Alih-alih mendidik anak menjadi pribadi yang disiplin dan mandiri justru malah menjadi anak yang manja. Maka, penting bagi orangtua mengetahui pola asuh terhadap anak dengan cara yang tepat.
3. Banyak bertanya.
Salah satu ciri-ciri anak yang cerdas adalah pola pikirnya yang kritis. Misalnya, anak bertanya berbagai lontaran pertanyaan kepada siapa saja. Namun yang patut menjadi perhatian adalah ketika anak banyak bertanya kepada orangtua secara berulang padahal sudah mengetahui jawabannya.
Hal demikian mengindikasikan bahwa anak ingin orangtuanya memperhatikan dirinya, bukan karena tidak tahu jawabannya. Barangkali ada suatu momen atau bahkan seringkali orangtua karena sibuk dengan pekerjaannya telah mengabaikan pertanyaan yang tiap kali anak utarakan.
Agar situasi demikian tidak semakin membesar laiknya bola salju, maka hargai di tiap momen anak menyapa orangtua. Begitu pula saat anak sedang menemukan kesulitan dan membutuhkan bantuan. Respon yang sigap dan positif dari orangtua akan bisa mengisi kembali tangki cinta anak.
4. Mau membantu tugas orangtua.
Biasanya anak merasa dicuekin lantaran orangtua disibukkan dengan pekerjaan atau hal lainnya. Anak memiliki empati dan berinisiatif untuk membantu pekerjaan orangtuanya dengan maksud agar mendapatkan perhatian. Sekalipun anak belum tahu akan membantu seperti apa.
Namun, bukan berarti anak yang cuek atau apatis menunjukkan tangki cintanya penuh. Hal demikian adalah pemaknaan yang salah kaprah. Pentingnya orangtua memahami perilaku baik dan tidak baik anak secara jeli dan detail.
Untuk mengembalikan kepercayaan kepada anak bahwa orangtua benar-benar menyayanginya dengan tulus, maka apresiasi tindakannya. Sampaikan terima kasih kepada anak karena berkenan membantu, meskipun sebenarnya anak belum mampu. Dengan demikian tangki cintanya akan kembali terisi.
Sesekali ajak anak untuk turut berselancar di depan layar saat orangtua sedang berjibaku dengan laptop untuk kepentingan pekerjaan. Ajak anak duduk di samping Anda agar anak tahu apa yang orangtuanya kerjakan. Lambat laun akan tercipta obrolan ringan yang membuat anak bahagia.
Bukankah kehadirannya justru bisa merilekskan keadaan di tengah kesibukan orangtua?