Mohon tunggu...
Nyi Ismayawati
Nyi Ismayawati Mohon Tunggu... Buruh - Urip sakmadya

Ngupaya upa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Balada Penyanyi Elektone Tunggal

5 November 2020   08:59 Diperbarui: 5 November 2020   09:10 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di atas panggung sempit ia terus melantunkan sebuah tembang lawas Sepanjang Jalan Kenangan atas permintaan seorang anggota keluarga yang sedang melaksanakan pesta perkawinan di sebuah perkampungan padat penduduk. 

Beberapa anak muda yang tak mengalami masa indah zaman penyanyi cantik Tetty Kadi menyelutuk, "Ganti dangdut....ganti dangdut..." Sang biduanita hanya tersenyum sambil memandang ke arah kawanan anak muda yang rupanya para sinoman atau mereka yang sukarela membantu pelaksanaan pesta perkawinan tersebut.

Selesai melantunkan tembang kenangan, ia pun berniat memenuhi permintaan kaum muda untuk melantunkan lagu dangdut. Namun seorang ibu menghampirinya dan berbisik minta dilantunkan sebuah tembang campursari "Wuyung" Karena yang meminta seorang ibu dari keluarga pengantin ia memenuhinya walau sang player rupanya tidak menguasai tembang ini dan harus mencari-cari nada yang pas. 

Saat sang player mencari nada, si biduanita pun merajuk pada kaum muda untuk bersabar menunggu permintaannya. Sontak beberapa kaum muda berseru nakal,"Wooooo...." Yang disambut gelak tawa lainnya.

Foto sendiri.
Foto sendiri.
Foto sendiri.
Foto sendiri.
Karena tak begitu menguasai tembang campursari, maka sang player pun mengiringi dengan style lagu dangdut koplo. Sekali pun tidak pas namun ibu yang request tetap merasa senang. 

Selesai berkoplo ria, si biduanita pun memenuhi permintaan kaum muda untuk menyanyikan sebuah lagu dangdut lawas Mirasantika yang dipopulerkan Rhoma Irama. 

Dengan style dangdut koplo pula si biduanita dengan suara lembutnya menyanyi sambil sedikit bergoyang yang membuat kaum muda yang hadir ikut bergoyang.

Tamu undangan yang datang semakin banyak dan para sinoman kembali sibuk menyiapkan sajian lupa untuk berjoget. Si biduanita tetap saja bergoyang pelan sekali pun para tamu sibuk menikmati sajian sambil berbincang tamu lainnya. 

Tak peduli ada penyanyi sedang bergoyang. Demikian juga si biduanita tetap bernyanyi sekali pun para tamu tak mempedulikan. Di sisi lain, seorang biduan lainnya sedang duduk istirahat dengan wajah sedikit kelelahan.

Itulah gambaran nyata kebanyakan para penyanyi elekton tunggal yang sering ditanggap dalam hajatan atau pesta perkawinan dan khitanan di kampung-kampung perkotaan atau pun wilayah kaum urban pinggiran. 

Dengan honor lengkap antara 1 - 1,5  juta lengkap untuk elekton, player, soundsistem sederhana, dan dua penyanyi mereka harus tampil memuaskan dalam arti membuat gembira konsumen.  

Honor dibagi untuk player dan dua penyanyi masing-masing antara 200-250 ribu, sisanya untuk beaya sewa soundsistem dan elekton serta transportasi sekalipun semua milik sendiri. 

Sebuah honor yang cukup rendah namun sangat membantu perekonomian para pelaku seperti ini yang kebanyakan adalah kaum pinggiran yang bekerja sebagai buruh. 

Ada satpam, sopir angkot, guru, atau pedagang K5 untuk para player. Ada buruh linting rokok, karyawan toko dan salon kecantikan untuk penyanyi elekton tunggal.

Foto sendiri.
Foto sendiri.
Mereka menyanyi bukan sekedar untuk memenuhi bakat dan hobi terpendam tetapi juga untuk mencari nafkah sampingan di tengah persaingan ketat kehidupan. 

Tak peduli mereka seakan diabaikan para undangan tetapi adalah sebuah kebahagiaan dapat menghibur para tamu sesuai permintaan tuan rumah. Dan yang terpenting mereka juga mendapat honor untuk menambah kebutuhan keluarga.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun