A. Anak Usia Dini
1. Pengertian Anak Usia Dini
Menurut NAEYC mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK dan SD. Sedangkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Siti Aisyah,dkk:2018:1.3).
2. Karaktaristik Anak Usia Dini
Berbeda dengan fase usia anak lainnya, anak usia dini memiliki karakteristik yang khas. Beberapa karakteristik untuk anak usia dini tersebut adalah memiliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan kepribadian yang unik, suka berfantasi dan berimajinasi, masa paling potensial untuk belajar, menunjukkan sikap egosentris, memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, sebagai bagian dari makhluk sosial (Hartati:2005) dalam (Siti Aisyah,dkk:2018:1.4).
B. Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
1. Pengertian Perkembangan Motorik
Motorik merupakan semua gerakan yang mungkin dapat kan seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh (Bambang Sujiono, dkk:2017:1.3). Perkembangan motorik setiap anak berbeda-beda, pada anak-anak tertentu latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan syarafnya sehingga menghambatnya melakukan keterampilan motorik tertentu. Selain itu, ada beberapa penyebab lain yang mempengaruhi perkembangan motorik seorang anak, seperti faktor genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta perbedaan latar belakang budaya. Rendahnya berat badan lahir seorang bayi juga dapat mengganggu perkembangan motorik anak (Rini Hildayani, dkk:2017:3.9).
2. Prinsip Perkembangan Motorik
Kegiatan motorik menantang kreativitas dan imajinasi anak yang merupakan salah satu dari perkembangan mental anak. Studi yang dilakukan mengenai umur dan urutan perkembangan motorik menghasilkan lima prinsip perkembangan motorik, yaitu sebagai berikut :
1) Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otak dan syaraf
2) Belajar keterampilan motorik tidak akan terjadi sebelum anak matang
3) Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan
4) Perkembangan motorik dimungkinkan untuk dapat ditentukan
5) Perbedaan individu dalam laju pertumbuhan motorik
3. Alasan Pentingnya Perkembangan Motorik Pada Masa Anak-Anak
(Masitoh, dkk:2017:2.13) pada umumnya anak usia TK sangat aktif. Mereka memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Meskipun demikian mereka tetap memerlukan istirahat yang cukup. Otot-otot besar lebih berkembang dari pada kontrol terhadap tangan dan kaki, sehingga mereka belum bisa melakukan kegiatan yang rumit. Masa anak-anak adalah masa yang sering disebut sebagai “masa ideal” untuk mempelajari keterampilan motorik. Ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, diantaranya adalah :
- Tubuh anak lebih lentur daripada tubuh remaja atau orang dewasa, sehingga anak-anak lebih mudah untuk menerima pelajaran untuk mengembangkan motoriknya.
- Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, sehingga anak akan mempelajari keterampilan baru dengan lebih mudah.
- Secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil daripada setelah besar. Oleh karena itu, mereka lebih berani mencoba sesuatu yang baru. Hal yang demikian menimbulkan motivasi yang diperlukan untuk belajar.
- Anak-anak menyukai pengulangan, sehingga mereka bersedia mengulangi tindakan hingga otot terlatih untuk melakukannya secara efektif.
- Anak memiliki waktu yang lebih banyak untuk mempelajari keterampilan motorik.
4. Perkembangan Motorik Halus Anak
Gerakan motorik halus merupakan gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat (Bambang Sujiono,dkk:2017:1.14). Menurut (Luluk Asmawati, dkk:2018:5.8) tujuan mengembangkan motorik halus adalah agar anak dapat berlatih koordinasi tangan, mata, dan pikirannya dalam menggunakan berbagai alat atau media kreatif sehingga memperoleh keterampilan yang berguna untuk perkembangan selanjutnya.
5. Alat Pengembangan Motorik Halus
Menurut (Lerner dalam Ali Nugraha dkk:2019:10.24) keterampilan motorik halus memerlukan koordinasi mata dan tangan. Sehingga gerakan tangan perlu dikembangkan dengan baik. Alat yang digunakan dalam pengembangan motorik halus harus bervariasi. Alat-alat yang dapat digunakan yaitu : a) Lilin, b) Bikar untuk membuat kue, adonan terigu dan garam, c) Papan tulis, kertas, tanah, alat tulis, ranting kayu, pensil gambar, dan spidol, jari jemari, d) Leg dan lasy, e) Alat pasang memasang, f) Alat Montessori, g) Lembaran kertas, h) Gunting untuk memotong kertas, i) Bentuk geometri untuk menjiplak, j) Biji bekel.
C. Kegiatan Melipat Kertas
1. Pengertian Melipat
(Hajar Pamandhi dan Evan Sukardi S.:2017:8.10) berpendapat bahwa istilah melipat dapat berupa kegiatan meremas bahan kertas kemudian disusun kembali menjadi karya seni rupa tiga dimensi. Melipat sendiri telah dikenal dengan metode origami. Kegiatan melipat kertas merupakan salah satu pengembangan motorik halus yang membutuhkan ketelitian, keterampilan dan pengembangan seni. Kegiatan ini juga merupakan salah satu media untuk membantu melenturkan otot motorik halus, daya pikir, perasaan sensitif, dan keterampilan yang tingkat kesulitannya dapat disesuaikan dengan usia anak.
2. Teknik Melipat
Teknik melipat sebaiknya dipandu oleh dua orang pendidik, satu orang pendidik mengajak kepada anak untuk melipat kertas dengan langkah satu persatu secara keseluruhan, sedangkan pendidik lainnya membimbing anak satu persatu dengan cara ikut bekerja dengan anak bagaimana cara melipatnya sambil ikut memegangi. Setiap anak memegang kertas masing-masing satu lembar. Langkah demi langkah sambil dibantu pendidik melipat kertas sesuai dengan peragaan pendidik didepan kelas. Agar lipatan tidak mudah lepas atau tidak sulit membentuk maka setelah dilipat agar ditekan sampai kertas patah pada lipatan, yaitu kertas terlipat kemudian ditekan diatas meja menggunakan ujung kuku pada jempol sambil ditarik ke belakang. Kertas yang digunakan melipat sebaiknya kertas yang mempunyai sifat keras walaupun kertas tersebut tipis, karena apabila kertas itu keras akan mudah dipatahkan dan setelah patah tidak mudah kembali seperti semula.
Pewarnaan pada teknik melipat hampir tidak banyak diperlukan bahkan jarang ditemukan karena kertas-kertas yang dipakai pada teknik melipat biasanya telah memiliki pewarnaan (berwarna). Tetapi dapat diberi tambahan untuk membuat kelengkapan-kelengkapan terutama untuk membuat bentuk-bentuk hewan misalnya : kaki hewan, kepala, jendela kendaraan (Hajar Pamandhi dan Evan Sukardi S.:2017:7.22).
3. Bahan-Bahan untuk Melipat
Bahan-bahan untuk kegiatan melipat menurut (Hajar Pamandhi dan Evan Sukardi S.:2017:7.11) sebagai berikut :
- Kertas, merupakan bahan pokok dalam kegiatan ini dan dangat mudah didapatkan serta termasuk relatif murah harganya baik kertas berwarna maupun kertas dasar (polos).
- Lem Kertas, siapkan lem yang mudah digunakan oleh anak-anak usia dini. Usahakan memilih lem yang tidak cepat mengering karena apabila anak salah menempelkan, dapat dengan mudah dilepas lagi.
- Pewarna, bahan pewarna yang dapat digunakan untuk anak usia dini antara lain : cat air, krayon pastel, spidol, sepuhan dan teres. Bahan-bahan pewarna tersebut sangat mudah untuk digunakan oleh anak usia dini lagi pula tidak membahayakan bagi anak karena beresiko rendah
4. Alat untuk Melipat
untuk kegiatan melipat menurut (Hajar Pamandhi dan Evan Sukardi S.:2017:7.13) sebagai berikut :
- Gunting, guna gunting dalam kegiatan ini disamping untuk memotong kertas dapat juga dipergunakan untuk menoreh, yaitu untuk membantu mempermudah tekukan/lipatan kertas dengan cara sebelum kertas dibuat lipatan akan lebih mudah ditoreh dahulu dengan ujung gunting.
- Penggaris, penggaris selain digunakan sebagai alat untuk menggaris juga dapat dipakai sebagai alat bantu untuk melipat kertas dan mengukur. Anda dapat menambahkan penggaris yang memiliki lobang-lobang gambar yang bermotif binatang, tumbuh-tumbuhan dan gambar geometris.
- Pensil, dipergunakan untuk membuat pola baik yang akan dilipat bahkan untuk membuat bidang-bidang yang akan diberi pewarna.
- Spidol, sebagai alat tambahan untuk pewarna. Hal ini dapat dilihat dari fungsinya, yaitu untuk menggambar pada lembaran bentuk-bentuk hasil dari melipat.
5. Kegunaan dan Manfaat Melipat
Berdasarkan hasil penelitian bahwa seni origami ini memiliki banyak manfaat yang sangat luar biasa, berikut ini ada 10 manfaat seni lipat kertas yang perlu diketahui :
1) Membentuk kemampuan motorik pada kedua tangan yang lebih sempurna
2) Dapat meningkatkan kemampuan daya kreatif seseorang
3) Meningkatkan kemampuan intelektual seseorang
4) Merangsang kinerja otak kiri dan kanan menjadi seimbang
5) Meningkatkan daya imajinasi
6) Meningkatkan kemampuan dalam berkonsentrasi dengan memusatkan perhatian
7) Daya ingat menjadi lebih meningkat kemampuannnya
8) Melatih kesabaran
9) Memberikan pengalaman estetis dan emosional seseorang
10) Membuat seseorang dapat lebih menghargai kepuasan, kenikmatan dan kebanggan akan hasil karyanya
D. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
National Education Associaton (NEA) dalam (Badru Zaman dan Asep Hery Hernawan:2017:3.5) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Briggs dalam (Badru Zaman dan Asep Hery Hernawan:2017:3.5) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video, slide. Schramm dalam (Badru Zaman dan Asep Hery Hernawan:2017:3.5) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Peran media dalam komunikasi pembelajaran di PAUD semakin penting artinya mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada masa konkret. Oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran di PAUD adalah kekonkretan, artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Menurut (Badru Zaman dan Asep Hery Hernawan:2017:3.14) terdapat nilai-nilai dari pemanfaatan media pembelajaran di PAUD, di antaranya :
1. Memungkinkan anak berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya
2. Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing-masing anak
3. Membangkitkan motivasi belajar anak
4. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan
5. Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak bagi seluruh anak
6. Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang
7. Mengontrol arah dan kecepatan belajar anak
BAB III
RENCANA PERBAIKAN
A. Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Dharma Wanita Bondoyudo yang beralamat di Jln. Markisa 135 Desa Bondoyudo Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang. Lokasi TK Dharna Wanita Bondoyudo berada di pedesaan dan daerah pinggiran kota. Letaknya strategis dan sangat mudah dijangkau karena ada dipinggir jalan utama. TK Dharma Wanita Bondoyudo terdiri dari 2 kelompok belajar yaitu kelompok A dan kelompok B.
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2020/2021 yang diawali dengan survei awal, penyusunan instrumen, kemudian dilanjutkan dengan analisis data dan proses pelaporan. Adapun penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei tahun 2021.
3. Tema
Adapun tema yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Alat Komunikasi dan Rekreasi dengan sub tema Alat Komunikasi Elektronik dan Kendaraan
- Tabel 3.1 Tema dan subtema tiap siklus I dan II
Siklus
RKH
Hari/Tanggal
Tema
Sub Tema
I