Sensor filateli juga muncul di Amerika Serikat yang melarang para filatelis mengimpor dan memperjualbelikan perangko dari Cina komunis, Korea Utara, Vietnam Utara,dan Cuba.
Seorang agen perangko Amerika Serikat yang menangani pengapalan perangko Cina nasionalis terdampak aturan Amerika Serikat pada tahun 1959 dan didenda 5.000 dollar Amerika Serikat. Perang dingin menghadapi aturan filateli sangat menggelisahkan para filatelis.
Istilah-istilah filateli yang tidak biasa sering menarik perhatian dan kecurigaan pemerintah. Pada masa Perang Dunia II seorang agen filateli Amerika Serikat mengirim surat pos udara kepada temannya di Selandia Baru yang berisi daftar penawaran perangko dari negara-negara Eropa.
Teman dari Selandia Baru mengirim telegram jawaban,"Luxembourd Netherlands Okay Italy Unwatted Will Advice on France Germany,"Maksudnya Luxembourd dan Belanda diminati. Perangko Italy tidak berminat. Perangko Perancis dan Jerman masih akan dipertimbangkan.
Isi telegram seperti itu di masa perang sangat sensitif dan mencurigakan pemerintah. Kata-kata seperti itu akan dianggap info hasil intelijen tentang situasi yang terjadi. Agen-agen rahasia FBI menginterogasi agen filateli di New York itu habis-habisan.
Beberapa tahun kemudian agen-agen rahasia FBJ pun mencurigai hal baru di kegiatan filatelis. Filatelis yang mereka curigai adalah Joseph Eisendrath dari Hidhand Park, Illinois, filatelis yang khusus mengumpulkan crash cover (sampul musibah penerbangan) Sampul-sampul surat seperti ini biasanya diselamatkan dari kecelakaan pesawat terbang yang akhirnya sangat terkenal sebagai cabang kelas aerophilately, crash cover.
Ternyata hobi mengumpulkan perangko di masa lalu cukup buruk dan menyimpan sejarah pahit bagi para filatelis. Sekarang kegiatan filateli sudah tidak layak dicurigai, dan berdampak positif untuk penghobinya sendiri dan lingkungannya. Bahkan kegiatan filateli bisa menciptakan lapangan kerja baru yang sangat bermanfaat. Dan  kita mengingat kembali jasa Rowland Hill, pencipta perangko Penny Black, perangko pertama di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H