1. Faktor Internal.
Pertama, keinginan anak untuk mencari perhatian dan sensasi. Di balik usianya yang memiliki daya rasa ingin tahu yang tinggi, tersimpan keinginan anak yang ingin diperhatikan. Anak senang apabila diperhatikan walau cara yang ia gunakan tidak tepat atau tidak semestinya termasuk berbicara kotor.
Kedua, kontrol emosi yang belum baik. Anak memiliki kemampuan mengelola emosi yang belum stabil. Oleh sebab itu, terkadang ia belajar sesuatu melalui sebab akibat suatu peristiwa. Sebagai contoh, ketika anak melontarkan kata-kata kotor, maka respon atau reaksi orang lain yang ada di sekitarnya lah yang ia tunggu. Dari situlah anak belajar.
2. Faktor Eksternal.
Pertama, keluarga. Perilaku negatif anak bisa bersumber dari kebiasan-kebiasaan yang ia terima di dalam rumah. Misalnya, bagaimana cara atau gaya atau pemilihan bahasa dalam berkomunikasi yang diterapkan orang tuanya di rumah.
Kedua, lingkungan tempat tinggal. Adapun lingkungan tersebut meliputi masyarakat yang tinggal di sekitar rumah yang memiliki peran penting dalam pembentukan karakter atau perilaku anak. Mengingat lingkungan sosial adalah rumah kedua setelah rumah utama anak.
Ketiga, teman sepergaulan. Di sekolah misalnya, anak memiliki teman dengan berbagai macam karakter sehingga hal demikian memungkinkan memengaruhi perilaku anak. Demikian pula teman sepergaulan anak yang bukan dari sekolah misalnya anak para tetangga yang biasa diajak main bersama.
Keempat, tontonan. Sungguh hal yang sangat mudah di masa kini bagi anak untuk mengakses berbagai informasi dari ruang digital salah satunya media sosial. Berbagai situs jejaring sosial menyuguhkan konten-konten "menarik" sehingga menimbulkan ketertarikan pada anak untuk menirunya.
Cara Bijak Orang Tua Mengatasinya
Berikut penulis sampaikan beberapa cara bijak yang bisa ditempuh orang tua dalam menghadapi anak yang berbicara kotor, antara lain :
1. Tetap tenang.