18 years old
Born: 13 August 2000
Sebuah batu nisan yang tak pernah Ia absen kunjungi ketika Ia merasa senang, sedih, rapuh ataupun ketika Ia tengah ditimpa oleh suatu yang besar. Nazelo selalu berhasil membuat tangisnya luruh tanpa kenal henti namun sekaligus menguatkan bahunya agar tetap tegak.
Dengan senyum yang terpatri, Mazaya berucap, "Nana, Aku sudah menjadi Dokter. Aku nggak mau orang lain harus ngerasain sakit yang sama kayak Aku pas Kamu harus pergi. Aku mau Orang lain sembuh dan kembali tertawa sama orang terkasihnya, Aku nggak mau Mereka nyerah kayak Kamu."
"Nana, kira-kira Aku bisa nggak ya nemuin orang yang sifatnya bener-bener sama kayak Kamu tanpa harus dipisahin di akhirnya?"
"Sampein salam Aku ke sahabat Kamu. Jagain sahabat Kamu baik-baik, Nana. Jangan ngulangin kesalahan yang sama."
"Nana, terima kasih sudah hadir dihidupku. Knowing you is a gift. Terima kasih sudah jadi alasan aku untuk tetap kuat dan bertahan sejauh ini."
"Nana, semenjak kepergian Kamu didalamku adalah hutan rindu. Aku ngerasa sepi, sedih, sendiri."
"Nana, Aku kangen Kamu." Pada akhirnya air mata itu kembali menerobos benteng pertahanannya. Membuatnya menangisi kepergian Nazelo untuk yang kesekian kalinya.
"Nana, Aku udah sukses. Doain Aku untuk bahagia terus, ya?"
Mazaya bangun dari jongkoknya disamping kuburan Nazelo. Membungkukan tubuh untuk mengelus batu nisan itu penuh kasih, "Nana, Yaya pamit, ya? Nanti Yaya datang lagi bawa cerita gimana Yaya menyelamatkan orang yang sama kayak Nana dulu. Rest in Peace, Nana."