Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Sejarah Awal Perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia

28 Desember 2019   23:15 Diperbarui: 28 Desember 2019   23:19 3437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pada tahun 1946 Jepang menyerah kepada Sekutu. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Bahasa Indonesia menjadi sangat penting, mendapat kdudukan yang lebih pasti sebagai bahasa nasional,  bahasa kesatuan, bahasa resmi, dan bahasa negara.

Peristiwa ini sangat penting untuk kedudukan Bahasa Indonesia, meskipun di lain pihak perkembangannya belum teratur, karena sebagian besar kaum terpelajar Indonesia  tidak menguasai Bahasa Indonesia dengan baik. Banyak di antara mereka belum pernah mempelajari Bahasa Indonesia  dengan baik, teratur, dan bersungguh-sungguh. 

Mayoritas mereka memguasai bahasa Belanda, itu sebabnya pengaruh bahasa Belanda banyak masuk ke dalam bahasa Indonesia, begitu juga bahasa Melayu Pasar (bahasa pergaulan), dan bahasa daerah di kalangan rakyat. Meskipun demikian  penggunaan Bahasa Indonesia semakin tersebar dan mengalami kontak sosial di seluruh wilayah tanah air dengan berpuluh-puluh bahasa di Indonesia.

Perkembangan bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia berlangsung perlahan-lahan dan terus-menerus. Sebagai bahasa yang hidup, digunakan rakyat dari berbagai suku bangsa yang masinh-masing memiliki bahasa daerah. Bahasa Indonesia menerima menerima pengaruh dari bahasa-bahasa daerah, dari bahasa Minangkabau, bahasa Sunda, bahasa Melayu,bahasa Jawa,...

Banyak kata dari bahasa daerah disearp ke dalam Bahasa Indonesia, memperkaya perbendaharaan kata-katanya. Kata-kata seperti heboh, becus, lumayan, mendingan, gagasan, gamblang, ganyang, cemooh, semarak, buhul,  bobot, mavet, seret, awet, sumber, melempem, berkumandang,...semua berasal dari bahasa daerah.

Bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa.  Melalui Bahasa Indonesia perlahan semangat nasionalisme mengatasi  rasa kedaerahan. Bahasa Indonesia tidak terasa seperti bahasa asing, tetapi terasa sebagai bahasa milik sendiri di samping Bahasa Ibu.

Perlahan tetapi pasti Bahasa Indonesia mendapat tempat tersendiri di seluruh masyarakat Indonesia, karena Bahasa Indonesia menghubungkan Maluku dengan Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, Jawa, Sunda, Sunda Kecil, meskipun awalnya hanya bahasa pergaulan di pedagangan antar pulau saja. Karena Bahasa Indonesia memiliki sistem sedrehana sehingga mudah dipelajari, tidak mengenal tingkatan bahasa atau perbedaan bahasa kasar dan halus.

Seluruh suku bangsa di Indonesia telah rela menerima Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berdasarkan kesadaran dan manfaatnya sebagai bahasa perhubungan di seluruh kepulauan Indonesia untuk terjalinnya persatuan dan kesatuan. Kesanggupan  Bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa kebudayaan  dalam arti luas, dapat berkembang menjadi bahasa sempurna, bahasa yang dapat digunakan untuk merumuskan  pendapat dengan tepat dan mengutarakan perasaan dengan jelas.

Bangsa Indonesia hidup di tengah-tengah pervaturan politik dan kebudayaan dunia, menerima pengaruh-pengaruh yang datang dari luar negri, begitu pun dalam bahasa. Pengaruh kata-kata dari bahasa asing yang diserap ke dalam  Bahasa Indonesia seperti  bahasa Dansekerta, bahasa Arab, bahasa Portugis, bahasa Tionghoa, bahasa Belanda, dan bahasa Inggris, sangat besar, tidak hanya meliputi penyerapan kata-kata tetapi juga meliputi struktur kata dan kalimat.

Bila suatu bangsa lebih pandai dan bertambah pengetahuannya, akan menambah perubahan bahasanya, karena kebutuhan pun berubah, tidak seperti zaman dahulu yang masih bersahaja, yang hanya terbatas digunakan di kampung, di lingkungan sanak saudara, di sawah dan ladang.

Pada tahun 1950 setelah Belanda dan dunia mengakui sepemuhnya kemerdekaan Republik Indonesia, Bahasa Indonesia memaduki periode baru. Bahasa Indonesia terus dibina dan dikembangkan karena sudah bukan hanya bahasa penghubung atau pergaulan, melainkan juga  harus menjadi bahasa ilmu, bahasa seni, bahasa politik, bahasa hukum, bahasa ekonomi,...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun