Bulan suci Ramadan sebentar lagi tiba. Di bulan kesembilan tahun Hijriah ini, umat Islam akan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Setiap muslim diwajibkan berpuasa sesuai dengan syariat Islam.
Bersungguh-sungguh dalam melaksanakan rukun Islam ketiga ini agar ibadah berjalan dengan penuh khidmat. Mengingat ibadah puasa bukan sekadar ibadah lahiriah semata melainkan juga batiniah. Dibutuhkan segala macam "perbekalan" untuk menyambut bulan yang penuh berkah ini.
Adapun perbekalan yang paling utama dipersiapkan adalah kesehatan meliputi (1) kesehatan fisik, (2) kesehatan mental, (3) kesehatan sosial, dan (4) kesehatan ekonomi.
Keempat macam kesehatan tersebut memiliki peran vital sebagai tiang penguat umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa dengan tertib, tenang, dan lancar.
Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik atau badan merupakan kesehatan secara lahiriah yang meliputi segala aspek fisik seperti pancaindra, organ pernapasan, organ pencernaan, dan sebagainya. Kondisi fisik menjadi detektor awal seseorang dikatakan sehat atau sakit. Sehingga seseorang tersebut dapat dinyatakan mampu atau tidak menjalankan ibadah puasa.
Taruhlah satu contoh, seorang muslim lanjut usia (lansia) ada yang mampu dan tidak mampu berpuasa karena riwayat atau status kesehatan mereka. Apabila dimampukan berpuasa berarti kondisi jasmaninya dirasa "aman" untuk berpuasa.
Sedangkan apabila seorang muslim lansia dirasa sudah tidak mampu untuk berpuasa, kemungkinan ada satu hal yang melatarbelakangi sehingga berpengaruh terhadap kesehatannya. Maka, pilihan untuk tidak berpuasa adalah keputusan yang tepat. Dengan catatan ada kewajiban bagi muslim lansia yang harus dipenuhi apabila tidak mampu berpuasa seperti membayar fidyah.
Sebagai syarat utama sekaligus penunjang kesehatan fisik jangan sampai seseorang melupakan waktu sahur dan berbuka. Saat berpuasa tetap menjaga pola makan yang sehat, berolahraga, dan istirahat cukup. Tetap beraktivitas fisik seperti olah raga ringan agar stamina terjaga sehingga seseorang tidak ada alasan untuk malas bergerak (mager) hanya karena sedang berpuasa.
Kesehatan Mental
Kesehatan mental atau jiwa meliputi kesehatan pikiran, emosional, dan spiritual.
Pertama, kesehatan pikiran. Seorang muslim yang sedang berpuasa harus senantiasa menjaga akal pikirannya agar memiliki kesadaran sepenuhnya dalam menjalankan ibadah. Dengan demikian, akan bertumbuhlah kesadaran dalam hatinya untuk mengisi hari-hari puasanya dengan kegiatan kebajikan. Sehingga di sini pikiran dan hati saling terkoneksi.
Pikiran yang tenang merupakan jembatan penghubung seseorang untuk melaksanakan ibadah dengan penuh suka cita. Mengingat setiap kehidupan pasti ada persoalan, namun saat mencoba menghadapinya dengan pikiran tenang mengingat Allah SWT, diharapkan beban yang nampaknya berat menjadi terasa ringan karena sugesti pikiran kita ikhlas melewatinya.
Kedua, kesehatan emosional. Inilah letak pembeda antara laparnya orang yang sedang berpuasa dengan orang yang telat makan.
Dengan berpuasa, seorang muslim belajar untuk mengelola emosinya, menahan amarahnya, serta menahan lapar dan dahaganya sebagai wujud kepatuhan kepada syariat karena diawali dengan niat. Sedangkan orang yang lapar karena telat makan tidak menutup kemungkinan karena jadwal makannya yang terabaikan.
Ketiga, kesehatan spiritual. Spiritual atau rohani (batiniah) erat kaitannya dengan keyakinan seseorang dalam hubungannya terhadap Sang Pencipta. Sedangkan kesehatan spiritual merujuk pada tindakan individu dalam menjalankan hubungannya terhadap Sang Khalik melalui kegiatan peribadatan (keagamaan).
Di bulan suci Ramadan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan saleh seperti memperbanyak tadarus Al-Qur'an dan bersedekah.
Dengan demikian, sebagai upaya upgrade diri untuk mencapai kesehatan mental di bulan Ramadan, seseorang dapat memulainya dengan mengupayakan salat tepat waktu, rutin murojaah Al-Qur'an, dzikir pagi dan petang, membaca buku, mendengarkan kajian, menghadiri majelis ilmu, mengelola amarah, membenahi akhlak, memperdalam ilmu agama, dan mendekatkan diri dengan nilai-nilai Islam.
Kesehatan Sosial
Lingkungan sosial merupakan lingkungan kedua setelah keluarga. Di mana setiap muslim tinggal, di situlah ada kehidupan bertetangga, bahkan juga orang asing sekalipun.
Suasana tempat tinggal dalam menyambut Ramadan turut andil dalam keberlangsungan menjalankan ibadah puasa. Lingkungan yang bersih, aman, nyaman, dan tenteram menjadikan support system utama kesehatan sosial.
Kehidupan bertetangga yang rukun, akur, dan saling menghargai menjadi faktor penunjang kegiatan puasa yang tenang. Saling berbagi makanan menjelang berbuka bahkan hingga melarisi dagangan tetangga yang berjualan takjilan. Hal-hal sederhana ini sangat luar biasa dampaknya bagi kesehatan sosial di lingkungan kita tinggal.
Aktivitas ronda malam yang juga tidak luput dari perhatian. Mengingat menjelang lebaran, rawan tindak kriminal. Bukan bermaksud berprasangka buruk terhadap keamanan tempat tinggal. Akan tetapi lebih kepada upaya pencegahan serta menertibkan kawasan tempat tinggal agar tetap terkontrol untuk bisa saling asah, asih, dan asuh sesama warga.
Dalam kesehatan sosial ini pulalah seorang muslim belajar untuk terus berbenah dari akhlak yang kurang baik menuju akhlak yang baik. Saling bertegur sapa dan menebar senyuman yang tulus kepada para tetangga serta menumbuhkan kepekaan sosial.
Kesehatan Ekonomi
Kesehatan ekonomi meliputi kestabilan finansial yang ditandai dengan kondisi keuangan yang berkecukupan untuk memenuhi segala kebutuhan seperti pemenuhan asupan gizi keluarga selama bulan Ramadan beserta penunjangnya. Pada bagian kesehatan ini memang ranah yang sensitif mengingat masyarakat Indonesia terdiri dari masyarakat dengan strata ekonomi yang sangat beragam.
Perbedaan tingkat perekonomian masyarakat yang salah satunya dipengaruhi oleh penghasilan atau upah dari bekerja memiliki pengaruh besar dalam keberlangsungan hidup. Keputusan untuk menyetok bahan makanan hingga jenis sumber makanan apa yang akan dibeli pun berdasarkan kondisi keuangan masing-masing keluarga.
Tak jarang seseorang menambah penghasilan melalui berjualan makanan atau minuman takjil selama bulan Ramadan. Selain untuk turut serta meramaikan suasana ngabuburit juga ada hal yang lebih penting lagi yakni agar "dapur tetap ngepul".
Apalagi saat ini masyarakat tanah air sedang diuji dengan melambungnya harga kebutuhan pokok meliputi sembako, aneka bumbu dapur, sumber protein hewani, dan sebagainya. Berharap pemangku kebijakan segera memberikan solusi terbaik agar kestabilan perekonomian masyarakat Indonesia tetap terjaga apalagi menjelang bulan puasa.
Pedoman umumnya adalah tidak masalah jika sehari-hari makan seadanya namun tidak dengan bulan puasa. Bagaimana caranya agar asupan tetap terjaga selama sahur dan berbuka puasa terutama untuk anak-anaknya. Aneka hidangan disajikan dengan penuh suka cita untuk menyambut datangnya waktu berbuka dengan versi masing-masing keluarga.
Ketika kesehatan keuangan berstatus aman sentosa, maka seseorang akan lebih tenang bila dibandingkan seseorang yang masih memiliki banyak tanggungan misalnya utang. Oleh sebab itu, selain utang puasa yang harus segera diganti, utang uang terhadap orang lain pun harus segera dilunasi (bagi yang memiliki).
*****
Antara puasa Ramadan dan kesehatan bak simbiosis mutualisme. Pasalnya, berpuasa akan terasa nyaman dan tenang tatkala kesehatan terpelihara dengan baik. Begitu pun kesehatan, melalui berpuasa dan melaksanakan sunnah-sunnahnya, status kesehatan seseorang akan senantiasa terkontrol dengan baik. Begitulah harapannya.
Bukan hanya kesehatan secara fisik saja, melainkan kesehatan mental, sosial, dan ekonomi pun turut menjadi tiang penguat umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa. Dengan demikian, persiapan puasa dapat diupayakan dengan sebaik-baiknya agar kelak seorang muslim bukan sekadar menahan lapar dan dahaga namun juga mampu mengontrol hawa nafsunya terhadap berbagai perkara yang membatalkannya.
Mari jadikan momentum bulan Ramadan ini sebagai ladang pahala, menebar kebaikan kepada sesama, beramal saleh, serta menjauhi segala hal yang mengurangi pahala berpuasa. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada kita dalam menjalankan ibadah puasa dengan penuh ketenangan, keseriusan, kepatuhan, serta tanggung jawab. Amin.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H