Mohon tunggu...
Ki KalamWangi
Ki KalamWangi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis

Pemerhati sejarah, seni dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karaeng Pattingalloang: Filsuf dan Astronom Makassar Abad ke-17

23 Mei 2023   19:35 Diperbarui: 23 Mei 2023   19:42 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sketsa wajah Karaeng Pattingalloang (Dokpri)

Adapun bola dunia yang Joan Blaeu (seorang kartografer termasyhur Belanda) kerjakan sendiri, baru tiba di tahun 1651.

Menurut J. Keuning, yang berhasil menelusuri catatan pengiriman, bola dunia itu adalah yang terbesar yang pernah terealisasi pembuatannya di bengkel kerja kartografer yang termasyhur itu.

Karaeng Pattingalloang memberi sebelas bahar kayu cendana seharga 660 real sebagai uang muka untuk seluruh pesanan itu. (Sumber di sini)

Puisi Joost van den Vondel Untuk Karaeng Pattingalloang

Penyair terbesar Belanda abad itu, Joost van den Vondel, menulis beberapa lirik syair khusus yang dikirimkan kepada Karaeng Pattingalloang, menyertai kedatangan bola dunia raksasa. 

Berikut ini sajak yang dibuat oleh Joost van den Vondel (Lombard, 2005 -- lihat di sini):

Dien Aardkloot zend't Oostindische huis (Bola dunia itu, Perusahaan Hindia Timur)

Den grooten Pantagoule t'huis, (Mengirimkannya ke rumah Pattingaloang agung)

Wiens aldoorsnuffelende brein, (Yang otaknya menyelidik ke mana-mana)

Een gansche wereld valt te klein, (Menganggap dunia seutuhnya terlalu kecil)

Men wensche dat zijn scepter wass', (Kami berharap tongkat kekuasannya memanjang)

Bereyke d'eene en d'andere as, (Dan mencapai kutub yang satu dan yang lain)

En eer het slyten van de tyd (Agar keusuran waktu hanya melenyapkan)

Dit koper dan ons vriendschap slyt (Tembaga itu, bukan persahabatan kita).

Dalam hal sastra dan pemikiran filsafat, Pattingalloang juga dikenal menghasilkan karya monumental, seperti nasihatnya mengenai kehidupan bernegara, salah satunya adalah mengenai lima sebab hancurnya sebuah negara besar, yaitu:

  1. Bila raja tidak mau lagi dinasehati
  2. Bila tidak ada lagi kaum cerdik cendikia di dalam negeri
  3. Bila terlalu banyak hakim dan pejabat suka makan sogok
  4. Bila terlalu banyak masalah dalam negeri
  5. Bila raja tidak lagi menyayangi rakyatnya

Begitu diseganinya pemikiran dan kebijaksanaan Karaeng Pattingalloang, Sultan Malikussaid, dalam catatan lontara Gowa, mengatakan bahwa: "Aku hanya mau menjadi raja Gowa jika Tumenanga ri Bontobiraeng [Pattingalloang] mendampingi saya memerintah, dan bila dia juga memimpin semua rakyat banyak" (Wolhoff & Abdurrahim, 1956).   

Sebagai Seorang Poliglot

Pergaulan yang luas membuat Karaeng Pattingalloang dapat menguasai beberapa bahasa. Rhodes bahkan mengatakan bahwa jika tidak melihat sosoknya, Pattingalloang pasti akan dikira orang Portugis.

Selain Portugis, Karaeng Pattingalloang juga diketahui mampu berbahasa Spanyol dan Latin. Menguasai bahasa terakhir ini adalah modal yang sangat penting dalam mempelajari ilmu pengetahuan klasik Eropa.

Dengan kemampuan bahasa ini, Pattingalloang dapat berkorespodensi dengan orang-orang Eropa. Kemampuan penguasaan bahasa ini, diketahui, juga diwarisi putranya, Karaeng Karunrung, yang kelak mendampingi Sultan Hasanuddin.

Karaeng Pattingalloang Sebagai Muslim Yang Taat

Rhodes menyebut bahwa, selain menguasai dengan baik jalur perdagangan maritim, Karaeng Pattingalloang juga memiliki pengetahuan yang luas mengenai silsilah raja-raja Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun