Dalam 40 buku beliau menjelaskan doktrin dan praktik islam dan menunjukkan bagaimana hal tersebut dapat dijadikan dasar kehidupan bhakti yang mendalam, yang mengarah ke tingkat tasawuf atau mistisme yang lebih tinggi. Hubungan pengalaman mistik dengan bentuk-bentuk kognisi lainnya dibahas dalam kitab Miskhat al-anwar (the niche for light).
Studi filosofisnya dimulai dengan risalah tentang logika dan memuncak dalam kitab Tahafut al-falasifah (inkonsisten para filsuf), dimana beliau melawan para filsuf seperti Ibnu Sina yang berusaha menunjukkan pandangan spekulatif tertentu yang bertentangan  dengan ajaran islam yang diterima.Â
Di pembahasan akhirnya kitab ini membahas pengkufuran tiga pendapat, dimana Al-gazali menentang alam yang kadim, karena jika begitu alam dapat ada dengan sendirinya tanpa diciptakan oleh Tuhan yang sangat bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an yang dengan gamblang meyatakan Tuhan sebagai pencipta alam.Â
Al-gazali menentang pendapat ketidak tahuan Tuhan terhadap masalah juz'iyat, menurut beliau Tuhan mengetahui masalah partikular bukan apa yang partikular itu terjadi dan diperhatikan Al-gazali menentang paham pengingkaran kebangkitan jasmani di alam kubur atau akhirat, menurut beliau dari dalil-dalil Al-Qur'an yang di ambil bahwa jasad di bangkitkan dan disatukan dengan jiwa manusia untuk merasakan nikmat surga atau pedihnya neraka secara jasmani dan rohani.Â
Dalam persiapan risalah utama ini , beliau menerbitkan laporan  objektif tentang kitab Maqasid al-falasifah (tujuan para filsuf) kitab ini sangat berpengaruh di Eropa dan merupakan salah satu kitab pertama yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin pada abad ke-12.
Sebagaian besar kegiatannya di bidang yurisprudensi dan teologi. Beliau menyelesaikan sebuah karya tentang prinsip-prinsip hukum umum yaitu kitab al-mustasfa. Ringkasan doktrin teologi standarnya diterjemahkan kedalam bahasa Spanyol yaitu kitab al-iqtisad fi al-i'tiqad (maksud yang adil dalam keyakinan). Kitab tersebut mungkin ditulis sebelum beliau menjadi mistikus.Â
Dari sudut pandang yang sama  beliau menulis  sebuah karya polemik melawan sekte militan Assassins (Nizar Isma'iliyyah), dan beliau juga menulis kitab (jika itu asli) sebuah kritik terhadap agama kristen, serta sebuah kitab nasihat untuk para raja (Nasihat al-mulk).
Pengabaian karir cemerlang Al-gazali sebagai profesor untuk menjalani semacam kehidupan monastik membuatnya mendapatkan banyak pengikut dan kritik di antara orang-orang pada zamannya. Cendikiawan barat telah begitu tertarik dengan kisahnya tentang perkembangan spiritualnya sehingga mereka memberikan perhatian yang jauh lebih besar terhadap Al-gazali dari pada para pemikir Muslim lain yang tak kalah sama pentingnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H