Mohon tunggu...
Mas
Mas Mohon Tunggu... Freelancer - yesterday afternoon a writer, working for my country, a writer, a reader, all views of my writing are personal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances— Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

41 Tahun Tragedi Tampomas II Sisakan Tanda Tanya

27 Januari 2022   11:58 Diperbarui: 27 Januari 2022   12:01 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. KOMPAS/Fahmy Myala

Beberapa sumber menyebutkan, alih-alih mengarahkan penumpang, beberapa ABK malah dengan egois menurunkan sekoci bagi dirinya sendiri. Dari enam sekoci yang ada, masing-masing hanya berkapasitas 50 orang, jauh dari kata cukup untuk jumlah penumpang KMP Tampomas II kala itu. 

Sebagian penumpang nekat terjun bebas ke laut, dan sebagian lagi menunggu dengan panik pertolongan selanjutnya. Kapten kapal Abdul Rivai berinisiatif ingin membawa kapal menuju pulau terdekat. 

Namun usaha itu gagal, karena baling-baling dan mesin kapal tak berfungsi normal, matinya listrik mengakibatkan pesan melalui radio ke kapal lain atau syahbandar pelabuhan pun tak bisa dikirim. Isyarat cahaya yang dilontarkan ke udara pun tak menyala. 

Evakuasi penumpang berjalan kacau. Tak ada tanda arah jalan keluar yang jelas di dalam kapal. Bahkan, ada awak kapal yang menurunkan sekoci untuk dirinya sendiri.

KMP Tampomas II terombang ambing lepas kendali dengan cuaca yang tak mendukung. Kondisi ini mengakibatkan Tampomas II harus terpaksa lempar sauh di sekitar wilayah tersebut. Asap hitam mulai keluar dan menyembul ke udara, dan tiba-tiba  suara ledakan keras dari dalam kapal. 

Sejak tanggal 26 Januari pagi, Laut Jawa dilanda hujan yang sangat deras, KMP Tampomas II semakin dipenuhi air, dan api mulai menjalar ke ruang mesin dimana terdapat bahan bakar yang tidak terisolasi.

KMP Tampomas II makin berada dalam bahaya. Munculnya matahari pada 26 Januari 1981 yang menerangi lautan di sekitar Tampomas dan kobaran api yang terlihat dari kejauhan pun jadi isyarat bagi kapal yang melihatnya. Tampomas II butuh tindakan penyelamatan. 

Diketahui, kapal pertama yang melakukan misi penyelamatan adalah  KM Sangihe, dengan Kapten Agus K. Sumirat sebagai nakhoda. Sumirat adalah teman sekelas Abdul Rivai pada angkatan 1959 ketika mereka belajar di Akademi Ilmu Pelayaran (Akademi Maritim). KM Sangihe  dalam perjalanan dari Pare-Pare menuju Surabaya untuk perbaikan mesin. 

Petugas geladak pertama KM Sangihe, J. Bilalu, adalah orang pertama yang melihat kepulan asap ke arah barat dan mengira asap itu berasal dari sumur minyak lepas pantai Pertamina, Markonis KM Sangihe, Abu Akbar, mengirim pesan SOS pada 08:15 terkait nasib Tampomas II.  

KM Ilmamui  bergabung dalam upaya penyelamatan pada pukul 21.00, menyusul empat jam kemudian oleh kapal tanker  Istana VI  dan kapal lainnya, termasuk  Adhiguna Karunia dan KM Sengata milik PT. Porodisa Line.

Akumulasi dari percikan api kecil yang merembet ke bahan bakar itulah yang menimbulkan ledakan di pagi hari tanggal 27 Januari. Ledakan berasal dari ruang mesin KMP Tampomas II dan dan membuatnya penuh oleh air laut. Ruang Propeller dan Ruang Generator turut pula terisi air laut yang mengakibatkan kapal miring 45 derajat dalam keadaan banyak penumpang masih ada diatas kapal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun