"Tidak apa-apa, sekali-sekali mumpung ada diskon."
Sesungguhnya utamakan membelanjakan harta untuk kebutuhan sehari-hari dan dapat dipastikan manfaatnya. Hindari hidup bermewah-mewahan dan cukup dengan kesederhanaan sesuai takaran kemampuan.
2. Mubazir dalam penggunaan barang atau benda.
Televisi jika sudah tidak ditonton tolong dimatikan!
Lampu kalau sudah terang tolong dimatikan, tidak dibiarkan nyala terus!
Air tidak dibiarkan ngucur terus menerus hingga tumpah dan meluber.
Begitulah kiranya sebagian ibu-ibu mengomel dengan versinya masing-masing. Bukan tanpa alasan, melainkan hal demikian merupakan kebiasaan yang harus dihindari karena termasuk mubazir dalam penggunaan barang. Imbasnya, tau-tau tagihan air dan listrik membengkak. Lalu, siapa yang patut disalahkan?
Oleh sebab itu, mari tinggalkan kebiasaan tersebut dimulai dari tidak saling menyalahkan melainkan mengubah sudut pandang kita untuk efektif dan efisien dalam menggunakan barang atau dalam hal ini misalnya sumber daya energi.
Melalui perbaikan-perbaikan kecil ini akan berdampak pada kebiasaan baik yang akan menjauhkan kita dari sikap mubazir.
3. Mubazir dalam mengonsumsi makanan dan minuman.
Makanan dan minuman adalah kebutuhan primer yang tidak terhindarkan. Dalam keputusan mengonsumsinya pun membutuhkan pertimbangan salah satunya agar tidak terjadi pemborosan.
Di bulan yang penuh berkah ini tidak sulit untuk menemukan aneka hidangan takjil yang berwarna-warni. Alhasil, tanpa disadari kita terlalu sibuk berbelanja makanan untuk menu berbuka. Lapar mata melihat makanan enak, setelah dibeli malah tidak habis.
Padahal kebiasaan makan yang dihabiskan dan tidak menyisakan makanan sedikitpun di piring setelah makan adalah sebuah anjuran.