Pada waktu masih tinggal di Bali, di bulan Ramadhan ketika itu, aku pergi jalan-jalan sambil menunggu waktu berbuka. Sengaja mencari makanan untuk berbuka puasa.
Saat mau mampir ke rumah teman di Kampung Jawa, Denpasar (di Jl. Ahmad Yani), aku tergiur dengan aroma sate...Mulanya kukira orang jualan Sate Madura, ternyata bukan. Dia jualan sate susu. Aku membelinya 20 tusuk. Kubawa satenya ke rumah temanku dan dimakan bersama di sana.
Kami lahap makan sate dengan rasa unik, gurih, pedas, dan diyakini membuat stamina kita bertambah kuat. Sebab bahannya berasal dari kulit kantung susu sapi.Sangat cocok untuk berbuka puasa. Minumnya es teh manis kesukaanku.
Di lain waktu kembali menemui penjual sate susu itu, untuk menanyakan bahan dan bumbu-bumbunya.
Mas tukang sate susu memaparkan, sate susu ini bahan dasarnya puting susu sapi, bagian susu sapi dipotong-potong bentuk kotak dadu, direbus terus dibumbui.Â
Berbeda dengan bumbu sate ayam atau sate kambing Madura yang menggunakan saus kacang dan kecap. Sate susu ini dibumbui dengan tepung beras dicampur dengan santan, ditambahkan rempah-rempah seperti kencur, cabe merah, cabe rawit, dan bawang putih, hingga warna satenya kuning dan rasanya gurih. Resep bumbu sate susu memadukan cita rasa Jawa dan Bali.
Penjual sate susu menjelaskan sate susu merupakan menu khas berbuka puasa  di bulan Ramadhan saja di Bali, yang awalnya dimasak dan dijajakan oleh warga Kampung Jawa, Wanasari, Denpasar. Ada juga menu lain seperti sate sumsum, sate lilit, dan sate usus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H