"Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak pula  melampauinya.Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda kekuasaan Tuhannya yang paling besar. (Al Quran Surat An Najm : 17-18).
Biasanya untuk memperingati Isra' Mi'raj Rasulullah Muhammad SAW,kami datang ke pengajian di masjid menyimak Ustadz memaparkan kapan dan bagaimana Allah memerintahkan manusia shalat menyembah Tuhannya Yang Maha Esa, melalui utusannya di bumi.
Setelah menyaksikan tayangan di televisi, ketika pemerintah menganjurkan kepada masyarakat agar tidak ke luar rumah kalau tidak ada keperluan mendesak selama empat belas hari,beribadah di rumah saja, bekerja di rumah saja, anak-anak sekolah belajar di rumah saja, karena wabah virus corona yang melanda, saya pada peringatan Isra' Mi'raj kali ini melakukan chat yang agak panjang menanyakan sejarahnya kepada Ustadz tersebut.
Ustadz bermurah hati untuk berbagi pengetahuan, dia memaparkan kisahnya :
Mengerjakan Kebaikan Di Bulan Rajab
Alangkah baiknya kita memuliakan bulan Rajab yang paling dekat menuju bulan Ramadhan ini dengan banyak kebaikan seperti banyak bertobat,memperbanyak sedekah,banyak bersyukur,melaksanakan shalat wajib maupun shalat sunnah, menyayangi anak yatim piatu  dan fakir miskin.Â
Memurnikan niat ibadah kita dengan mengharap ridha Allah. Apa lagi bulan Rajab merupakan salah satu bulan penuh rahmat. Sehingga kita diberi kemuliaan oleh Allah SWT dan dilimpahi berkahnya.
Imam Ahmad meriwayatkan, dari Anas bin Malik ,  bahwa apabila  Rasulullah Muhammad SAW memasuki bulan Rajab beliau berdoa, "Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab ini dan juga Sya'ban,dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan. "
Isra' Mi'rajÂ
Isra' Mi'raj adalah dua bagian perjalanan Rasulullah Muhammad SAW pada suatu malam. Peristiwa ini terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, Â yaitu antara tahun 620-621 Masehi, Â pada masa di Mekah satu tahun sebelum hijrah ke Madinah. Menurut Al Maududi dan menurut Al Alamah al Manshurfuri mayoritas ulama,dan menurut catatan tarikh, Â Isra' Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke 10 Kenabian Rasulullah Muhammad SAW.
Peristiwa tersebut dapat kita refleksikan pada Al Quran Surat Al Israa' ayat 1, " Maha Suci  Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya,  agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda ( kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Perjalanan Isra' Mi'raj merupakan  peristiwa mu'jizat menakjubkan  yang diberikan Allah SWT  kepada Rasulullah Muhammad SAW,  yang tidak terjangkau kemampuan akal pikiran manusia. Â
Kejadian ini merupakan peristiwa penting, karena Rasulullah Muhammad SAW dan ummat Islam mendapat perintah menunaikan shalat  lima waktu sehari semalam.Â
Isra' adalah perjalanan Rasulullah Muhammad SAW  dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha  di Palestina. Mi'raj adalah  perjalanan beliau  dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha. Dalam Mi'rajin,  Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Allah SWT tanpa perantara.Â
Malaikat Jibril pun hanya sanggup mengantarkan Nabila Muhammad SAW sampai di Sidratul Muntaha. Sidratul Muntaha adalah batas terjauh yang dapat dicapai makhluk selain manusia dalam pencapaian makrifat kepada Allah SWT.Ini hikmah dari perjalanan Rasulullah Muhammad SAW berangkat dari bumi yang rendah menuju Al Muntaha adalah cerminan perjalanan hidup kita sebenarnya.Â
Meninggalkan bumi yang rendah menuju tempat yang tinggi,  yaitu menghadap Allah SWT.Untuk menggambarkan dahsyatnya perjalanan ini, orang-orang sufi bercerita  : ketika Rasulullah Muhammad SAW sampai di satu tempat, Malaikat Jibril berkata, " Saya tidak mau ikut lagi.Kalau saya ikut, sayap saya akan terbakar.Berangkatlah engkau sendirian. "
Lalu Rasulullah Muhammad SAW berangkat ke satu tempat. Di situ tak ada satupun malaikat, Â hanya ada Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah Muhammad SAW sampai di kedudukan yang malaikat muqarrabin pun tidak dapat mencapai tempat itu.Â
Menurut orang-orang sufi, itulah puncak perjalanan seorang hamba ketika mendekati Allah SWT. Bila mereka bisa seperti Rasulullah Muhammad SAW naik ke langit menuju Sidratul Muntaha, mereka tidak akan turun lagi ke bumi.Â
Tetapi Rasulullah Muhammad SAW, setelah mencapai maqam yang sangat tinggi,malah turun lagi ke bumi dan membawa amanah yang disampaikan kepada umatnya.Â
Sebelum sampai ke tempat itu,Rasulullah Muhammad SAW menyaksikan kebesaran Allah SWT yang meliputi langit dan bumi.  Dalam keadaan bergetar, Rasulullah Muhammad SAW hanya sanggup mengucapkan penghormatan kepada Allah SWT dengan berkata, "Attahiyatul mubarakatush shalawatuth thayyibatu lillah  (Segala penghormatan,kemuliaan, dan keagungan kepunyaan Allah). "
Betapa bahagia Rasulullah Muhammad SAW bertemu dengan Allah SWT. Tetapi karena Rasulullah Muhammad SAW bukan sekadar sufi yang sesudah Mi'raj tidak ingin kembali ke bumi, beliau kemudian memohonkan salam itu bukan hanya untuk dirinya. Â
Beliau ingin menyebarkan kesejahteraan itu kepada semua hamba Allah yang shalih."Assalaamu 'alaina wa  'alaikum ibadillaahish shaalihiin. Ketika menyaksikan dialog antara seorang hamba yang mengagungkan Tuhannya dengan Tuhannya,para malaikat pemikul "Arasy " serentak mengucapkan,  "Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah. "
Kita bisa Mi'raj seperti Rasulullah Muhammad SAW melalui shalat. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Shalatlah kamu seperti kamu mau meninggalkan dunia ini."
Ketika kita shalat, kita sedang meninggalkan seluruh dunia, Â tidak berada di Bandung atau Indonesia lagi, di bumi atau galaksi. Kalau seseorang shalatnya sudah seperti itu sama seperti melakukan Mi'raj. Seperti kata seorang sufi, "Engkau menyembah Allah seakan-akan Engkau melihat Allah, melihat seluruh kebesaran-Nya dengan seluruh mata batinmu. " Itulah Mi'raj seorang mu'min. Shalat seperti itulah yang akan sangat berbekas dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti halnya Rasulullah Muhammad SAW yang setelah turun ke bumi lali menyebarkan keselamatan dan rahmat anugrah dari Tuhannya kepada seluruh hamba Allah yang shalih, Â seorang mu'min begitu selesai shalat akan menjadi orang yang menyebarkan rahmat-Nya.Â
Dia tidak akan tinggal di tempat Mi'raj nya;dia akan kembali ke bumi dan membentuk bumi dengan amanah yang dibawanya ketika Mi'raj, yaitu membawa misi rahmat dan keselamatan bagi seluruh alam.Â
Dari sinilah kaum muslimin memperoleh jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,  yaitu dengan mendirikan shalat,  sebagai sarana yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya agar dapat berhubungan atau taqarrub  (mendekat kepada-Nya ). Â
Tetapi manusia tidak akan mungkin bisa "mencapai-Nya ". Kaum muslimin diperintahkan untuk shalat.Kata yang digunakan Al Quran mendahului kata shalat dalam rangkaian kalimat perintah shalat adalah "tegakkanlah atau dirikanlah ". Bukan sekadar laksanakan atau kerjakan.Sebab berbeda antara menegakkan dengan sekadar melaksanakan.Â
Di dalam kata "tegakkan " ada semacam tuntutan untuk mewujudkan makna dan hakikat shalat  ke dalam jiwa  dan memantulkannya ke segala arah. Apa yang dikehendaki Allah SWT dari penegakan shalat tidak saja berpengaruh bagi  perkembangan jiwa seorang hamba tetapi juga berpengaruh secara nyata kepada segala sesuatu yang ada di sekelilingnya. Itulah mengapa rangkaian gerakan dalam shalat diakhiri dengan mengucapkan  "Salam Sejahtera "ke arah kanan dan kiri.Â
Penegakan shalat adalah jalan pelatihan dan pembentukan jiwa seorang hamba Allah ke arah puncak kesempurnaan karena ia berusaha melekatkan sifat-sifat keagungan dan kemurahan Tuhan ke dalam jiwanya atas dasar kesucian dengan selalu menghubungkan hatinya kepada Allah,dan juga memancarkan sifat-sifat keagungan dan kemurahan Allah dalam dirinya agar dapat dirasakan seluruh alam semesta.
"Amul Hazan"
Isra' Mi'raj terjadi ketika Nabi Muhammad SAW sedang menghadapi puncak duka dan sedih yang oleh tarikh disebut "Amul Hazan ".
Siti Khadijah, istri yang sangat beliau cintai meninggal dunia. Istri yang setia,teman hidup pendamping perjuangan yang tulus dan saleha,pelopor, perintis, dan sekaligus benteng perjuangan Islam pada saat-saat kritis yang sangat sulit dan penuh risiko. Wafatnya Khadijah merupakan kehilangan besar bagi Nabi Muhammad SAW dan ummat Islam pada waktu itu.Â
Seminggu setelah Siti Khadijah meninggal dunia paman Nabi SAW, Abu Thalib yang banyak membela Nabi SAW dan sering tampil sebagai tameng perjuangan waktu itu juga meninggal dunia.Â
Kemudian menyusul berbagai peristiwa pahit dan menyedihkan seperti penyiksaan terhadap kaum muslimin di luar batas kemanusiaan, penghancuran ekonomi keluarga Nabi Muhammad SAW, karena boikot total masyarakat musyrikin kepada keluarga Nabi SAW Â di dalam perdagangan.
Sehingga ahli ahli tarikh sering mengemukakan Isra'Mi'raj Nabi Muhammad SAW, antara lain berfungsi untuk memantapkan hati beliau, tegas dan konsisten dalam melaksanakan tugas-tugas perjuangan, tidak hancur karena hasutan dan kezhaliman ,tidak mundur karena tekanan dan fitnah orang, juga tidak goyah karena tipuan dan ujian, tidak hanyut dalam kesedihan dan kepahitan.Â
Isra' Mi'raj merupakan proses pengobatan dan pemantapan, terjadi satu tahun sebelum Rasulullah Muhammad SAW hijrah ke Madinah untuk membangun pusat dakwah dan pusat pemerintahan.Â
Oleh sebab itu peristiwa Isra' Mi'raj dinilai sebagai proses pembekalan khusus kepada beliau untuk menghadapi tugas-tugas berat,berjalan kaki hampir 500 kilometer,membangun pusat dan basis perjuangan,pusat pemerintahan dan perekonomian di suatu tempat yang baru beliau kunjungi.Â
Beberapa ahli tarikh mencoba menghitung-hitung masa perjuangan Nabi SAW sejak dari Mekah sampai beliau wafat,  menurut mereka saat terjadinya Isra'Mi'raj,  merupakan titik tengah masa perjuangan beliau  dan merupakan satu mata rantai penting dan menentukan perjalanan sejarah kaum muslimin. Kalau dibuat semacam grafik perjuangan sederhana akan tampak seperti titik tengah, kulminasi penderitaan dan titik awal kesuksesan dan kemenangan.Â
Sejak awal perkembangan beliau menyampaikan ajaran Islam, beliau mengalami berbagai tantangan dan penderitaan, puncaknya saat menjelang Isra 'Mi'raj dan setahun kemudian beliau hijrah ke Madinah, beliau memperoleh sejumlah kesuksesan dan kemenangan. Puncak kemenangan diakhiri dengan wafatnya beliau meninggalkan para sahabatnya yang telah disiapkan beliau untuk misi perjuangan.
Seorang sufi menilai bahwa peristiwa Isra 'Mi'raj merupakan puncak kenikmatan spiritual seorang hamba Allah dalam memenuhi perintah-Nya dengan berdialog dengan -Nya.Â
Seandainya beliau egois beliau tidak akan mau lagi turun ke Mekah, yang dipenuhi kezhaliman dan kekufuran. Tetapi beliau adalah seorang pejuang yang tidak hanya dirinya saleh, tetapi juga mempunyai misi dan tanggung jawab agar umatnya pun menjadi hamba Allah yang saleh juga.Â
Ketika Rasulullah SAW mengungkapkan tentang perjalanan Isra' Mi'raj ke tengah masyarakat,banyak orang menolak dan mencemoohkan bahkan ada yang menganggap Nabi Muhammad SAW sudah gila. Banyak orang menuduh bahwa Nabi SAW kali ini pembohong besar bahwa apa yang selama ini dikatakannya ternyata kebohongan -kebohongan belaka.Â
Namun seorang di antara yang mendengar cerita Nabi Muhammad SAW pada waktu itu percaya kepada setiap pernyataan Nabi SAW, dialah Abu Bakar Shiddiq radiallahu anhu.Â
Benar apa yang difirmankan Allah SWT bahwa perjalanan Isra 'Mi'raj itu merupakan ujian keimanan, ujian bagi orang-orang beriman, sampai seberapa jauh ia dapat mempercayai apa dinyatakan Rasulullah Muhammad SAW, sekalipun apa yang diungkapkan Rasulullah SAW itu tidak dapat difahami akal dan kemampuan pikiran mereka.Â
u ancur.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H