Mohon tunggu...
Kiki Daliyo
Kiki Daliyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswata

Penyuka film dan buku horor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lewat Medsos, Ganjar Selamatkan Hidup WNI dari Tawanan

3 Maret 2023   22:07 Diperbarui: 3 Maret 2023   22:09 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Serambinews.com - Tribun 

Kala sedang leha-leha menikmati rerintikan gerimis sore hari, diriku dikejutkan dengan kedatangan kemenakanku. Kemunculannya yang secara tiba-tiba itu dibarengi dengan wajah kisut nan benguk, semakin memperlihatkan kesan horor.

Tak lama, dirinya langsung menghampiri dan duduk bersebelahan denganku. Sebelum ku lontarkan pertanyaan, dirinya malah mendahuluiku dan segera melayangkan pertanyaan padaku.

"mas aku wes lulus tapi kok golek kerjaan angel pol, aku wes montang-manting mrono-mrene tapi rung enek hasil." gerutunya sambil meneteskan air mata (mas aku sudah lulus, tapi kok cari kerjaan susah, aku sudah kesana-kemari usaha tapi belum ada hasil) . Karena diriku tipe manusia humoris, kurespon saja jawabannya dengan lagu Iwan Fals yang berjudul Sarjana Muda.

"Engkau sarjana muda, resah mencari kerja, mengandalkan ijazahmu. Empat tahun lamanya bergelud dengan buku tuk jaminan masa depan." Begitulah lirik yang dirasa pas dengan kondisi keponakanku.

Bukannya tertawa, tapi dirinya malah memakiku dan berkata "jenengan gak ndue perasaan mas, aku rak ndue solusi meneh. Po aku dadi TKI wae yo, kan gampang." selorohnya (kamu tidak punya perasaan mas, aku sudah tidak punya solusi lagi. Apa aku jadi TKI saja kan gampang).

Sebenarnya niat ku tadi untuk menghibur agar suasana tegang bisa pecah. Tapi nyatanya, saat itu dirinya tengah dilanda kegelisahan. Akhirnya kuajak dirinya ngobrol baik-baik dengan kepala dingin.

Kuberikan nasihat se-apik mungkin supaya ia lekas memahami dan tak mengambil jalan pintas dengan terbang ke kota seberang tanpa mengikuti arahan. Sebab menjadi TKI itu tak semudah membalikkan telapak tangan, kita harus melewati banyak proses.

Lagi pula, untuk menjadi seorang TKI kita perlu teliti dan jeli dalam memilih agen yang mau menjamin hidup calon pekerjanya. Karena saat ini banyak sekali muncul biro siluman yang menyebar diseluruh penjuru dunia.

Mereka yang terpikat dengan tawaran biro gadungan biasanya akan hidup sengsara. Karena sudah banyak sekali kasus TKI yang niatnya ingin bekerja ke luar negeri melalui jasa biro ilegal, berakhir dijadikan budak.

Seperti kisah Muhammad Effendi dan 54 kawannya. Mereka semua asli warga negara Indonesia (WNI) yang nekat mengadu nasib di negara Kamboja. Kumpulan manusia ini mencari peruntungan di negara yang berjuluk hell on earth (neraka di bumi).

Mereka kepincut dengan iming-iming lowongan kerja diluar negeri yang tersebar dilaman media sosial. Dengan modal nekat serta kepercayaan diri yang tinggi, mereka meminta restu dengan keluarga masing-masing agar hajatnya untuk menaikkan derajat orang tua segera diijabah Tuhan.

Alih-alih ingin membahagiakan keluarga, justru mereka masuk dalam jebakan batman. Yap, pekerjaan yang dijanjikan oleh agensi itu justru mblenjani janji (ingkar janji). Sebab dinegara tersebut Effendy dan TKI lainnya dipekerjakan menjadi seorang penipu.

Dititik itulah Effendy menyesali keputusan yang dirinya ambil tanpa pertimbangan yang matang. Dirinya dengan kawannya dipaksa menjadi agen penipuan investasi saham bodong. Selama menjadi budak, Effendy melihat dengan mata kepalanya sendiri jika rekannya mengalami penyiksaan.

Sebenarnya Effendy telah melaporkan hal itu pada kepolisian setempat, namun laporan yang ia buat sama sekali tak digubris oleh pihak berwajib. Tak hanya siksaan fisik saja yang mereka terima, tetapi mereka juga mendapat siksaan batin yang hebat. Effendy dan kawannya selalu diancam akan dijual jika tak melakukan keinginan para agensi abal-abal itu.

Namun Effendy tak patah arang, dirinya putar otak agar aduannya bisa segera direspon. Dengan tekad serta keyakinan kuat dalam benaknya, Effendy mengadu kepada Gubernur Jateng via medsos.

Melalui Instagram Ganjar, Effendy langsung melayangkan semua keluh kesahnya pada sang gubernur. Kebetulan sekali Effendy merupakan salah satu warga kota Solo. Tanpa ba bi bu, Ganjar langsung menindak laporan tersebut dengan segera mengevakuasi para WNI untuk diurus kepulangannya.

BANGGA, kusematkan kata itu untuk Ganjar. Walaupun dirinya kerap diejek lantaran sering bermain medsos. Tapi netizen penghujat Ganjar itu tak mengerti, bawha secara tidak langsung dengan media sosial tersebut Ganjar mampu menyelamatkan hidup warganya.

Medsos menjadi perantara manusia dalam menyerap berbagai informasi. Layaknya Ganjar, dirinya selalu memanfaatkan kecanggihan dalam bermedia sosial. Sebab, politisi ulung ini getol sekali dengan utilitas medsos.

Bahkan orang nomor satu se-Jateng ini juga membuat kanal aduan yang diberi nama LaporGub, sistem itu diluncurkan sejak tahun 2013 silam. Melalui aplikasi tersebut, masyarakat mampu melakukan aduan secara online.  

Dedikasi yang ditempuh Ganjar membawa sistem birokrasi Jateng menjadi lebih melayani. Ganjar ini pejabat yang selalu sadar, bahwa menjadi seorang pemimpin bukan hanya menjalankan mandat semata, namun juga wajib merobohkan dinding pembatas dengan rakyat.

Hal itu dilakukan agar jalinan antara pejabat dengan rakyat tak ada sekat. Ganjar adalah figur pejabat yang selalu merangkul rakyatnya. Ia terus mengerahkan semua kemampuannya demi kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun