Keharmonisan dalam keluarga juga memengaruhi keadaan dan perasaan anak. Seiring bertambahnya usia anak, kecerdasan emosionalnya semakin berkembang dan anak semakin sensitif.
Gejolak emosi tertuang dalam perilaku yang berbeda-beda. Ada yang terekspresikan dengan tantrum sejadi-jadinya. Bahkan ada pula anak yang lebih memilih diam seribu bahasa. Seolah sudah menyerah dengan kondisi yang dihadapinya.Â
Kondisi demikian sungguh sangat memprihatinkan. Selain akan berpengaruh pada prestasi belajarnya, anak rentan menjadi pribadi yang pendiam dan pemurung.
Sebelum menjadi sebuah persoalan yang besar, maka orangtua sebaiknya memperbaiki cara berkomunikasi dengan anak. Tunjukkan cinta tanpa syarat dari orangtua terhadap anak setiap harinya. Demikian untuk bisa memulihkan anak dari kesepiannya yang berujung pada kemurungan.
Koneksi baik dengan anak
Anak butuh "terkoneksi" dengan baik terhadap orangtuanya. Anak nampak "nakal" bukan berarti ia marah sebenar-benar marah melainkan ingin terhubung kembali secara emosional dengan orangtua.
Jika orangtua benar-benar tiada waktu atau sedang di fase sedang sibuk-sibuknya dengan urusan pekerjaan atau yang lainnya, maka ada baiknya tidak melupakan untuk tetap menyapa dengan hangat buah hati. Baik itu berkabar secara virtual melalui gawai maupun dengan cara yang lain.
Pelukan hangat dari orangtua terhadap anak sangatlah memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan psikisnya. Pelukan orangtua adalah bentuk perwujudan ikatan emosional yang terpintal kembali. Jangan sampai orangtua melewatkan tumbuh kembang anak di masa-masa keemasannya.
Bahkan ada seseorang yang menyatakan bahwa sering-seringlah memeluk anak sebelum ia menolak untuk dipeluk (beranjak dewasa).
Sebenarnya banyak sekali cara-cara sederhana orangtua yang bisa menguatkan koneksi terhadap anak. Misalnya, langsung menjawab atau merespon saat anak memanggil atau bertanya kepada orangtua sehingga anak merasa diakui keberadaannya. Kelak, anak akan berperilaku demikian pula karena orangtua sudah memberikan contoh yang baik.
*****