Dompet Dhuafa didirikan oleh Parni Hadi pada tahun 1993. Parni Hadi adalah seorang jurnalis senior dan mantan Pemimpin Redaksi Harian Republika, sebuah surat kabar di Indonesia. Awalnya, Dompet Dhuafa dimulai sebagai program sosial yang diluncurkan oleh Republika untuk mengelola zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) dari masyarakat untuk membantu kaum dhuafa (miskin) dan kelompok marjinal.
Di bawah kepemimpinan Parni Hadi, Dompet Dhuafa berkembang pesat dan menjadi salah satu lembaga filantropi terbesar di Indonesia. Lembaga ini telah memberikan berbagai layanan sosial, termasuk di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan tanggap bencana, serta terus berinovasi untuk mempromosikan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan wirausaha sosial.
7. Patagonia -- Menggabungkan Bisnis dengan Aktivisme Lingkungan
Patagonia, perusahaan pakaian outdoor yang terkenal di seluruh dunia, adalah contoh dari perusahaan yang menggabungkan keberlanjutan lingkungan dan etika bisnis dalam model wirausaha sosialnya. Patagonia terkenal karena komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan, mulai dari menggunakan bahan daur ulang untuk produknya hingga menyumbangkan sebagian besar keuntungannya untuk tujuan-tujuan lingkungan. Mereka juga mendorong konsumennya untuk mengurangi pembelian barang baru dengan memperbaiki barang lama atau membeli produk bekas. Pendiri Patagonia adalah Yvon Chouinard. Dia mendirikan Patagonia pada tahun 1973. Sebelum mendirikan Patagonia, Chouinard adalah seorang pendaki tebing dan pengusaha alat-alat pendakian. Ia mulai membuat peralatan pendakian yang lebih tahan lama dan ramah lingkungan karena ia prihatin terhadap dampak negatif peralatan konvensional terhadap alam.
Patagonia kemudian berkembang menjadi merek yang terkenal tidak hanya karena kualitas produk outdoornya, tetapi juga karena misi lingkungannya yang kuat. Di bawah kepemimpinan Yvon Chouinard, Patagonia menjadi pelopor dalam mempromosikan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial dalam bisnis. Perusahaan ini mendonasikan 1% dari total penjualannya untuk upaya pelestarian lingkungan dan juga mendorong konsumen untuk mengurangi konsumsi dengan memperbaiki produk mereka alih-alih membeli yang baru.
Dampak Sosial dan Keberlanjutan:
Patagonia menunjukkan bahwa bisnis besar pun bisa memprioritaskan tanggung jawab sosial tanpa mengorbankan keuntungan. Mereka telah menyumbangkan lebih dari 1% dari penjualannya untuk upaya pelestarian lingkungan dan terus memimpin dalam aktivisme lingkungan.
8. Kitabisa
Kitabisa adalah platform crowdfunding yang memungkinkan individu atau organisasi menggalang dana untuk berbagai tujuan sosial, seperti pembiayaan kesehatan, pendidikan, dan lingkungan. Kitabisa adalah salah satu platform penggalangan dana terbesar di Indonesia, dengan ribuan kampanye sosial yang telah berhasil didanai. Sebagai wirausaha sosial, Kitabisa memfasilitasi kolaborasi antara masyarakat dan inisiatif sosial.
Kitabisa didirikan oleh Alfatih Timur, yang sering dikenal sebagai Timmy, pada tahun 2013. Alfatih Timur, seorang wirausahawan sosial muda asal Indonesia, menciptakan platform Kitabisa sebagai situs penggalangan dana (crowdfunding) yang memungkinkan individu dan organisasi untuk mengumpulkan dana secara online bagi berbagai keperluan sosial, seperti bantuan kesehatan, pendidikan, lingkungan, serta proyek-proyek sosial lainnya.
Kitabisa tumbuh menjadi salah satu platform penggalangan dana terbesar di Indonesia dan telah membantu ribuan kampanye sosial mendapatkan dukungan finansial dari masyarakat luas. Misi Alfatih Timur dengan Kitabisa adalah untuk memperkuat budaya gotong royong di Indonesia melalui teknologi digital, dengan menghubungkan orang-orang yang ingin membantu dengan mereka yang membutuhkan bantuan.
9.Warby Parker -- Akses Kacamata Terjangkau untuk Semua