*****
Keberadaan PMT bukan sekadar "ajang unjuk kebolehan" oleh para ibu PKK, kader posyandu, dan sebagainya dengan kriteria penilaian meliputi kreativitas, cita rasa, aspek keamanan pangan, dan biaya. PMT diharapkan mampu diimplikasikan dengan baik melalui penyuluhan, konseling, bahkan hingga demontrasi memasak. Hal tersebut adalah jangka panjang yang berkelanjutan.
Namun, apabila para pengurus telah mengalami hambatan dalam hal penyajian menu PMT karena banyaknya administrasi yang harus diurus dan tidak mau ribet, Â maka bisa dialihkan pada makanan utuh dengan bahan tunggal atau real food. Bukan malah makanan kemasan yang tinggi gula, lemak, dan garam. Ketiganya adalah musuh besar dalam tubuh. Apalagi yang akan mengonsumsi anak-anak, dan makanan tersebut akan diserap oleh tubuh.
Bahaya pengawet dan pewarna makanan dan minuman kemasan juga akan berdampak buruk pada kesehatan balita. Agar tidak menimbulkan persoalan baru, marilah bersama-sama mulai dari pemangku kebijakan untuk turut serta memonitor, memantau, mendampingi, dan turut merumuskan menu PMT terbaik untuk balita. Mengingat pelaksanaan posyandu hanyalah satu bulan sekali.
Memaknai kembali peran vital posyandu yang bukan sekadar tempat menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan, melainkan terselip edukasi yang bermanfaat bagi orang tua untuk tumbuh kembang anak melalui PMT yang sesuai juknis Kemenkes RI. Sehingga edukasinya dapat nutrisinya pun dapat.
Dibutuhkan kolaborasi berbagai pihak dengan dukungan dana, waktu, serta ide dengan sebaik-baiknya agar tercapai tujuan bersama.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H