Mohon tunggu...
Khusnul Siti Aliffia
Khusnul Siti Aliffia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas PGRI Madiun

hobi saya jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan Pendidikan Nasional

11 Oktober 2023   05:30 Diperbarui: 12 Oktober 2023   13:15 7349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan Pendidikan Nasional dari zaman kolonial hingga setelah kemerdekaan

Pendidikan pada zaman kolonial hindia belanda sangat dibatasi dan tidak diberikan kebebasan. Pada masa itu pengajaran hanya mementingkan intelektual dan materialistis. Pada zaman kolonial tahun 1854, muncullah sebuah sekolah pertama untuk pribumi yang dinamakan Sekolah Bumi Putra, dimana pembelajaan dan pengajaran pada sekolah hanya terdapat 3 kelas dimana pembelajaran hanya diajarkan membaca, menulis, dan menghitung seperlunya serta hanya diperuntukkan bagi golongan pembantu untuk mendukung usaha dagang para kolonial. Dalam hal ini pendidikan semata hanya bertujuan untuk kepentingan para kolonial saja.

Salah satu tokoh yang berpengaruh terhadap perjalanan pendidikan di Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantaraah. Beliau lahir pada tanggal 2 Mei 1889 yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, beliau merupakan anak dari keluarga bangsawan. Ki Hajar Dewantara adalah seorang penulis surat kabar yang pada suatu saat menentang pemerintahan kolonial Belanda melalui kritikan dalam surat kabar yang ditulisnya, hingga pada suatu waktu dalam tulisannya yang berjudul "Seandainya aku seorang Belanda" beliau di asingkan ke Belanda pada tahun 1913. Selama pengasingannya di Belanda Ki Hajar bertemu dengan Dauwes Dekker dan Dokter Djipto Mangun kusumo dimana mereka lebih dikenal dengan sebutan 3 serangkai. Masa pengasingan di Belanda memanfaatkan kesempatan untuk mendalami pembelajaran dan pengajaran. Hal ini dimaksudkan supaya ketika kembali ke pribumi nantinya akan ada suatu pergerakan untuk mendukung perubahan pendidikan.  

Pada tahun 1920 muncullah cita-cita baru untuk perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran dimana dapat menjadikan semangat baru bagi masyarakat pribumi. Selanjutnya, tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah wadah untuk anak-anak Bangsa Indonesia dapat belajar dan menuntut ilmu. Tempat tersebut didirikan di Yogyakarta yang dinamakan Taman Siswa. Taman Siswa didirikan sebagai gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa. Di Taman siswa juga dikenalkan dan diajarkan budi pekerti dan pendidikan kebangsaan.

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat dan itu merupakan kodrat alam. Di dalam semboyan pendidikan Ki Hajar Dewantara menuliskan kalimat "Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" yang memiliki arti "Di depan pendidik memberi contoh, Di tengah pendidik memberi ide, Di belakang pendidik memberi dukungan".  Dimana saat ini semboyan tersebut terus dipakai dan dijadikan logo pendidikan di Indonesia. Melalui perjalanannya dalam perubahan pendidikan di Indonesia hingga setelah kemerdekaan. Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pendidikan pertama di Indonesia oleh Presiden Soekarno. 


Apakah Indonesia sudah merdeka ?

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1045 dalam dunia pendidikan, justru banyak praktik-praktik yang membelenggu kemerdekaan peserta didik. Contoh nyata yang menjadi belenggu dalam kemerdekaan peserta didik diantaranya adalah :

1. Peran orang tua yang menerapkan aturan bagi anak

Peran orang tuan dalam pendidikan menjadi faktor penentu dalam keberhasilan pendidikan. Hal ini dikarenakan sebagian orang tua masih ikut campur dalam menentukan minat dan keinginan anak. Masih banyak anak yang merasa terkekang dan terpaksa karena kehendak orang tua yang todak sesuai dengan minat anak. Banyaknya aturan-aturan yang terlalu ditekankan di rumah kepada anak membuat anak kurang bersemangat dalam proses pembelajaran disekolah.

2. Adanya perubahan kurikulum

Perubahan kurikulum ditujukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia dan memperbarui kurikulum sebelumnya yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Namun, bagaimana dampaknya bagi peserta didik ? Pada awal pergantian kurikulum peserta didik sangat dibebankan untuk menyesuaikan (beradaptasi) dengan perubahan yang ada. Mereka dituntut untuk dapat mengikuti kebijakan yang ada sehingga terlalu fokus terhadap penyesuaian tesebut. Ahirnya, hal ini dapat berpengaruh terhadap hasil belajar dan prestasi siswa yang seketika menurun.

3. Banyak peraturan yang ditetapkan di sekolah

Banyaknya peraturan yang ditetapkan di sekolah membuat peserta didik kurang bersemangat ketika disekolah.

Model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan 'belenggu' yang belum memerdekakan peserta didik

Kurikulum merdeka salah satunya bertujuan untuk mengupayakan melepaskan belenggu belajar dalam pendidikan di Indonesia baik bagi guru maupun peserta didik. Dengan prinsip pembelajaran paradigma baru guru dibebaskan untuk merumuskan perencanaan pembelajaran serta asesmen yang disesuaikan dengan kemampuan, kebutuhan, dan minat peserta didik dengan mengacu pada profil pelajar pancasila.

Untuk mengupayakan terlepasnya belenggu dan memerdekakan peserta didik diharapkan adanya kurikulum yang benar-benar dapat memerdekakan peserta didik dalam belajar. Merdeka belajar berlandaskan pada nilai-nilai pancasila atau pendidikan berbasis budaya, hal ini dimaksudkan agar peserta didik mampu mengembangkan minat dan bakat secara optimal dan juga bisa memajukan kebangsaan serta jati diri bangsa dan tanggung jawab anak muda sebagai bangsa Indonesia. Misalnya adanya perubahan pada model-model pembelajaran yang digunakan dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, contohnya menggunakan model pembelajaran STEAM, model pembelajaran PBL (Problem Based Learning, dan  model pembelajaran PjBL (Project Based Learning) atau model pembelajaran lainnya yang sesuai untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga dapat mewujudkan tujuan pendidikan di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun