Sejak tiga tahun lalu saya tertarik untuk menjalani hobi mengoleksi suiseki, sebab tertarik dengan tekstur, keindahan, dan uniknya batu- batu indah alami.
Seni batu suiseki cukup luas dikenal di Asia. Di Korea seni ini disebut Suseok yang berarti batu tua. Di Jepang disebut Suiseki yang artinya batu air, istilah ini digunakan untuk merujuk pada tradisi mengumpulkan dan mengapresiasi batu alam yang indah. Di Cina namanya Shangshe yang berarti batu indah. Sebagian ahli mengatakan Suiseki berasal dari kata Sui Sek, dalam bahasa Cina artinya batu yang terkikis atau diukir air jutaan tahun lamanya. Maknanya sama, yaitu batuan bernilai seni tinggi yang tercipta secara alami akibat proses alam yang berhubungan dengan air.
Sejarah mencatat suiseki ditemukan 1.500 tahun lalu, tatkala para raja di Cina menginginkan pemandangan alam dibawa ke istana, agar mereka bisa menikmatinya setiap hari tanpa harus pergi ke luar. Sejak saat itu mulai dicari batu-batu indah di sungai atau di puncak pegunungan.
Ada cerita lain, di jaman dinasti Tang dan Sun  (618-907 sebelum Masehi), seorang rakyat biasa menemukan batu unik, lalu disimpannya dan diperlihatkan kepada banyak orang. Banyak yang suka tampilan batu itu. Dari situlah awalnya kegemaran menikmati indahnya batu alam. Seni suiseki lahir di Cina tetapi dipopulerkan oleh bangsa Jepang.
Untuk merangkai suiseki kita dituntut harus memiliki daya imajinasi tinggi, agar kreasi rangkaian suiseki kita artistik dan berkualitas.
Kepuasan dari hobi mengoleksi suiseki adalah saat mencari dan menemukan batu berbentuk unik, bervariasi, tidak direkayasa, disebabkan terkikis oleh air sungai, pasir, benturan, dan gesekan selama jutaan tahun, harus terbentuk secara alami. Tidak boleh dibentuk oleh manusia, tidak boleh dipahat dan diukir,tidak boleh direkayasa. Semua itu untuk menghargai bentukan alam ciptaan Tuhan.
Untuk berburu suiseki kita harus menentukan jenis, bentuk, dan kategorinya dulu, baru dicari ke habitatnya, yaitu di kawasan pegunungan yang banyak sungai, sungai-sungai, perbukitan, pantai laut yang berbatu, dan tanah datar tempat galian sirtu.
Iklim tropis dan kondisi alam memungkinkan batu-batu indah mudah ditemukan di Indonesia, dan ternyata tidak kalah kualitas dan indahnya dari suiseki di Taiwan, Korea, atau Jepang. Sehingga banyak orang luar betburu suiseki ke Indonesia. Saya diberi tahu oleh beberapa advisor suiseki, bila umur suiseki sudah ratusan tahun dan telah dikikis alam, bernilai seni tinggi.
Suiseki berbentuk lanskap sangat digemari, batu yang tampak seperti tebing dialiri air terjun, pegunungan, dan fitur alam lainnya, sering digunakan untuk melengkapi bonsai. Suiseki berbentuk abstrak akan menimbulkan berbagai imajinasi keindahan bentuk dan gambar abstrak dari batuan itu. Suiseki berbentuk simbolik menyerupai benda atau hewan seperti lumpang, katak, arca, bunga cengkih, dan lain-lain. Suiseki berbentuk fosil lebih memfokuskan pada batuan utuh yang menggambarkan jejak keindahan alam purba seperti serangga purba, pohon purba, burung purba, dan fitur-fitur lainnya. Â
Di sisi lain suiseki dipandang bernilai dari keindahan yang terpancar dari batuan, keindahan warna alaminya, serat dan alur yang terukir alami bergaya artistik indah...
Para penggemar suiseki cenderung menyukai batu gelap atau batu yang sarat detail estetika seperti urat dan variasi warna. Tetapi eksotisme saja tidak cukup untuk membuat batu bernilai seni tinggi. Kriteria keindahan harus memenuhi keseimbangan, ritme, kontras, harmonis, dan keutuhan.
Menurut para ahli, suiseki unik yang dipopulerkan di Jepang akan memancarkan aura keindahan artistik bila diamati dari jauh. Tetapi kalau dilihat dari dekat kita bisa menikmati kualitasnya, keindahan serat alur dan tekstur alaminya, yang terukir oleh proses erosi alam dan waktu, terbentuk dengan proses alam berjuta tahun lamanya. Maha karya Sang Maha Pencipta.
Suiseki diajarkan oleh seorang ahli (master). Orang-orang di luar Jepang bisa mempelajarinya melalui master, buku-buku tentang suiseki, atau dengan sering mengunjungi pameran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H