Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Merindukan Kebiasaan-kebiasaan Baik di Bulan Ramadhan

16 April 2021   23:32 Diperbarui: 16 April 2021   23:36 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

7). Mendirikan salat malam (salat sunat Tarawih) setelah salat Isya selama bulan Ramadhan. Orang-orang melantunkan ayat-ayat suci Al Quran di masjid, membuat suasana malam semakin syahdu. Setiap hari tadarus Al Quran sampai waktunya khatam. Di mana-mana terdengar ledakan petasan dan kembang api  yang disulut anak-anak.

Di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, terutama di malam-malam tanggal ganjil, orang-orang, dewasa, remaja, anak-anak, berdatangan untuk memakmurkan masjid.  Sesudah salat Isya mendirikan salat malam, bertasbih, lalu I'tikaf sambil belajar Tahsin Al Quran dibimbing imam masjid sampai menjelang salat Subuh. I'tikaf bermanfaat untuk menjernihkan hati dan pikiran, berserah diri dan taqarrub kepada Allah, berusaha mendapatkan anugrah dari Allah di malam Lailatul Qadar.

Foto Dokumentasi Pribadi
Foto Dokumentasi Pribadi
8). Setelah berpuasa selama 30 hari, kita menyambut hari kemenangan di malam terakhir, berkumpul bersama-sama di masjid melantunkan gema takbir yang terdengar ke seluruh komplek  lewat pengeras suara. Sementara beberapa warga takbiran keliling komplek sambil menabuh beduk.

9). Mudik sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia yang merantau pulang ke kampung halamannya pada hari raya Idul Fitri. Meski harus menempuh waktu belasan jam, tersendat-sendat di padatnya lalu lintas, harga tiket transportasi selangit, para perantau rela melakukan segalanya agar bisa mudik lalu berkumpul bersama keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun