Mohon tunggu...
Kiki Daliyo
Kiki Daliyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswata

Penyuka film dan buku horor

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bekerja untuk Rakyat, Berjuang demi Rakyat

22 Desember 2022   19:15 Diperbarui: 22 Desember 2022   19:40 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"gapopo, itung-itung kita bantu ibu penjual itu, kasihan liat warungya sepi". Mendengar alasan baiknya itu, kami semua tak bisa berkutik hanya kata "OK" yang bisa kami jawab.

Siangnya ketika jam kampus telah usai, kami berjalan kearah tempat parkir dan segera bergegas menuju warung makan yang sudah kami sepakati kemarin.

Tak membutuhkan waktu lama, tibalah kami ditempat warung makan itu. Memang terlihat seperti biasanya, sepi senyap dapat dirasakan kala aku menginjakkan kaki untuk memasuki tempat itu.

Tiba-tiba kami terkejut saat mendapat sambutan hangat dari sepasang paruh baya yang menghampiri kami. Langsunglah kami diberi tempat duduk yang bersih.

Selanjutnya kami diberikan buku menu lengkap dengan kertas kosong dan bolpoin. Dengan senang hati pasangan paruh baya itu menunggu kami untuk menuliskan pesanannya dikertas yang sudah disediakannya itu.

Kubaca dengan teliti setiap list menu yang tersedia dimenu warung itu. Aku langsung tertarik dengan menu makanan sate kambing, karena teringat masakan nenekku. Langsung ku gerakkan penaku menulis kata SATE KAMBING, sedang temanku yang lebih memilih gulai kambing.

Setelah selesai, langsung kuberikan secarik kertas itu pada pemilik warungnya. Dengan senyuman manis mereka bergegas membuat menu pesanan kami.

10 menit lamanya kami menunggu, akhirnya makanan kami datang dan siap untuk disantap. Dengan perasaan ragu, karena teringat omongan tentang tempat ini. Namun kuhiraukan perasaan itu.

Langsung kusuap saja sate kambing itu. "Wah, mantep banget rasane" ucapku dalam hati.

Selesai makan langsung kami membayar, tak lupa aku bertanya pada pemilik warung mengenai kabar burung yang beredar.

Panjang lebar pasutri itu menceritakan tentang kebenarannya. Mendengar cerita mereka ingin rasanya menangis, terenyuh hati ini mengetahui cerita mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun