Oleh sebab itu, saya mencoba bermuhasabah diri, instrospeksi diri sejenak, melalui beberapa cara dan sugesti positif.
Pertama, bersabar dan berprasangka baik. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya kita agar senantiasa bersabar dan kuat dalam menghadapi ujian dari Allah.
Jika nikmat sehat adalah cara Allah menguji rasa syukur kita, maka nikmat sakit adalah cara Allah menguji rasa sabar kita. Allah menyayangi hamba-Nya.
Kedua, mengambil hikmahnya. Melalui sakit yang saya rasakan, hikmahnya adalah saya merasa lebih dekat dengan Allah SWT.
Bukankah Allah mendekat dengan hamba-Nya yang sedang sakit?
Terkadang dengan sakit kerap kali mendatangkan beberapa hikmah. Memberi sakit adalah cara Allah menghapus dosa-dosa kita, menutupi aib atau kesalahan kita, serta mengangkat derajat kita.
"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya". (HR. Bukhari No. 5660 dan Muslim No. 2571)
Ketiga, Ikhtiar dan berdoa untuk kesembuhan. Ketika sakit badan akan merasakan ketidaknyamanan bahkan harus menahan rasa sakit. Saya beristirahat total untuk beberapa saat sejenak mengistirahatkan badan agar bisa kembali bugar.
Berusaha dengan tidak berdiam diri ketika sakit. Demikian sebagai upaya untuk kesembuhan. Ikhtiar semaksimal mungkin disertai semangat, kesabaran, dan keyakinan untuk sehat kembali. Senantiasa berdoa agar Allah lekas mengangkat sakit dalam diri kita. Bagaimanapun hasilnya, berserah kepada Allah.
Senantiasa Bersyukur
Bersyukurnya kita masih diberi sakit agar lebih bisa mengatur diri. Allah menciptakan sakit agar kita bisa merasakan nikmat sehat, makan dengan leluasa, dan dapat beraktivitas serta beribadah dengan baik.