Mohon tunggu...
Kiki Natalia
Kiki Natalia Mohon Tunggu... Guru - Refleksi Teori Belajar | Teknologi Pendidikan | Magister Pendidikan

Education is not preparation for life; education is life itself. – John Dewey

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Teori Belajar dan Mengajar: Erik Erikson 8 Stages of Psychological Development

27 November 2021   10:25 Diperbarui: 27 November 2021   11:21 1695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak

Teori perkembangan psikososial Erikson menjelaskan delapan fase yang harus dilalui orang sehat sejak lahir hingga meninggal. Setiap tahap sangat penting untuk pertumbuhan kita secara keseluruhan, saat kita menghadapi tuntutan baru, mengajukan pertanyaan baru, dan bertemu individu yang berdampak pada perilaku dan pembelajaran kita. Teori perkembangan psikososial Erikson menonjol di antara teori-teori perkembangan lainnya karena ia merasa bahwa manusia terus tumbuh dari lahir sampai mati, dan bahwa mereka dapat makmur serta putus asa pada setiap tahap.

Latar Belakang

Erik Erikson (1902--1994) adalah seorang psikolog Jerman-Amerika yang paling dikenal atas karyanya dalam pengembangan psikososial bersama istrinya Joan. Sigmund dan Anna Freud menginspirasinya, dan dia menjadi terkenal karena menciptakan frasa "krisis identitas." Pada setiap tahap pertumbuhan, ego memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan dengan menguasai sikap, ide, dan bakat, menurut Erikson. Keahlian ini membantu perkembangan anak-anak menjadi anggota masyarakat yang produktif. Ada konflik psikologis di setiap delapan fase Erikson yang harus berhasil diatasi agar seorang anak berkembang menjadi orang dewasa yang sehat dan dapat menyesuaikan diri dengan baik. Erik Erikson juga bekerja sebagai profesor di Harvard dan Yale meskipun hanya memiliki gelar sarjana.

8 Tahapan Perkembangan Psikologis

Dari lahir sampai akhir hayat, teori perkembangan psikososial Erikson mencantumkan delapan fase yang harus dilalui oleh manusia yang sehat. Kami menghadapi tuntutan baru, mengajukan pertanyaan baru, dan bertemu individu yang memengaruhi perilaku dan pembelajaran kami di setiap tahap.

1. Basic Trust Vs. Mistrust - Kepercayaan Dasar Vs. Ketidakpercayaan

Memulai tahap pertama dari Kepercayaan Dasar vs Ketidakpercayaan Erikson sebagai bayi. Kami mempertanyakan apakah kami dapat mempercayai dunia dan apakah itu aman. Kita belajar bahwa jika kita bisa mempercayai seseorang hari ini, kita akan bisa mempercayai orang lain nanti. Ketika kita takut, kita menciptakan skeptisisme dan ketidakpercayaan. Ibu kita adalah faktor terpenting dalam pertumbuhan kita.

2. Autonomy Vs. Shame & Doubt - Otonomi Vs. Malu & Ragu

Kita belajar tentang diri kita dan tubuh kita di masa kanak-kanak kita. Kami belajar untuk beralih antara Otonomi dan Malu & Keraguan di tahap kedua ini. Kami bertanya-tanya apakah tidak apa-apa menjadi diri sendiri. Kami membangun kepercayaan diri ketika kami diizinkan untuk mengeksplorasi diri kami sendiri. Kita bisa mendapatkan rasa bersalah dan keraguan diri jika tidak. Kedua orang tua sekarang memiliki peran penting untuk dilakukan.

3. Initiative Vs. Guilt - Inisiatif Vs. Kesalahan

Kita akan mempelajari tentang Inisiatif vs. Rasa Bersalah pada langkah ketiga. Kami mengambil inisiatif di prasekolah, mencoba hal-hal baru, dan mempelajari konsep-konsep dasar seperti bagaimana segala sesuatu berputar. Apakah tidak apa-apa bagi saya untuk melakukan apa yang saya lakukan? Kita dapat mengejar hasrat kita jika kita didorong. Kita mungkin merasa bersalah jika kita ditahan atau diberitahu bahwa apa yang kita lakukan adalah bodoh. Kami sekarang menerima instruksi dari seluruh keluarga.

4. Industry Vs. Inferiority- Industri Vs. Inferioritas

Kami melihat Industri vs. Inferioritas di tingkat keempat. Sekarang setelah kami menemukan hasrat kami sendiri, kami menyadari betapa uniknya kami. Kami ingin menunjukkan bahwa kami mampu melakukan sesuatu dengan benar. Kami bertanya-tanya apakah kami akan berhasil di dunia ini. Kita menjadi rajin, yang merupakan nama lain dari pekerja keras, ketika kita mendapatkan pujian dari profesor atau teman sekelas kita. Kita mulai merasa tidak mampu dan kehilangan motivasi jika kita menerima terlalu banyak komentar negatif. Lingkungan dan sekolah terdekat kita sekarang memiliki dampak terbesar pada kita.

5. Identity Vs. Role Confusion - Identitas Vs. Kebingungan Peran

Kita mencapai tahap kehidupan kelima selama masa remaja, ketika kita menyelidiki kompleksitas Identitas vs. Kebingungan Peran. Kami menemukan bahwa kami memiliki banyak peran sosial. Teman, siswa, anak-anak, dan warga negara, kita semua adalah semua ini. Banyak orang mengalami krisis identitas. Kita dapat menemukan identitas jika orang tua kita sekarang mengizinkan kita untuk keluar dan menjelajah. Jika mereka memaksa kita untuk beradaptasi dengan sudut pandang mereka, kita mungkin menjadi bingung tentang peran kita dan merasa tersesat. Teman dan panutan kita sangat penting untuk pembelajaran kita.

6. Intimacy Vs. Isolation - Keintiman Vs. Isolasi

Kami sekarang berada di tahap keenam kami sebagai orang dewasa muda, dan konsentrasi kami adalah memahami keintiman vs isolasi. Kami secara bertahap memahami siapa kami, dan kami mulai melepaskan ikatan yang telah kami bentuk agar cocok. Kami bertanya-tanya apakah kami mampu mencintai. Kami yakin dan senang jika kami dapat membangun komitmen jangka panjang. Kita mungkin merasa terasing dan kesepian jika kita tidak mampu membangun hubungan yang berarti. Teman dan mitra kami sekarang merupakan komponen integral dari pertumbuhan kami.

7. Generativity Vs. Stagnation - Generativitas Vs. Stagnasi

Ketika kita memasuki usia empat puluhan, kita mulai merasa nyaman, menghabiskan waktu luang kita secara kreatif, dan mungkin berkontribusi pada masyarakat. Generativitas vs. Stagnasi kami ditentukan pada langkah ketujuh. Ini adalah generativitas yang kita khawatirkan. Kami puas jika kami yakin kami mampu memimpin generasi berikutnya ke planet ini. Kita mungkin tumbuh negatif dan mandek jika kita tidak menangani beberapa perbedaan pendapat sejak dini. Orang-orang di rumah dan di tempat kerja saat ini memiliki pengaruh terbesar pada kita.

8. Ego Intregity Vs. Despair- Intregitas Ego Vs. Putus Asa

Integritas Ego vs. Keputusasaan adalah tahap terakhir, kedelapan. Seiring bertambahnya usia, kita mulai melambat dan merenungkan hidup kita. Kami bertanya, "Bagaimana saya melakukannya?" Kami menciptakan sentimen kebahagiaan dan kejujuran jika kami yakin kami melakukannya dengan baik. Jika tidak, kita mungkin merasa putus asa, jengkel, dan pahit. Saatnya membuat perbandingan antara kita dan umat manusia lainnya.

Kekuatan dan Kelemahan Teori Erikson

Proses sebenarnya untuk menyelesaikan perselisihan dan maju dari satu tahap ke tahap berikutnya tidak sepenuhnya dijelaskan atau dikembangkan dalam teori psikososial, yang merupakan salah satu kelemahan utamanya. Idenya gagal untuk menentukan jenis pengalaman apa yang diperlukan pada setiap tahap untuk menyelesaikan konflik dengan benar dan melanjutkan ke tahap berikutnya.

Salah satu keuntungan teori psikososial adalah memberikan kerangka kerja yang luas untuk mengevaluasi perkembangan sepanjang hidup. Hal ini juga memungkinkan kita untuk menggarisbawahi karakter sosial manusia dan peran penting yang dimainkan oleh ikatan sosial dalam perkembangannya. Para peneliti telah menemukan data yang mendukung keyakinan Erikson mengenai pengembangan identitas, serta berbagai sub-tahap pembentukan identitas. Menurut penelitian tertentu, orang yang memiliki identitas pribadi yang kuat sepanjang masa remaja lebih siap untuk membentuk hubungan dekat di masa dewasa awal. Studi lain, di sisi lain, mengungkapkan bahwa penciptaan dan pengembangan identitas dapat bertahan lama hingga dewasa.

Referensi

  1. Vogel-Scibilia SE, McNulty KC, Baxter B, Miller S, Dine M, Frese FJ. The recovery process utilizing Erikson's stages of human development. Community Ment Health J. 2009;45(6):405-14. doi:10.1007/s10597-009-9189-4

  2.  Malone JC, Liu SR, Vaillant GE, Rentz DM, Waldinger RJ. Midlife Eriksonian psychosocial development: Setting the stage for late-life cognitive and emotional health. Dev Psychol. 2016;52(3):496-508. doi:10.1037/a0039875
  3.  Orenstein GA, Lewis L. Erikson's Stages of Psychosocial Development. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. Updated March 9, 2020.
  4. Meeus W, van de Schoot R, Keijsers L, Branje S. Identity statuses as developmental trajectories: A five-wave longitudinal study in early-to-middle and middle-to-late adolescents. J Youth Adolesc. 2012;41(8):1008-1021. doi:10.1007/s10964-011-9730-y

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun