Mohon tunggu...
Kiki Daliyo
Kiki Daliyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswata

Penyuka film dan buku horor

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ganjar Perbaharui Citra Pasar Tradisional dengan Revitalisasi

7 Juli 2023   15:21 Diperbarui: 7 Juli 2023   15:23 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Liputan6.com

Pagi tadi aku dimintai tolong ibukku agar membantunya membeli beberapa kebutuhan dapur, seperti sayur-mayur, bumbu pawon, telur, dan lain sebagainya.

Biasanya ibukku lah yang selalu menyambangi pasar, untuk sekedar membeli pasokan makanan. Tapi karena hari ini beliau sedang terburu-buru untuk mengantar adik bungsuku menuju tempat belajarnya, jadi beliau menyerahkan keperluan dapur itu kepadaku.

Aslinya aku malas untuk berkunjung ke pasar tradisional. Sebab, beberapa tahun yang lalu diriku pernah terpeleset hingga menyebabkan beberapa bagian kaki ku meninggalkan jejak luka. Karena pada waktu itu, seingatku lantai yang ku tapaki masih beralaskan tanah, dan belum sama sekali terjamah semen.

Itulah salah satu alasan yang membuatku enggan untuk bersambang ke tempat yang pastinya akan disesaki pengunjung itu. Selain lantainya yang mudah becek ketika hujan mengguyur, juga ada beberapa hal lain yang membuatku perlu berpikir berulang kali untuk pergi ke pasar itu.

Pikiranku kembali melayang membayangkan yang tidak-tidak, "pasti pasar itu masih sama kondisinya, kumuh." gumamku dalam hati.

Di lain sisi, aku juga berpikir, jikalau aku tidak bergegas ke pasar sebelum nyonyaku itu sampai ke rumah. Sudah pasti aku akan diomelinya sepanjang hari.

"Ah, sudahlah. Daripada kena omel berhari-hari, lebih baik aku menyingkirkan pikiran jelekku itu, dan bersiap pergi ke pasar yang terakhir ku datangi beberapa tahun lalu." timpalku.

Ku pacu kuda besiku, untuk bertemu kembali dengan tempat yang pernah membuatku terjatuh. Tak perlu waktu lama untukku sampai di pasar, hanya membutuhkan kisaran 15 menit saja.

Namun sesampainya ditempat parkir, mataku terbelalak. Sempat mengira jika aku salah tempat, karena lokasi yang seharusnya ku datangi itu seperti yang kuceritakan tadi, kumuh, sempit serta masih beralaskan tanah.

Tapi mengapa yang ada didepan mataku ini berbeda? Tiba-tiba saja jiwaku dirundung kebingungan, gegaslah ku tanya petugas keamanan yang tengah berjaga tak jauh dari lokasiku memarkirkan motor.

Perbincangan kami pun mengalir bagaikan derasnya arus sungai. Dan dari situlah aku memahami, mengapa pasar yang dulunya terkesan horor ini seketika berubah drastis, sampai tak ku kenali.

Usut punya usut, rupanya pasar tradisional ini telah dirombak habis oleh Ganjar Pranowo, melalui programnya yang acap disebut "revitalisasi pasar."

Sedari tahun 2013, Ganjar selaku Kepala Daerah Provinsi Jawa Tengah giat dalam memperbaiki kondisi pasar tradisional yang porak-poranda, lantaran bangunan usang serta digerogoti rayap yang tak terhitung lagi jumlahnya.

Total 79 pasar tradisional di Jawa Tengah, sudah direvitalisasi selama kepemimpinan Ganjar berlangsung. Bangunan pasar yang dulu terbengkalai, bahkan nyaris roboh pun sekarang telah disulap sedemikian rupa, hingga meninggalkan kesan rapih dan layak untuk dijadikan tempat bertransaksi antara penjual dan pembeli.

Dengan memanfaatkan anggaran sebesar 360 miliar lebih, untuk Ganjar mempercantik serta memperkokoh bangunan pasar, yang sebelumnya menyiratkan kesan horornya. Kini nampak tertata rapik dan bersih, tentunya juga sangat nyaman, baik untuk penjual maupun pembeli yang ada dikawasan tersebut.

Bahkan, lantai yang dulu hanya beralaskan tanah bergelombang saja, kini telah berganti dengan keramik yang tertata secara teratur. Pun dengan tempat para pedagang, juga mengalami banyak perubahan. Dulu yang terlihat saling berjejal tak beraturan, tapi sekarang beralih dengan bangunan yang membentuk kios bersekat. Sehingga situasi dan kondisi per kios pun berjejer rapih, tidak ombyokan seperti dulu lagi.

Meskipun fenomena yang menurutku sangat bermutu ini terkesan biasa saja dimata orang lain. Tapi aku cukup bersyukur dengan kebijakan yang dilakukan Ganjar, yakni memperbaiki bangunan pasar sebagai wadah mencari rezeki bagi warganya yang memiliki mata pencaharian di sana.

Biarpun sederhana, akan tetapi Ganjar telah berusaha memberikan kenyamanan teruntuk warganya. Ganjar tidak akan mau menggunakan anggaran yang melimpah ruah hanya untuk membangun ornament tak bermutu, yang hanya memiliki value "mempercantik kota" saja, apalagi tak bertahan lama.

Apa yang dilakukan Ganjar ini juga sebagai upayanya untuk terus menghidupkan eksistensi pasar tradisional, yang mungkin akan tersingkirkan oleh banyaknya swalayan, yang saat ini juga memperjual-belikan kebutuhan layaknya di pasar.

Biarpun harga di toko swalayan lebih mahal daripada di pasar, akan tetapi mereka (swalayan) menyediakan fasilitas yang memberikan kenyamanan bagi pengunjungnya. Misalnya saja AC beserta lampu-lampu yang menghiasi dinding tiap etalase sayur, semakin menambah daya beli pengunjung lebih banyak. Karena mayoritas pembeli akan lebih tertarik dengan bahan makanan yang terlihat segar.

Itulah mengapa, Ganjar membuat gebrakan dengan cara me-revitalisasi pasar tradisional, agar keberadaannya tidak punah tergerus zaman. Bayangkan saja, ada banyak ratusan bahkan ribuan pedagang yang menggantungkan hidupnya hanya dengan berjualan dipasar.

Jikalau daya saing pasar anjlok lantaran pengunjung memilih pergi ke swalayan, maka akan semakin banyak pedagang gulung tikar. Tak ada lagi sandaran yang bisa diandalkan, karena sejatinya pasar yang dijadikan tempat pemasukan sudah lenyap dan tergantikan dengan pasar modern.

Nah, dari kebijakan revitalisasi pasar inilah, dirasa akan sangat membantu para pedagang pasar, agar tetap bisa mencari nafkah demi sesuap nasi untuk keluarganya.

Ganjar tidak sedang mencari pujian dari rakyat, melainkan Si Rambut Putih ini menginginkan supaya keberadaan pasar tradisional tetap ada sepanjang masa. Ganjar ingin menghidupkan kembali panas membara dari semangat pedagang pasar, agar tetap berjuang mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

Tak ayal jika gebrakan yang dilakukan Ganjar selalu mendapat respon positif dari rakyatnya. Sebab, Ganjar tidak hanya memberi harapan, tapi juga mewujudkan mimpi mereka.

Di sisi lain, blusukannya ke pasar ini tidak sekedar mengecek kondisi bangunan, melainkan juga memantau harga bahan pokok makanan. Jikalau ada kenaikan harga yang cukup tajam, makan suhunya Jateng ini juga akan langsung memberikan solusi terkait inflasi yang sedang terjadi.

Ya, begitulah Ganjar, selalu mengerti apa yang dibutuhkan warganya. Sikapnya yang mudah berbaur serta memahami kondisi rakyatnya, membuat Ganjar selalu dicintai oleh tuannya (rakyat).

Usai mendengar cerita panjang-lebar itu, segera ku cari bahan-bahan pokok yang menjadi pesanan ibuku. Lalu gegas ku pacu kembali kuda besiku, tak lupa mengucap salam dan terima kasih pada satpam yang telah memberiku banyak cerita heroik Ganjar.

Ku pancal motorku itu, agar bisa segera sampai ke rumah sebelum ibuku datang. Karena takut kena omel, karena terlalu lama diriku berkutat dengan suasana pasar, yang rupanya tak se-mengerikan dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun