Musim hujan merupakan musim yang dinanti petani padi untuk bisa mendapatkan air secara gratis. Tak harus mengeluarkan biaya untuk menyewa diesel agar sawahnya teraliri air.
"mongso rendheng" itulah sebutan jawanya. Musim yang menjadi keberuntungan sebagian masyarakat.
Sebagian orang mungkin tak senang jika hujan datang. Mereka yang tak suka kehadiran hujan pasti memiliki alasan tertentu.
Bahkan diriku juga tak mampu memberikan jawaban mengapa sebagian orang tak suka hujan.
Sampai aku menemukan seseorang yang bisa memberikan jawaban tepat atas pertanyaan yang muncul.
Sebelum pindah ke Jawa, ia pernah merasakan kehidupan di ibu kota. Kota yang terkenal akan kehingar-bingarannya itu memang menarik bagi banyak orang, terutama kawan baruku ini.
Kurang lebih 2 tahun ia merasakan hidup sebagai orang kota. Sampai akhirnya ia merasa kota besar itu kurang cocok dengan dirinya.
DKI kota yang padat penduduk, banyak sekali bangunan megah berdiri kokoh disana. Selain bangunan besar, tak jarang dijumpai rumah penduduk dipinggiran kota.
Kota yang terkenal akan kemacetannya itu menjadi salah satu alasan kawanku untuk memutuskan kembali ke desa tempat asalnya.
Selama tinggal disana, kerap kali ia merasa resah dan khawatir jika musim hujan tiba. Ia takut jika hujan datang ke daerah tempatnya beristirahat sepulang kerja itu pasti akan tergenang banjir.
Kondisi yang seperti itu, sudah ia rasakan saat tahun pertamanya di ibu kota.
Sebelum memutuskan pergi ke kota metropolitan, ia sudah diberi wejangan ibunya jika kota itu memang rawan banjir, apalagi didaerah yang padat penduduk.
Namun nasihat sang ibu tak digubris sama sekali, memang kawanku ini batu. Jika sudah memilih kehendak tak ada yang bisa menghentikannya.
Situasi yang mengerikan ia hadapi begitu saja. Entah semenakutkan apa sampai dia sedramatis itu saat berpanjang-lebar kepadaku.
Untuk mengetahui kondisi yang dirasakan temanku, langsung saja kusearch google. Kupencet huruf ke huruf sampai bertuliskan KEKACAUAN SAAT HUJAN DI DKI.
Banyak sekali artikel dan berita yang muncul, batinku menginstruksikan "cari saja yang isinya berbobot".
Sampai akhirnya menemukan berita yang PAS untuk kujelajahi. Ku baca isi berita itu dengan seksama sampai mataku terbelalak menemukan hal tak terduga.
Berita yang kubaca itu perihal salah satu program kerja DKI Jakarta untuk menyelesaikan banjir yang selama ini sudah menjadi langganan ibukota.
Pembangunan yang masih menjadi tanggung jawab Gubernur DKI yakni Anies Baswedan itu banyak memunculkan huru-hara.
Saat masa kampanye Anies Baswedan menjanjikan 4 hal, yaitu membereskan sumber banjir di hulu, kedua membangun sumur resapan, ketiga memastikan aliran air tak terhambat dan terakhir memastikan tidak terjadi sedimentasi berlebihan.
Pada janji pertama yang dicetuskan gubernur DKI itu tak membuahkan hasil sampai tahun keempat ia menjabat.
Namun, dirinya malah memutar-balikkan fakta dengan menyebut kota Depok dan Bogor penyebab Jakarta banjir.
Hemm, jawaban yang tak masuk akal bukan? Selevel gubernur bukannya memberi solusi tapi malah mengeluarkan statement yang menyalahkan kota lain.
Tak sampai disitu, janji keduanya membangun sumur resapan dengan target satu juta sumur itu juga dihentikan oleh pemerintah provinsi DKI. Menurut mereka sumur resapan dirasa tak bermanfaat dalam penanggulangan banjir.
Pembuatan sumur resapan justru merusak jalan, karena dibangun disisi jalan tanpa eksekusi matang. Membahayakan rakyat juga hlo.
Kulanjutkan penjelajahanku untuk menilik lebih dalam lagi kinerja seorang Anies Baswedan.
Sambil kubuka Twitter, kutelisik lagi kinerja mantan Rektor ini, sampai menemukan berita "WAH".
Jariku ini menemukan cuplikan video banjir dikota besar itu. Intentitas air seukuran pinggang orang dewasa. Ada baliho bergambar Anies Baswedan, yang bertuliskan dukungan untuknya nyapres nanti
Kulihat komentar dari video unggahan itu, banyak sekali hujatan yang dilontarkan untuk capres Nasdem itu.
"Aduh banyak banget sih masalah yang timbul, ngapain aja nih selama jadi gubernur kemarin" ketusku dalam hati.
Padahalkan APBD Jakarta lebih tinggi dibandingkan daerah lain, masak tidak digunakan sebaik mungkin sih, malah membangun sesuatu yang tak profitabel.
Memang dasarnya saja Anies Baswedan ini tak cakap dalam menjadi pemimpin. Jargon "maju kotanya, bahagia warganya" harus dipending dulu nih. Bukannya bahagia tapi rakyat makin sengsara dibuatnya.
Pelantikan Heru Budi Hartono menjadi penjabat baru DKI diharapkan bisa membereskan ketidakbecusan Anies dalam menangani banjir.
Kasihan juga sih buat penggantinya ini, banyak tugas untuk menetralkan DKI dari kekacau-balauan yang diciptakan Anies.
Dengan tekad besar seorang Heru, ia langsung membuat program bendungan Ciawi dan Sukamahi. Dry Dam, itulah nama bendungan kering yang dibuat untuk bisa mereduksi debit air disungai Ciliwung saat hujan tiba.
Nah, gini nih kalo orang cerdas kerja. Jika sudah memiliki keinginan kuat untuk kerja, pasti akan menghasilkan sesuatu yang bagus.
Ketimpangan terlihat jelas saat melihat kinerja Anies Baswedan dengan Ganjar Pranowo dalam mengatasi banjir.
Anies Baswedan mungkin belum berpengalaman mengatasi banjir, harus banyak belajar nih sama gubernur jateng yang terkenal akan inovasi dalam programnya.
Belum lama ini salah satu kota Jateng mengalami banjir. Gubernur berambut putih itu langsung terjun menghampiri korban banjir.
Antusias warga Pati menyambut kedatangan sang gubernur sangat terpancar dari perlakuan dan ekspresi pada wajah mereka.
Dia tidak hanya "tilik" saja hlo ya, tapi juga segera memberikan penyelesaian banjir agar kota dibawah pimpinannya tak mengalami nasib naas itu lagi. Ganjar mencari apa penyebab utama dari banjir bandang itu.
Banyaknya hutan yang tidak dikelola dengan baik menjadi salah satu alasan mengapa banjir melanda.
Hutan merupakan system utama dalam penyerapan air. Jika keberadaannya tidak terawat, maka fungsi dari deretan pepohonan menjadi tidak maksimal.
"Memang sejatinya gubernur jateng ini tanggap". Sudahlah, kecakapan bapak gubernur ini tidak perlu lagi diragukan.
Dipercayai menjalankan tugas secara amanah hingga periode kedua membuatnya terus meningkatkan kinerja.
Tak dipungkiri sih, jika hasil aplikasi survey veyor mengatakan jika kepuasan kinerja Ganjar lebih tinggi dari 3 kawannya, yakni Prabowo, Ridwan Kamil, serta Anies Baswedan.
WADUH, parah juga ya jika nanti Indonesia jatuh pada pemimpin yang kurang siap dalam menjalankan tugas negara. Mau dibawa kemana masa depan negara ini?
Rakyat sudah banyak mengecap kemakmuran di era Joko Widodo. Jangan sampai negara ini kembali terjajah hanya karena memilih pemimpin yang tidak becus kerja, dan hanya peduli tentang kekuasaan.
Ir. Soekarno dan kawan-kawannya sudah memerdekakan negara ini. Jadi itulah bekal kita, untuk mempertahankannya hingga generasi mendatang.
Kesempatan masih terbuka lebar, persiapkan siapa bakal pilihanmu. Lihat siapa yang kerjanya tulus untuk rakyat, bukan malah pintar membohongi rakyat.
Pemimpin itu yang bisa diandalkan rakyat, bukan malah menjadi momok buat rakyat dikemudian hari.
Aku pikir Ganjar Pranowo lah yang tepat menduduki kursi pemimpin negara ini kelak. Mantan anggota DPR RI itulah yang akan melanjutkan perjuangan Joko Widodo selama ini, membawa Indonesia ke kancah internasional.
Pemimpin yang baik tidak akan pernah menonjolkan keberhasilan programnya, tapi pemimpin yang baik ialah pemimpin yang selalu berjuang demi keutuhan NKRI.
Bukan yang hanya ingin dikenal publik saja, tapi rakyat menginginkan kinerja nyata untuk menyelesaikan permasalahan di negara ini.
Layaknya Ganjar Pranowo seorang pemimpin cerdas, berjiwa nasionalisme tinggi yang tak pernah absen dalam membantu rakyat dimanapun dan apapun situasinya. Beliau lah calon pemimpin negara yang mampu mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia
Kiki Daliyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H