Kontroversi Munculnya Supersemar
Â
Naskah Supersemar sendiri menjadi sumber kontroversi karena ada berbagai versi yang beredar. Kontroversi ini mencakup segala hal, mulai dari penerbitan Supersemar hingga keaslian dokumen itu sendiri.
Â
Penerbitan Supersemar yang kontraversi, Pengawal presiden yakni Letnan Satu Sukarjo Wilardjito menyatakan bahwa yang menemui Presiden Soekarno saat itu ialah Brigjen Maraden Panggabean, Brigjen Basuki Rahmat, Brigjen M. Jusuf dan Brigjen Amir Mahfud sebagai empat perwira tinggi Angkatan darat. [3] Â
Â
Letnan Satu Sukarjo Wilardjito dalam peristiwa supersemar juga menyatakan bahwa Brigjen M. Jusuf membawa sebuah map berlogo markas besar Angkatan Darat berwarna merah. Presiden Soekarno dipaksa menandatangani surat tersebut oleh Brigjen Maraden Panggabean dan Brigjen Basuki Rahmat dengan mengarahkan pistol ke Presiden. Pada akhirnya Presiden Soekarno menandatangani surat tersebut dan berpesan kepada para perwira apabila situasi sudah Kembali pulih maka surat mandat tersebut harus dikembalikan.Â
Â
Berbeda dengan kesaksian Letnan Sukardjo Wiloto, ia menyatakan bahwa utusan dari Jenderal dayang ke Bogor tidak mengarahkan pistol kepada Presiden dan meminta Presdien Soekarno menandatangi surat dengan baik-baik. Letnan Sukardjo Wiloto juga menyatakan bahwa Brigjen Amir Mahfud saat di Istana Merdeka menghubungi pengawal Presiden di Bogor yaitu Kombes Soemirat, untuk meminta izin berkunjung. dan setelah mendapat izin ketiga jenderal itu segera berangkat dari Istana Jakarta menuju Istana Bogor.
Â
Surat Perintah Sebelas Maret berisi:[4]