Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Arti Bersyukur ketika Sakit

11 Maret 2024   16:37 Diperbarui: 11 Maret 2024   16:43 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ilmu kesehatan (Sumber : Shutterstock via hellosehat.com)

Satu pekan menjelang bulan Ramadan, saya dan si kecil mengunjungi dokter yang sama untuk memeriksakan kondisi kesehatan kami. Sebelumnya si kecil baik-baik saja kondisinya hingga pada suatu siang ayahnya mendapatinya tiba-tiba demam yang kemudian diikuti batuk serta pilek.

Pada saat itu juga kondisi saya sangat lemah badan terasa lemas, pegal-pegal, sakit kepala, disertai pilek. Sungguh tidak karuan perasaan saya saat mendapati si kecil juga "ikut-ikutan" sakit.

Hasil dari pemeriksaan Bu Dokter, akhinya saya diberi tiga macam obat yaitu antibiotik, vitamin, dan paracetamol. Sedangkan si kecil diberi satu plastik klip obat yang sudah ditumbuk halus yang bertuliskan demam, batuk, dan Ab (antibiotik).

Begitu sabar dan telatennya ayah si kecil merawat "duo kesayangannya" yang sedang sakit. Beruntung si kecil tipikal anak yang mudah untuk minum obat. Nafsu makannya juga tidak berubah meskipun sedang sakit.

Sedangkan kondisi saya saat itu masih saja lemas walaupun sudah mengonsumsi obat selama 2 hari. Mulut terasa pahit, sepertinya indra pengecap saya sedang tidak berfungsi dengan baik ketika makanan menghampiri.

Pikiran saya sempat turut "ngedrop" saat dihadapkan pada kondisi lemah tidak bisa memaksimalkan asupan nutrisi si kecil karena ia terbiasa makan masakan saya. Di samping itu, masih saja terbersit beberapa urusan pekerjaan baik domestik maupun yang lainnya yang belum terselesaikan.

Satu hal lagi yang masih menjadi "beban pikiran" saat itu bahwa sebentar lagi bulan puasa. Muncul kekhawatiran dalam diri saya mengapa belum juga kunjung sembuh. Saat pemeriksaan, Bu Dokter menyampaikan bahwa saya kecapekan. Berarti fiks, ada "sesuatu" yang "tidak beres" dalam diri saya.

Akhirnya, saya mencoba mengatasi "ketidakberesan" tersebut dan berdamai dengan diri saya sendiri. Saya harus bangkit, tidak boleh larut dalam kesedihan dan tidak berlama-lama menyesali sakit ini.

Muhasabah Diri

Ketidakseimbangan antara asupan nutrisi seperti jadwal makan yang tidak teratur, urusan pekerjaan, serta waktu istirahat yang tidak terkelola dengan baik turut menjadi bagian dari evaluasi diri saya. Apalagi di masa pergantian musim saat ini, sistem kekebalan tubuh rentan terhadap penyakit.

Oleh sebab itu, saya mencoba bermuhasabah diri, instrospeksi diri sejenak, melalui beberapa cara dan sugesti positif.

Pertama, bersabar dan berprasangka baik. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya kita agar senantiasa bersabar dan kuat dalam menghadapi ujian dari Allah.

Jika nikmat sehat adalah cara Allah menguji rasa syukur kita, maka nikmat sakit adalah cara Allah menguji rasa sabar kita. Allah menyayangi hamba-Nya.

Kedua, mengambil hikmahnya. Melalui sakit yang saya rasakan, hikmahnya adalah saya merasa lebih dekat dengan Allah SWT.

Bukankah Allah mendekat dengan hamba-Nya yang sedang sakit?

Terkadang dengan sakit kerap kali mendatangkan beberapa hikmah. Memberi sakit adalah cara Allah menghapus dosa-dosa kita, menutupi aib atau kesalahan kita, serta mengangkat derajat kita.

"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya". (HR. Bukhari No. 5660 dan Muslim No. 2571)

Ketiga, Ikhtiar dan berdoa untuk kesembuhan. Ketika sakit badan akan merasakan ketidaknyamanan bahkan harus menahan rasa sakit. Saya beristirahat total untuk beberapa saat sejenak mengistirahatkan badan agar bisa kembali bugar.

Berusaha dengan tidak berdiam diri ketika sakit. Demikian sebagai upaya untuk kesembuhan. Ikhtiar semaksimal mungkin disertai semangat, kesabaran, dan keyakinan untuk sehat kembali. Senantiasa berdoa agar Allah lekas mengangkat sakit dalam diri kita. Bagaimanapun hasilnya, berserah kepada Allah.

Senantiasa Bersyukur

Bersyukurnya kita masih diberi sakit agar lebih bisa mengatur diri. Allah menciptakan sakit agar kita bisa merasakan nikmat sehat, makan dengan leluasa, dan dapat beraktivitas serta beribadah dengan baik.

Seperti yang saya rasakan saat sedang sakit. Satu pekan lebih makan makanan tidak terasa. Kini, Allah meridhai saya dan si kecil sembuh dari sakit. Itu berarti saya harus tetap bersyukur bagaimana pun kondisi saya dan keluarga. Mulai mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam menyambut bulan suci ramadan dengan penuh suka cita.

Salah satu ikhtiar ketika sakit, minum obat dari Bu Dokter. Gambar atas obat saya, bawah obat si kecil. (Dokumentasi pribadi
Salah satu ikhtiar ketika sakit, minum obat dari Bu Dokter. Gambar atas obat saya, bawah obat si kecil. (Dokumentasi pribadi

Sakit adalah nikmat dari Allah yang sepatutnya kita syukuri. Melalui sakit, kita akan tahu betapa pentingnya nikmat hidup sehat.

Ketika kita sehat, semakin bersyukur kepada Allah. Begitu juga ketika sakit datang menyapa kita, rasa syukur itu tetap ada, tidak berubah. Begitulah ritme kehidupan, adakalanya merasakan sehat, dan adakalanya merasakan sakit. Maka, tidaklah kita menjadi pribadi yang mudah mengeluh saat sedang sakit ataupun sehat.

Sebagai penutup, patut kita pahami bahwa sakit bukan sekadar sebuah penderitaan, melainkan justru anugerah yang terselip hikmah. Terbungkus dalam rasa syukur untuk terus meyakini bahwa ketika Allah menguji kita sakit, inilah cara seorang hamba agar dekat dengan Allah SWT.

"Sakit maupun sehat adalah nikmat yang harus sama-sama disyukuri."

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun