Mohon tunggu...
khusnul ashar
khusnul ashar Mohon Tunggu... Editor - ordinary people

Lahir di Lamongan, sekarang tinggal di Malang

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sektor Informal: Wahana Reformasi Mental di Masa Pandemi

5 Januari 2021   11:54 Diperbarui: 5 Januari 2021   12:18 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digitalisasi dewasa ini memang ada kecenderungan terjadi pengurangan tenaga kerja teknis-manual di sektor bisnis,  industri dan perkantoran akibat penggunaan IT, aplikasi dan robot, namun ada pula kecenderungan peningkatan peluang dan kesempatan kerja berbasis soft-skill. 

Survei yang dilakukan oleh National Association of Colleges and Employers  ( NACE ) -- USA  tahun 2017 dengan responden para pimpinan perusahaan besar memperoleh temuan bahwa lebih dari 70 % responden lebih membutuhkan tenaga kerja yang memiliki soft-skill tinggi ketimbang kemampuan teknis yang hebat. 

Para pimpinan Lembaga bisnis lebih menyukai pekerja yang mampu bekerjasama, problem-solver, mampu berkomunikasi, etis dan memiliki etos kerja yang tinggi. Kemampuan teknis/hard-skill seperti Bahasa asing dan Komputer masih tetap dibutuhkan namun intensitas kebutuhannya tidak terlalu tinggi.

Penelitian di Harvard University Amerika Serikat memperoleh temuan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja. te:tapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Dalam penelitian tersebut diungkapkan pula bahwa:

"Kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill."

Soft-skill merupakan modal yang semakin penting dalam merebut peluang kerja dan membangun karir.  Namun soft-skill tidak bisa diperoleh dari ceramah para dosen/trainer di ruang-ruang kuliah atau kelas-kelas pelatihan. 

Soft skill adalah kemampuan yang hanya bisa diperoleh melalui pembiasaan dan keterlibatan kerja-kerja nyata yang dipupuk dalam waktu lama. Mengikutsertakan anak untuk terlibat membantu urusan/usaha keluarga merupakan upaya investasi strategis yang bisa memupuk kebiasaan dan karakter positif.

Soft skill anak akan terbentuk bila orang tua membiasakan anak-anak untuk membantu pekerjaan rumah tangga, berbagi dan tenggang rasa dengan saudara, menghargai kebaikan yang di terima dari siapa saja dan selalu mensyukuri apapun yang ada.

Kalau pada masa resesi ekonomi di tahun-tahun lalu, sektor informal terbukti berperan sebagai katup pengaman ekonomi nasional, di masa pandemi Covid-19, sector ini  bisa menjadi sarana dan wahana transformasi mental generasi muda menjadi lebih ulet dan tahan banting. Orang tua dan keluarga mempunyai peran yang sangat menentukan. Dukungan kebijakan pemerintah yang lebih besar dalam mengembangkan sektor informal sangat diperlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun