Mohon tunggu...
Sakifah Ismail
Sakifah Ismail Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Magister Keuangan dan Perbankan Syari'ah Fakultas Hukum Islam dan Syari'ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Money

Revolusi Akuntansi Dimulai! Runtuhkan Sistem Balance Sheet!

29 Mei 2016   17:08 Diperbarui: 29 Mei 2016   17:50 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ini benar-benar revoulusioner. Ide yang mungkin tak pernah terfikirkan sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu. Tapi sangat, sangat sesuai dengan penelitian ilmiah dan kampanye terhadap gold standard.

Sebenarnya Ide ini muncul sejak tahun 2015, namun rupanya perlu sounding yang lebih gencar agar semakin meluas. Jika sebelumnya dihembuskan kampanye pentingnya merubah mata uang untuk kembali kepada standar emas, dengan tujuan mengembalikan nilai intrinsik uang dan menjaga kestabilan ekonomi, maka ide ini merupakan kampanye lanjutan dari kampanye membumikan emas.

Apa yang terjadi sebenarnya?

Jika selama ini kita kenal dalam sistem akuntansi, dimana angka di sisi pasiva harus sama dengan pasiva. Pendapatan perusahaan jumlahnya harus sama persis dengan operasional lembaga.

Namun, dewasa ini seorang pengamat sekaligus praktisi ekonomi Islam, Ahmad Ifham Sholihin mengusulkan adanya sistem akuntansi yang lebih adil dan sesuai dengan prinsp islam, yang disebut dengan Gold Based Accounting.

Hampir semua orang tahu, ketika kita harus membuat laporan keuangan, maka satu rumus yang harus berlaku adalah pasiva=aktiva. Dengan kata lain, Pendapatan = pengeluaran, atau modal + hutang = aktiva lancar + aktiva tetap + Laba. Inilah yang disebut dengan teori balance sheet. Teori ini menegaskan bahwa wajib hukumnya aktiva dan pasiva pada neraca mencapai angka yang sama. Bagaimanapun caranya.

Padahal jika kita amati lebih lanjut komponen dari aktiva dan pasiva, disusun atas beberapa pos yang diantarnya berasal dari angka real transaksi, hasil akumulasi beberapa akun, namun ada pula yang merupakan angka prediksi. Seperti pada pos penyusutan, depresiasi, atau amortisasi. Singkatnya, untuk mencapai angka yang seimbang, para pakar akuntansi dan kini diikuti mungkin oleh semua akuntan baik perusahaan maupun individu dapat memakai banyak metode untuk membuat angka di sisi pasiva sama dengan aktiva.

Lalu, salahkah teori ini?

Secara teori dasar muamalah, selama tidak ada yang dirugikan dan tidak ada hukum yang melarang, maka sah. Namun dampaknya, pada situasi tertentu teori balance sheet tidak sesuai jika diterapkan pada lembaga keuangan yang menganut prinsip syari’ah. Dimana kita tahu bahwa prinsip syari’ah sangat menjunjung tinggi keadilan dan kejujuran. Mencatat angka sesuai dengan transaksi yang terjadi. Tanpa manipulasi.

Maka revolusi ini dianggap penting terutama pada industri keuangan syari’ah dan semua kegiatan ekonomi pada umumnya.

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh revolusi ini?

Revolusi balance sheet akan merombak semua tatanan ekonomi dan keuangan dari level kebijakan sampai praktik!

Dengan satu catatan: Jika berhasil diterapkan.

Ahmad Ifham Sholihin, Seorang pakar ekonomi islam sekaligus praktisi mengungkapkan bahwa saat ini para pegiat ekonomi islam madzhab emas dan perak masih sibuk mengkultuskan emas dalam bentuk fisik. Tentu dalam dasar logika fiqih, bisa saja. Tapi seandainya revolusi balance sheet itu berhasil dilakukan, maka sebenarnya memiliki semangat yang sama dengan emas sebagai alat tukar fisik. Baik dalam pencatatan akuntansi, perhitungan, penyajian, pengakuan dan pelaporannya  sama saja menggunakan perhitungan emas. Hanya berbeda, tanpa uang emas fisik.

Gold Based Accounting ini sebenarnya sangat sederhana: yaitu akuntansi berbasis fisik emas. Ketika fisik emas berpindah, maka Chart of Account (COA) yang ditinggalkan akan bersaldo Nol.

Secara logika, ini sederhana. Jika tidak ada transaksi, maka tidak perlu pencatatan.  Namun secara sistem, akan ada banyak logika dan setting parameter sebab-akibat. Maka ini akan merombak tatanan balance sheet industri apapun. Dan akhirnya, namanya bukan lagi balance sheet.

Ide ini bukan dalam rangka pesimis terhadap stok emas fisik yang menurun persediaannya di perut bumi. Bukan pula karena negara muslim sekarang tidak lebih kaya dibanding negara-negara maju sehingga pesimis akan mendapatkan emas sesuai jumlah uang beredar. Bukan.

Jika emas menjadi dasar pencatatan akuntansi maka mau tak mau harus ada pakar IT dan akuntan yang ahli mengatur setting sistem akuntansinya. Apalagi untuk industri perbankan, aplikasi Core Banking System bisa dianggap paling rumit jika dibandingkan dengan sistem balance sheet indutri lain.

Jika uang emas diberlakukan, maka gold based accounting ini harus berlaku di semua industri. Kabar baiknya, memikirkan tentang konsep gold based accounting ini jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan memikirkan peredaran emas fisik, resource emas, pencetakan, standarisasi, penentuan kebijakan, implementasi, pro kontra, dll.

Gold Based Accounting hanya membutuhkan sistem pembayaran dan lalu lintas uang. Alur akuntansi dan debit kredit penjurnalan tidak akan berubah. Ide Gold Based Accounting ini bisa diterapkan siapapun tanpa emas fisik sama sekali. Mendukung kampanye mata uang dengan emas fisik yang sebelumnya beredar.

Jika di Indonesia ide ini muncul tahun 2015, AAOIFI sebagai organisasi akuntansi islam dunia menyatakan dukungan terhadap sistem Gold Based Accounting dalam situsnya yang diunggah awal tahun 2016. AAOIFI menyatakan saat ini sedang menggodok sistem standar  akuntansi berbasis emas. Aram Shishmanian, CEO the World Gold Council (WCG) mengomentari ide ini seperti yang dikutip dari situs resmi AAOIFI: “We are delight that AAOIFI recognises the importance and value of creating a shari’ah standard for gold, and has agreed to take the leadership in developing this new standard. The islamic Finance Industry continous to grow in size and importance and there is a need for a greater understanding of the application of shari’ah guidance on the use of gold. While there is currently limited guidance for gold coin and bars, there is a virtually no guidance on gold elsewhere in the financial sector. We believe that this will bring important benefits to the industri, as well as improve consumer choice, enabling millions of muslims to protect their wealth, and enhance financial stability, with gold”

Datuk Dr.Muhammad Daud Bakr, excecutive chairman of Amani Advisor mengatakan bahwa ”this standard will provide guidance from the shari’a perspepctive on the usage of gold in finacial and investment transaction for islamic financial institution and participant. The standard also aims to increase transparency and harmonization regarding they use of gold in various market practice. We are pleased to have AAOIFI support for this initiative to standard dize all aspect of islamic financial transaction invvolving they use of gold and in time, in crease the adaption of gold in islamic financial product. Deepening the r ole of gold gives Islamic investor better access to the unique qualities of this asset class, while broadening the overall Islamic finance asset base”

Dengan demikian, AAOIFI telah menyiapan aturan terkait standar akuntansi berbasis emas. Maka dengan dukungan para praktisi ekonomi islam, akademisi, dan seluruh masyarakat muslim di seluruh dunia akan lebih mudah merubah sistem keuangan dan semakin cepat revolusi menuju ekonomi robbani terjadi. Mari sambut era baru ekonomi: berbasis emas dan menentramkan hati nurani!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun