Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Sejarah Awal Perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia

28 Desember 2019   23:15 Diperbarui: 28 Desember 2019   23:19 3437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dari manakah asal Bangsa dan Bahasa Indonesia? Pada umumnya para ahli sejarah menyebutkan tanah air asli Bangsa Indonesia itu di Yunan, Cina Selatan, sebagian lagi mengatakan di Indo - Cina, Campa (sekarang Kamboja).  Dan Bahasa Melayu ( yang kemudian menjadi dasar Bahasa Indonesia) berasal dari Semenanjung, di utara Singapura. 

Bahasa Melayu tersebat ke mana-mana oleh Bangsa Melayu sebagai pedagang dari satu pulau ke pulau lain. Karena mudah dan bersahaja bentuknya, bahasa Melayu lama-lama berkembang dan dapat digunakan oleh suku-suku bangsa di kepulauan Nusantara.

Sejak zaman dulu kala bahasa Melayu dipandang sebagai bahasa yang pantas dan memasyarakat di Asia Tenggara, disebarkan oleh para pedagang dan para pembawa agama, sehingga digunakan di wilayah yang sangat luas dan tidak bisa dipisahkan dari perkembangan sejarah Bangsa Indonesia maupun bangsa-bangsa di Asia Tenggara. 

Dalam sejarah Bahasa Melayu pernah menjadi bahasa pusat perdagangan pada masa puncak kejayaan  kerajaan Sriwijaya dan kesultanan Malaka, bahkan tersebar di Nusantara sebagai bahasa perdagangan dan perhubungan (lingua franca).

Menurut para ahli sejarah bahasa,  Bahasa Indonesia termasuk ke dalam rumpun Bahasa Austronesia, yang digunakan masyarakat di kepulauan Indonesia,Melanesia, dan Polynesia. Pengguna Bahasa Austronesia meluas dari benua Asia ke Pulau Hawaii, dari Selamdia Baru sampai ke Formosa dan Madagaskar.

BAHASA AUSTRONESIA

A. Rumpun  Indonesia 
Bagian Barat

1). Bahasa Malagasi di Pulau Madagaskat.
2).Bahasa Formosa di sebagian Pulau Formosa.
3). Bahasa Philipina.
4). Bahasa Melayu di Semenanjung Malaka (yang telah banyak diketahui kesusastraannya sejak abad ke -16, kemudian menjadi bahasa perhubungan, dan hingga sekarang menjadi dasar bahasa Indonesia).
5).Bahasa Jawa (kesusastraannya sudah ada sejak abad ke-7).

Bagian Timur
Mulai dari Sumba sebelah timur Flores terus ke pulau-pulau Sula : menggunakan  bahasa Sawu, Solor, dan sebagainya.

B. Rumpun Oceania

Bahasa di pulau-pulau Australia
1). Bahasa Melanesia.
2). Bahasa Mikronesia.
3). Bahasa Polynesia."

(Simandjuntak: 1952).
Susunannya sederhana, kata-katanya terdiri dari banyak huruf hidup dan sedikit huruf mati, terdiri lebih dari  satu suku kata, membuat rumpun bahasa ini istimewa.

Bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang  berasal dari perkembangan:

1). Bahasa Melayu kuno pada masa kerajaan Sriwijaya, para ahli arkeologi sudah melihat buktinya pada batu-batu bertulis di Kedukan Bukit dan Talang Tuwa Palembang, di Kota Kapur Bangka Barat, dan di Karang Berahi antara Jambi - Sungai Musi.

2). Bahasa Melayu yang digunakan pada masa pemerintahan raja-raja Malaka, yang digunakan dalam prosa lama.

3). Bahasa Indonesia yang lahir sebagai perwujudan cita-cita, berkembang dan digunakan sebagai bahasa kesatuan pada masa kebangkitan nasional Bangsa Indonesia sampai sekarang.

Bahasa resmi kerajaan Sriwijaya merupakan Bahasa Melayu tertua yang masih dapat diteliti sebagai peninggalan sejarah terdapat pada empat batu bertulis peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Palembang, Jambi, dan Bangka, berisi piagam bertuliskan huruf-huruf Sriwijaya turunan dari huruf Hindu.

Piagam-piagam tersebut bertanggal tahun Syaka 604, 605, 608, bertepatan dengan tahun Masehi 682, 683, 686. Berabad-abad lebih tua dari sisa-sisa bahasa Jawa kuno, sebagai sisa tertua yang pernah ditemukan orang tentang bahasa- bahasa Austronesia.

Pada saat itu selain menjadi pusat politik di Asia Tenggara, kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat ilmu pengetahuan, terutama di kalangan agama Budha. Para peziarah agama Budha, dan rahib-rahib bangsa Cina dalam perjalanan ke negri asal Budha singgah di Sriwijaya, kadang-kadang dalam waktu lama, bahkan tinggal bertahun-tahun di sana, seperti rahib I Tsing  yang pernah tinggal lama di Sriwijaya.

Kedatangan bangsa-bangsa asing menjadi pergaulan yang membawa perubahan dalam kebudayaan, dan sangat mempengaruhi evolusi bahasa Melayu di Nusantara. Benda-benda dan pikiran-pikiran yang belum dikenal harus diberi nama. 

Pada awal abad Masehi para pedagang India datang bersama agama Hindu ke Nusantara sehingga bahasa di kepulauan Nusantara dipengaruhi sangat banyak kata-kata dalam bahasa Sansekerta. Karena bangsa India waktu itu berkebudayaan tinggi. 

Pengaruh ini terus berlamgsung sampai abad ke - 15. Terbukti di berbagai wilayah di Indonesia terdapat candi-candi, adat-istiadat, dan kepercayaan yang ada dari peninggalan pengaruh kebudayaan Hindu.

Sangat banyak kata-kata dari bahasa Sansekerta diserap ke dalam bahasa Melayu, Sunda, Jawa, Bali,  tak terhingga. Setelah ratusan tahun,  kata serapan dari bahasa Sansekerta di Indonesia akan dan sekarang sebagian besar tidak terasa lagi sebagai kata serapan dari bahasa asing, seperti agama, pahala, puasa, dewasa, Dewa, Dewi,  durhaka, berita, berkala, ganda, guru, utama, usaha,...

Pada abad ke - 15 para pedagang Arab berdatangan ke Nusantara. Mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam. Bahasa Arab sangat besar pemgaruhnya  dalam bahasa-bahasa setempat, dan juga dalam bahasa.

Melayu, lebih-lebih lagi di daerah-daerah pusat penyiaran agama Islam. Gelar Raja dan Marah pun diganti dengan gelar Sultan awalnya oleh raja-raja Malaka, hingga lahir nama-nama. Sultan Iskandar Muda, Sultan Ali Hadji, Sultan Muhammad Syah, dan lain-lain.

Awalnya pemggunaan kata-kata bahasa Arab hanya berhubungan dengan agama, tetapi berangsur-angsur orang-orang merasa mulia dan terpelajar kalau fasih berbahasa Arab baik lisan maupun tulisan. Huruf Arab dijadikan huruf resmi,  dan huruf-huruf yang tidak ada di dalam huruf Arab dilengkapi dengan tanda-tanda bentuk huruf yang sudah ada (ca, nga, pa,ga, dan nya).

Bahasa Arab  yang diserap ke dalam bahasa Melayu sering kita dengar seperti adil, adab, ahad, awal,abjad, badan, berkat, kabar,khidmat, khotbah, jawab, jahil, fasal, faham, ibadah, ibarat,ikhtiar,wajib, wafat,...

Bahasa dan kesusastraan Melayu berkembang pada masa kejayaan kesultanan Malaka ( abad ke - 15), ketika Malaka menjadi pusat perdagangan dan pusat pengembangan agama Islam. 

Perkembangan bahasa Melayu dipengaruhi agama Islam yang dibawa para saudagar dari Persia, Gujarat, dan Pasai, lalu dilanjutkan oleh orang-orang Malaka ke mana-mana ke sebelah timur untuk mengembangkan agama Islam. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pengantar. 

Kesusastraan Melayu banyak dipengaruhi kesusastraan Persia dan Arab. Dengan bantuan para pedagang bahasa Melayu tersebar ke seluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa penghubung antar individu.

Kesultanan Malaka berkembang pesat, tetapi tidak lama. Tahun 1511 Portugis menaklukkan Malaka. Kesusastraan Melayu yang tersimpan di perpustakaan istana Kesultanan Malaka habis terbakar saat diserang Portugis, tidak tersisa.Sultan Mahmud Syah menyingkir ke Pahang, lalu ke Bintan. 

Kemudian Bintan pun dihancurkan Portugis pada tahun 1526. Sultan Mahmud Syah memyelamatkan diri  ke Kampar dan wafat di sana. Putra Mahkota, Sultan Alaudin Diayat Syah II  mendirikan negara baru di Johor pada tahun 1530.

Pada masa dibangunnya kembali kesusastraan Melayu di Johor, untuk mengganti kesusastraan Melayu yang musnah di Malaka, Sejarah Melayu yang ditulis Tun Muhammad Sri Lanang gelar Bendahara Paduka Raja yang diperkirakan selesai pada tahun 1616 menjadi sangat penting. Kesusastraannya menggunakan bahasa Melayu Johor.

Pada awal abad ke - 19, hasil karya sastra Melayu yang ditulis dalam Bahasa Melayu Tinggi sangat banyak, dan termasuk kesusastraan yang kaya di Nusantara. Banyak hikayat, syair, pantun,dan karya-karya sastra lain yang indah-indah, umurnya sudah ratusan tahun. Hikayat Si Miskin, Hikayat Malim Dewa, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Amir Hamzah, Syair Bidasari, Syair Ken Tambunan, Sejarah Melayu, merupakan karya sastra klasik Melayu.

Banyak pengarang terutama dari kalangan ulama dan kesultanan di Kepulauan Riau. Yang paling termashur adalah Raja Ali Hadji, Nurddin Ar Raniri, Tun Muhammad Sri Lanang, Hamzah Fansuri,  Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi.

Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi seorang keturunan Arab peranakan Keling, terkenal karena usahanya memperbarui sastra Melayu. Seperti ayahnya, ia menaruh perhatian sangat besar terhadap bahasa dan kesusastraan Melayu. 

Dari buku-buku peninggalannya seperti Syair Singapura dimakan api (1830), Kosah Pelayaran Abdullah dari Singapura ke Kelantan (1838),Hikayat Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (1849), Kisah Pelayaran Andullah ke Negri Jeddah (1854), cerita-veritanya tidak lagi fantasi raja dan putri-putri cantik, tetapi kejadian di kehidupan sehari-hari, tidak istana sentris, sehingga Abdullah dianggap sebagai pembaharu kesusastraan Melayu. Buku-bukunya menambah perbendaharaan dan menghidupkan lagi kesusastraan Melayu yang seolah-olah sekian lama tak muncul.

Abdullah hidup pada paruh pertama abad ke - 19, Ia mengarang karya-karya sastra Melayu Klasik, meninggal di Jeddah,  sebelum ia selesai  menulis  buku terakhirnya. Pembaruan yang dipeloprinya tidak mendapat tempat di zamannya. Setelah berpuluh-puluh tahun sejak dia meninggal baru usahanya itu mendapat sambutan.

Pengaruh bahasa Belanda besar juga, meliputi penyerapan kata-kata, bentukan kata, dan struktur kalimat. Ini terjadi karena bangsa Belanda sangat lama  menjajah Indonesia. Kebanyakan kaum intelektual Bumi Putra  yang setelah kemerdekaan Indonesia menjadi pejabat-pejabat penting di dalam pemerintahan negara Republik Indonesia adalah orang -orang-orang yang pernah mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah Belanda. 

Sebagian dari mereka kurang menguasai Bahasa Indonesia yang setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia  menjadi bahasa resmi dan bahasa negara. Bahasa Indonesia yang mereka gunakan Bahasa Indonesia  yang banyak dipengaruhi bahasa Belanda.

Pada abad ke -19 dan pada awal abad ke - - 20 pertemuan Belanda (Barat) dan Indonesia tidak terbatas pada perdagangan saja. Kebudayaan Belanda diutamakan dengan lebih mengedepankan kedudukan bahasa Belanda daripafa bahasa-bahada daerah di Nusantara. Sistem pengajaran dengan menggunakan bahasa Belanda membuat kaum terpelajar Pribumi mayoritas berbahasa Belanda, kemudian kata-kata dalam bahasa Belanda itu terbawa-bawa ke dalam bahasanya.

Politik Belanda menjajah Indonesia sangat keras, dengan segala macam cara dan memaksa untuk mengangkut kekayaan daerah jajahannya sebanyak mungkin. Pada awal abad ke - 20  politik Belanda agak melunak sebagai reaksi terhadap politik Cultuurstelsel (tanam paksa) yang telah sangat merusak kehidupan rakyat Bumi Putra. 

Diganti dengan politik etis ("etische politick) , tetapi ketamakan penjajah dalam mengeksploitasi daerah jajahannya tidak berkurang. Untuk "balas jasa" mereka mulai memperhatikan anak negri. Kemungkinan untuk bersekolah, untuk mendapatkan pendidikan, untuk maju bagi orang-orang Bumi Putra mulai agak lebih leluasa.

Politik etis bertujuan antara lain membuat Bangsa Indonesia  merasa dekat dengan bangsa Belanda. Sehingga di sekolah-sekolah anak-anak Bumi Putra dididik mengenai tata cara kehidupan, ilmu bumi negri Belanda, pengetahuan, ilmu, moral, dan bahasa Belanda.Bahasa Belanda merupakan bahasa negara berpenduduk sedikit, tak ada pengaruh dan peranannya di Eropa, dijadikan negara bahasa resmi di seluruh wilayah Nederlandsch Indir.

Lalu sampai sekarang pengaruh bahasa Inggris juga sangat besar di kalangan masyarakat Indonesia. Sangat banyak penggunaan kata-kata dari bahasa Inggris di samping penggunaan kata-kata dari Bahasa Indonesia yang sama artinya. Kadang-kadang kita mendengar dan melihat orang Indonesia menggunakan bahasa Inggris saat berbicara, menulis, atau dalam berpidato.

Kata-kata serapan dari bahasa Belanda dan Inggris,atau internasional biasanya sangat diperlukan  dalam bahasa ilmiah. Kita sering sangat sulit menterjemahkan kata-kata bahasa asing itu. Biasanya kita tempuh jalan menyerap kata-kata bahada asing itu dan menuliskannya menurut ejaan Bahasa Indonesia ( kata-kata bahasa asing itu diIndonesiakan).

Kita tidak bisa menyalahkan kata-kata dari bahasa asing, karena mungkin saja dibutuhkan kata-kata baru untuk untuk teknik, pertanian, pengobatan, pengajaran, dan lain-lain. Asal tidak merusak tatanan bahasa.

Tetapi karena bahasa Melayu pun sudah tersebar dan sudah menjadi bahasa sebagian besar penduduk Nederlandsch Indie, Gubernur Jendral Rochussen menetapkan bahasa Melayu menjadi bahasa di sekolah untuk mendidik calon pegawai negri Bumi Putra.

Pada pertengahan abad ke - 19 pers terutama surat kabar berkembang pesat, hingga prosa baku dan praktis digunakan untuk menyiarkan peristiwa sehari-hari. Ditambah pengaruh bacaan sastra Eropa, melalui Belanda. Banyak wartawan dan pengarang menggunakan bahasa prosa untuk bercerita. 

Awalnya mungkin mereka tidak menyadari menulis karya sastra, lama-lama jenis cerita ini berkembang pesat setelah peminatnya sangat banyak. Roman pertama yang mengisahkan kehidupan nyata sehari-hari itu awalnya dimuat sebagai cerita bersambung di surat kabar-surat kabar, ditulis dalam bahasa Melayu Rendah,  bukan menggunakan bahasa Melayu Tinggi, bahasanya sulit disebut bahasa Melayu murni.

Banyak di antara pengarang menulis roman-roman pertama pada akhir abad ke -  19 ( awal abad ke - 20)  itu bukan dari Sumatra atau Kepulauan Riau. Ada yang berasal dari Jawa, Ambon,  dan Indo. Seperti Pangrmanan, wartawan mahir dari Manado, menulis cerita-cerita roman. G. Francis seorang Indo menulis roman Nyai Dasima (1896), konon ditulis berdasarkan peristiwa nyata di Betawi. H. Moekti menulis Hikayat Siti Mariah, hikayat ini tidak sama bentuk dan bahasanya dengan hikayat-hikayat dalam sastra Melayu klasik. Ada juga cerita-cerita Boesono dan Nyai Permana karya Raden Mas Tirto Adisoerjo, cerita-cerita ini sebelumnya dimuat sebagai cerita bersambung fi surat kabar Medan Prijaji terbitan Bandung.

Pada tahun 1901 ejaan resmi bahasa Melayu disusun oleh Ch. van Ophuysen, dimuat dalam Kitab Logat Melayu. Memantapkan kedudukan bahasa Melayu yang oleh Gubernemen Belanda ditetapkan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah Bumi Putra.

Pada tahun 1908 pemerintah Belanda mendirikan badan penerbit buku-buku bacaan bernama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat). Pada tahun 1917 Commissie voor de Volkslectuur diubah namanya menjadi Balai Pustaka.

Pada tanggal 25 Juni 1918 terbit ketetapan Ratu Belanda untuk membebaskan anggota-anggota Dewan Rakyat (Volksraad) untuk menggunakan nahasa Melayu ( Bahasa Indonesia) dalam perundingan-perundingan. Ketetapan itu merupakan reaksi kerajaan Belanda atas gagasan yang dicetuskan anggota Dewan Rakyat Bangsa Indonesia, didorong hasrat memperjuangkan diakuinya Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Para pemimpin pergerakan kebangsaan di Hindia Belanda semakin giat memperjuangkan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional, yang sejak ratusan tahun telah menjadi bahasa pergaulan atau bahasa perhubungan (lingua franca) di antara suku bangsa-suku bangsa di seluruh Nusantara.

Pada masa.itu bahasa Melayu sudah banyak digunakan para pemimpin nasional Indonesia, terutama di lingkungan pergerakan Islam. Seperti di linkungan Syarikat Islam H. O. S. Tjokroaminoto selalu menggunakan bahasa Melayu. Mungkin karena para pemimpin dan mayoritas pengikut Islam tidak mengenyam pemdidikan sekolah Belanda. Penggunaan bahasa Melayu belum disadari pentingnya.

Muhammad Yamin dalam tulisan-tulisannya di majalah Jong Sumatra pada sekitar tahun 1918 menyerukan penggunaan bahasa Melayu. Setelah penggunaan bahasa Belanda pada sekitar tahun 1920-an, penggunaan bahasa Melayu dilakukan dengan lebih sadar. Para pemimpin pergerakan nasional dalam pidato-pidato dan tulisannya mulai banyak yang menggunakan bahasa Melayu.

Sebelum tahun 1920-an para pejuang kemerdekaan Indonesia seperti Soewardi Soerjaningrat, Dokter Tjipto Mangoenkoesoemo,dan lain-lain lebih fasih dan lebih banyak menggunakan bahasa Belanda dalam pidato-pidato dan tulisan-tulisannya. 

Mulai dari tahun 1920 an para pejuang sepertu Haji Agus Salim, Abdul Muis, Tan Malaka, dan lain-lain lebih umum menggunakan bahasa Melayu dalam tulisan-tulisan dan pidato-pidatonya, sehingga membantu perkembangan bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia. 

Soekarno telah membuat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang hidup, lincah, lentur, mudah dicerna, bukan hanya oleh orang-orang Sumatra atau Kepulauan Riau, melainkan juga oleh orang-orang yang berasal dari wilayah lain di seluruh Nusantara. Soekarno telah membuat Bahasa Indonesia menjadi lebih populer.

Pada tahun 1920-an beredar roman-roman terbitan Balai Pustaka, seperti Azab dan Sengsara karya Merari Siregar, dua tahun kemudian terbit Siti Nurbaya karya Marah Rusli, Muda Teruna kaya M. Kasim, dan Apa Dayaku Karena Aku Perempuan karya Nursinah Iskandar (nama samaran Nur Sutan Iskandar terbit tahun 1922. Roman-roman Balai Pustaka menggunakan bahasa Melayu Tinggi, bahasanya dengan tertib mengikuti bahada tulisan.

Roman adalah bentuk sastra Eropa yang berkembang pesat sekitar anad ke - 18 - 19, dan digemari juga di Nederlandsch Indie. Pengaruhnya tampak dalam prosa dan puisi. Pada tahun 1920-an Muhammad Yamin, Sanusi Pane, Mohammad Hatta, Rustam Efendi, dan lain-lain banyak menulis Soneta (bentuk puisi berasal dari Italia, digemari di Inggrus dan Belanda).

Usaha Balai Pustaka mengalami kemajuan, sampai Perang Dunia II pecah. Balai Pustaka tidak hanya menerbitkan buku-buku bacaan seperti roman, tetapi juga menerbitkan majalah-mahalah Seri Pustaka, Panji Pustaka,  dan buku-buku penuntun bercocok tanam, pemeliharaan kesehatan, yang banyak membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

Perlahan tapi pasti bahasa Melayu berkembang menuju ke Bahasa Indonesia. Banyak hal di luar bahasa Melayu yang mendorong pesatnya perkembangan bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia. Terutama dari pergerakan politik kemerdekaan Indonesia yang dicita-citakan hanya akan terwujud bila seluruh Bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak  suku bangsa itu bersatu. 

Selain kesatuan dalam cita-cita dan semangat perjuangan, dibutuhkan alat pemersatu dalam menyatakan perasaan, pikiran, dan kehendak, alat itu adalah bahasa. Bangsa Indonesia harus memiliki bahasa kebangsaan, bahasa milik seluruh Bangsa Indonesia.

Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jomg Islamieten Bond, Jomg Ambon, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, Jong Celebes, dan perhimpunan pemuda lainnya kemudian bersatu dalam Indonesia Muda. 

Berasal dari perasaan  senasib dan sepenanggungan karena sama-sama hidup di bawah cengkraman penjajajah, tumbuh kesadaran nasional, menghilangkan perbedaan-pernefaan sejarah, lingkungan kebudayaan,  bahasa, adat istiadat.

Kesadaran itu mereka cetuskan dalam Sumpah Pemuda tanggal  28 Oktober 1928, hingga tersiar ke seluruh tanah air bahkan ke seluruh dunia. Sumpah Pemuda:

  • Kami putera-puteri  Indonesia mengaku  bertanah tumpah darah satu, Tanah Air Indonesia.
  • Kami putera-puteri Indonesia berbangsa satu, Bangsa Indonesia.
  • Kami putera-puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,  Bahasa Indonesia.

Adalah anugrah Ilahi yang mengilhami putra-putri terbaik Bangsa Indonesia yang sadar mengakui Bahasa Indonesia berjasa mempercepat persatuan bangsa. Pengertian Indonesia dalam Sumpah Pemuda ini adalah seluruh wilayah Nederlandsch Indie.

Peranan anggota partai-partai politik dalam perjuangannya sebagian besar menggunakan Bahasa Indonesia dalam rapat-rapat, dalam tulisan, dalam pidato-pidatonya, dan sebagainya, juga sangat besar. 

Seperti dalam organisasi Budi Utomo (1908), Patai Hindia (1912), Syarikat Islam (1913), Indonesische Vereniging (1922) lanjutan dari Indische Vereniging (Perhimpunan Indonesia) yang didirikan tahun 1908, Partai Nasional Indonesia (1927), Partai Indonesia  (1931), Pendidikan Nadional Indonesia (1931), Partai Indonesia Raya (1935), Gerakan Rakyat Indonesia ( 1937).

Sebagian dari para pejuang poltik muda mendirikan perusahaan  surat kabar sepert Pewarta Deli, Soeara Oemoem, , Pemandangan, Antara,... Melalui surat kabar Bahasa Indonesia lebih cepat tersebar ke masyarakat luas.

Pada tahu 1933 berdiri angkatan sastrawan  Pujangga Baru dipelopori Sutan Takdir Alusjahbana, Amir Hamxah, Armijn Pane, dan kawan-kawan. 

Alat komunikasi para sastrawan dengan masyarakat luas adalah majalah sastra dan kebudayaan Pujangga Baru yang mereka terbitkan. Pada masa ini Bahasa Infonesia mulai berkembang dari bahasa Melayu yang keMinangkabau-Minangkabauan menjadi bahasa Melayu modern, yaitu Bahasa Indonesia. Di mana Pujangga Baru bahasanya sangat ketas, dipengaruhi bahasa Melayu Riau.

Pada tahun 1938 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia Pertama di Solo, sangat penting untuk mengukuhkan kedudukan Bahasa Undonesia senagai bahasa nasional di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) Bahasa Indonesia menjadi bahasa utama, bahasa Belanda dan bahasa Inggris tidak boleh digunakan,  baik dalam percakapan sehari-hari maupun di lingkungan resmi, misalnya dalam administraso negara, karena bahasa musuh. Masayarakat belum menguasai bahasa Jepang sehingga satu-satunya alat komunikasi untuk saling berhubungan dengan bahasa resmi Bahasa Indonesia.

Munculnya para sastrawan sejak tahun 1942 sampai kemudian terkenal dengan nama sastrawan-sastrawan "Angkatan 1945", telah membawa Bahasa Indonesia ke gaya baru. Bahasa Indonesia yang digunakan bukan bahasa Melayu Balai Pustaka atau Pujangga Baru, lebih bebas memilih kata, bentuk kata,  bentuk kalimat,  dan kaya dengan ugkapan-ungkapan dan perbandingan-perbandingam baru, yang tidak klise lagi. Bahasa yg digunakan benar-benar Bahada Indonesia. Pengarang-pengarang muda tidak mau lagi mematuhi peraturan-peraturan lama yang terlalu mengikat.

Pada tahun 1946 Jepang menyerah kepada Sekutu. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Bahasa Indonesia menjadi sangat penting, mendapat kdudukan yang lebih pasti sebagai bahasa nasional,  bahasa kesatuan, bahasa resmi, dan bahasa negara.

Peristiwa ini sangat penting untuk kedudukan Bahasa Indonesia, meskipun di lain pihak perkembangannya belum teratur, karena sebagian besar kaum terpelajar Indonesia  tidak menguasai Bahasa Indonesia dengan baik. Banyak di antara mereka belum pernah mempelajari Bahasa Indonesia  dengan baik, teratur, dan bersungguh-sungguh. 

Mayoritas mereka memguasai bahasa Belanda, itu sebabnya pengaruh bahasa Belanda banyak masuk ke dalam bahasa Indonesia, begitu juga bahasa Melayu Pasar (bahasa pergaulan), dan bahasa daerah di kalangan rakyat. Meskipun demikian  penggunaan Bahasa Indonesia semakin tersebar dan mengalami kontak sosial di seluruh wilayah tanah air dengan berpuluh-puluh bahasa di Indonesia.

Perkembangan bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia berlangsung perlahan-lahan dan terus-menerus. Sebagai bahasa yang hidup, digunakan rakyat dari berbagai suku bangsa yang masinh-masing memiliki bahasa daerah. Bahasa Indonesia menerima menerima pengaruh dari bahasa-bahasa daerah, dari bahasa Minangkabau, bahasa Sunda, bahasa Melayu,bahasa Jawa,...

Banyak kata dari bahasa daerah disearp ke dalam Bahasa Indonesia, memperkaya perbendaharaan kata-katanya. Kata-kata seperti heboh, becus, lumayan, mendingan, gagasan, gamblang, ganyang, cemooh, semarak, buhul,  bobot, mavet, seret, awet, sumber, melempem, berkumandang,...semua berasal dari bahasa daerah.

Bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa.  Melalui Bahasa Indonesia perlahan semangat nasionalisme mengatasi  rasa kedaerahan. Bahasa Indonesia tidak terasa seperti bahasa asing, tetapi terasa sebagai bahasa milik sendiri di samping Bahasa Ibu.

Perlahan tetapi pasti Bahasa Indonesia mendapat tempat tersendiri di seluruh masyarakat Indonesia, karena Bahasa Indonesia menghubungkan Maluku dengan Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, Jawa, Sunda, Sunda Kecil, meskipun awalnya hanya bahasa pergaulan di pedagangan antar pulau saja. Karena Bahasa Indonesia memiliki sistem sedrehana sehingga mudah dipelajari, tidak mengenal tingkatan bahasa atau perbedaan bahasa kasar dan halus.

Seluruh suku bangsa di Indonesia telah rela menerima Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berdasarkan kesadaran dan manfaatnya sebagai bahasa perhubungan di seluruh kepulauan Indonesia untuk terjalinnya persatuan dan kesatuan. Kesanggupan  Bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa kebudayaan  dalam arti luas, dapat berkembang menjadi bahasa sempurna, bahasa yang dapat digunakan untuk merumuskan  pendapat dengan tepat dan mengutarakan perasaan dengan jelas.

Bangsa Indonesia hidup di tengah-tengah pervaturan politik dan kebudayaan dunia, menerima pengaruh-pengaruh yang datang dari luar negri, begitu pun dalam bahasa. Pengaruh kata-kata dari bahasa asing yang diserap ke dalam  Bahasa Indonesia seperti  bahasa Dansekerta, bahasa Arab, bahasa Portugis, bahasa Tionghoa, bahasa Belanda, dan bahasa Inggris, sangat besar, tidak hanya meliputi penyerapan kata-kata tetapi juga meliputi struktur kata dan kalimat.

Bila suatu bangsa lebih pandai dan bertambah pengetahuannya, akan menambah perubahan bahasanya, karena kebutuhan pun berubah, tidak seperti zaman dahulu yang masih bersahaja, yang hanya terbatas digunakan di kampung, di lingkungan sanak saudara, di sawah dan ladang.

Pada tahun 1950 setelah Belanda dan dunia mengakui sepemuhnya kemerdekaan Republik Indonesia, Bahasa Indonesia memaduki periode baru. Bahasa Indonesia terus dibina dan dikembangkan karena sudah bukan hanya bahasa penghubung atau pergaulan, melainkan juga  harus menjadi bahasa ilmu, bahasa seni, bahasa politik, bahasa hukum, bahasa ekonomi,...

Dari tanggal 28 Oktober - 2 November 1954 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia Kedua di Medan, dihadiri para pembesar negara, wakil-wakil pers, para ahli bahasa, dan para undangan dari negara tetangga yang berbahasa serumpun, Negara Persekutuan Tanah Melayu (Malaysia).

Penetapan pemakaian ejaan baru oleh Presiden Republik Indonesia tanggal 16 Agustus 1972 (Ejaan Yang Disempurnakan) membuat Bahasa Indonesia semakin menuju kesempurnaan. Lembaga Bahasa Nasional berdasarkan Surat Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan diubah namanya menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada tanggal 1 Fenruari 1975. Berbagai penelitian, pembinaan, pendidikan,  dan penataran diadakan untuk  mempeoleh tenaga-tenaga ahli di bidang linguistik, sastra, kamus,penterjemah, penyuluhan, dan sebagainya.

Dari tanggal 28 Oktober -  4 November 1978 di Jakarta ratusan tokoh masyarakat dari seluruh Indonesia dan beberapa orang undangan dari luar negri, menghadiri Komgres Bahasa Indonesia Ketiga yang diselenggarakan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Bahasa Indonesia di era Millenial sudah lebih modern dan ilmiah. Di masa silam bangsa kita sebelum lahirnya kesatuan sudah menggunakan bahasa Melayu tetapi belum menjunjungnya, karena masih sangat sederhana dan bersahaja, belum diresmikan untuk melahirkan segenap perasaan dan pendapat suatu bangsa, Bangsa Indonesia. Bentuk kata-kata dan kalimatnya saat itu belum memgenai istilah bermacam perasaan dan pengertian yang tidak berwujud, istilah teknik, segala lapangan pengetahuan dan kebudayaan.

Perluasan dan tambahan Bahasa Indonesia menjadi pesat karena perluasan dan tambahan dalam tiap-tiap bahasa berhubungan dengan kemajuan kebudayaan bangsa pemilik budaya tersebut, begitu juga jika ada pergaulan dengan bamgsa lain. Perkembangan bahasa berubah mengikuti perkembangan zaman. Di setiap zam terjadi perubahan bahasa, tidak mungkin bahasa sekarang sama dengan bahasa seabad lalu.

Bahasa Indonesia itu bahasa hidup dan tak dapat dibatasi,tetapi sampai di mana kesanggupan Bahasa Indonesia, tergantung kepada kesungguhan Bangsa Indonesia mempelajarinya, menguasainya, dan menggunakannya sehari-hari. Kesanggupan Bahasa Indonesia bisa kita amati dalam kesusastraan Indonesia dan pergaulan hidup di era millenial ini.

Dengan demikian mengapa kita tidak mengusulkan kepada UNESCO dan dunia internasional ( setidaknya di kawasan ASEAN) agar Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional atau bahasa pariwisata internasional. Bahasa yang mudah dipelajari dan mudah digunakan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun