Mohon tunggu...
Kidung Sableng
Kidung Sableng Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa yang biasa-\r\nbiasa saja, karena tidak memiliki sesuatu yang luar biasa.... dan masih belajar membiasakan diri agar terbiasa dengan segala hal diluar kebiasaan...\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dongeng Seorang Ibu Kepada Anak Lelakinya

27 Februari 2011   12:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:13 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1290497359472072126

Kisah yang dibacakan Ibunya semakin membuat hati Surya serasa tak menentu, terlihat jelas dalam sinar wajahnya yang merona, dan sorot matanya yang tak lagi membara.

" Kubacakan sedikit lagi sebagai kelanjutannya", ucap sang ibu tersenyum.

Bersyukurlah pada kehidupan yang telah menganugerahimu rasa haus. Hatimu akan menjadi seperti tepian pantai dari sebuah samudera yang tak memiliki gelombang.

Tak menyimpan gemuruh dan tak mengerami pasang surut bila engkau tak memiliki rasa haus. Teguklah isi pialamu sendiri sambil memekik gembira. Junjunglah pialamu di atas kepalamu lalu teguklah kuat demi mereka yang meminumnya dalam kesendirian.

Aku pernah sekali mencari gerombolan manusia yang kemudian duduk rapi mengelilingi meja jamuan sebuah pesta kemudian minum dengan sepuas-puasnya.

Namun mereka tidak mengangkat anggurnya di atas kepalaku, tidak pula meresapkannya ke dalam dadaku. Mereka hanya membasahi kakiku....kebijakanku masih kerontang.

Hatiku terkunci dan terpatri. Cuma sepasang kakikulah yang bergumul dengan mereka diantara selubung kabut yang suram. Aku tidak lagi mau mencari kumpulan manusia atau pula meneguk anggur bersama mereka dalam meja jamuan pesta mereka.

Apa yang engkau rasakan jika kututurkan padamu semua itu jika waktu begitu garang menghentaki jantungmu?, Akan sangat baik bagimu bila engkau meneguk piala sengsaramu seorang diri dan piala bahagiamu seorang diri pula...

" Sudahkan kau mengerti?? ", tanya sang Ibu mengakhiri dongengnya.

" Bersyukurlah atas kebahagian yang kau dapatkan saat ini, tanpa harus dengan menyakiti perasaan orang lain yg masih kurang beruntung", ujarnya sembari membelai lembut rambut buah hatinya yang tak lagi balita tersebut.

" Karenanya, perlakukanlah manusia selayaknya manusia, karena tak selamanya kebahagiaan menghampiri kita... bukankah harta, tahta, wanita dan cinta itu bunga putaran roda nasib?",

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun