Di rumah, mungkin ia anak kecil satu-satunya dengan mainan berlimpah. Namun, ketika ia berada di luar, maka akan melihat situasi sosial sehingga dapat belajar untuk bersosialisasi.
Ketiga, kekhawatiran orangtua terhadap anak yang rawan perundungan (pembullyan). Hampir setiap orangtua yang dihadapkan pada kemampuan sosio-emosional anak yang belum optimal merasa khawatir akan terjadinya perundungan.
Mengingat, hal demikian juga disebabkan oleh lingkungan yang dipicu dari hubungan kurang baik serta pengalaman traumatis pada anak seperti perundungan. Maka, pentingnya orangtua mengambil langkah tepat atau cara mencegah timbulnya permasalahan, menekan risiko, serta mencari solusi yang terbaik.
Perlunya orangtua menciptakan lingkungan agar anak merasa aman dan didukung. Mengingat emosi anak yang labil mengakibatkan mood swing atau mudah marah dan sedih. Oleh sebab itu, pentingnya orangtua mengajarkan anak tentang cara berkomunikasi dan kemampuan berbahasa yang baik dan benar (lancar), mengelola emosi, dan interaksi sosial yang sehat.
Apabila anak sudah bersekolah TK (sederajat), maka komunikasi intens antara orangtua, guru, dan antar wali murid diharapkan terjalin harmonis. Sehingga, jika timbul suatu masalah antar siswa bisa dicari solusi dengan kepala dingin.
Keempat, durasi waktu layar (screen time) atau waktu yang dihabiskan anak untuk menatap layar. Adapun screen time bukan hanya waktu yang dihabiskan anak bermain ponsel pintar, melainkan juga televisi.
Mengingat anak yang sedang kita hadapi adalah generasi alpha atau generasi yang langsung melek teknologi serba digital. Kondisi demikian memengaruhi sifat dan karakteristik gen alpha sehingga ada yang menyebutkan cenderung bersifat individualistik dan antisosial.
Screen time memainkan peran penting dalam tumbuh kembang anak. Keberadaannya ibarat pisau bermata dua, di satu sisi berkontribusi untuk menunjang perkembangan ilmu pengetahuan. Namun, di balik segudang manfaatnya, apabila tidak digunakan secara bijak, maka akan menimbulkan persoalan baru yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak.
Gen alpha terlanjur merasa nyaman dengan dunia dalam gawai mereka. Ketertarikannya minim untuk bersosialisasi meskipun sekadar bermain di luar rumah. Kedekatan gen alpha dengan gawai telah menjadi tembok penghalang bagi mereka ketika mengembangkan interaksi sosial.
Anak yang menonton televisi berjam-jam dan pengabai orangtua akan berdampak serius terhadap kemampuan sosial dan emosionalnya. Akibat dari peniadaan batasan waktu layar pada anak serta orangtua yang abai (ada tapi tiada), maka anak cenderung sewenang-wenang dan keasyikan hingga larut dalam dunianya sendiri. Padahal, waktu 24 jam dalam sehari bisa dibagi-bagi ke dalam berbagai kegiatan positif yang bisa menunjang keterampilannya.
Jika anak sudah merasa nyaman di rumah saja tanpa butuh teman bermain, maka patut diwaspadai. Hal demikian agar anak terhindar dari salah satu dampak buruknya yakni perilaku antisosial.