Topik 5: Fase Prototyping and testing mengembangkan dan menguji coba rancangan pembelajaran
Pada fase ini mahasiswa PPG Prajabatan jurusan Bahasa Indonesa menguji coba beberapa rancanagn dalam pembelajarannya di sekolah. Â Salah satu rancangan yang diujicobakan di sekolah SMKN 5 Bandung yaitu dalam mengintegrasikan pedekatan Pendekatan culturally responsive teaching (CRT) yaitu sebuah metode pendidikan yang berfokus pada pengakuan dan integrasi latar belakang budaya, pengalaman, dan identitas siswa dalam proses belajar-mengajar. Dengan pendekatan tersebut siswa SMKN 5 Bandung sangat antusias dalam pembelaran karena merasa dihargai dan diakui keberadaanya.
Topik 6: Peluang dan tantangan penerapan design thinking di sekolah
Penerapan design thinking di sekolah memiliki peluang besar untuk meningkatkan kreativitas dan keterlibatan siswa melalui pendekatan yang berpusat pada pemecahan masalah secara kolaboratif dan inovatif. Metode ini mendorong siswa untuk berpikir kritis, berempati, dan menghasilkan solusi praktis untuk tantangan dunia nyata, sehingga mempersiapkan mereka lebih baik untuk tuntutan masa depan. Namun, tantangannya meliputi perlunya pelatihan khusus bagi guru untuk menguasai dan menerapkan metode ini secara efektif, serta kebutuhan akan perubahan kurikulum dan infrastruktur sekolah yang mendukung proses pembelajaran yang lebih fleksibel dan interaktif.
Topik 7: Design thinking dan transformasi pendidikan
Design thinking mendorong transformasi pendidikan dengan mengintegrasikan pendekatan yang berpusat pada pemecahan masalah kreatif dan kolaboratif, yang menempatkan kebutuhan dan pengalaman siswa sebagai fokus utama. Pendekatan ini memperkenalkan metode pembelajaran yang fleksibel dan interaktif, memupuk keterampilan berpikir kritis, empati, dan inovasi di kalangan siswa. Melalui design thinking, pendidikan dapat bergerak menuju lingkungan yang lebih inklusif dan adaptif, yang tidak hanya mempersiapkan siswa untuk tantangan masa depan tetapi juga memberdayakan mereka untuk menjadi pemecah masalah yang efektif dan kreatif di dunia nyata. Namun, keberhasilan transformasi ini memerlukan komitmen pada pelatihan guru, dukungan kurikulum, dan kesetaraan akses bagi semua siswa.
Refleksi pengalaman belajar yang dipilih
Dalam belajar mata kuliah Design thinking semua materi yang dipelajari oleh saya sangatlah penting, namun yang sangat berkesan yaitu ketika mempelajari topik dua mengenai empathize. ketika mempelajari topik tersebut saya merasa harus dapat menjadi guru  yang sangat memahami kebutuhan dan latar belakang peserta didiknya. Selain itu saya juga diharuskan mewawancari perwakilan peserta didik agar dapat mengetahui pembelajaran yang mereka inginkan agar  kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan maksimal dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai dan peserta didik dapat mengembangkan potensinya dengan maksimal.
Artefak https://drive.google.com/file/d/1pD5pDfw8dEhyuIVgRE_rIqHJKGDur1vE/view?usp=sharing
Dalam artepak tersebut saya dan rekan saya mewancarai peserta didik SMKN 5 Bandung kelas X Kimia Analis 1 beranama Adit dan Rindi di extreme kanan (peserta didik pandai) serta Seni dan Agni di extreme kiri (peserta didik kurang pandai). Bagi Adit dan Rindi mereka menginginka game yang dapat menumbuhkan rasa kompetitif dalam kegitan pembelajaran. Sedangkan bagi Seni dan Agni mereka menginginkan penggunaan powerpoint dan melakukan ice breaking. jadi dapat disimpulkan bahwa peserta didik menginginkan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa kompetitif dengan mengintegrasikan bahan ajar kedalam teknologi dan game edukatif.
Pembelajaran bermakna