Racikan khas Jogja dipadukan dengan kombinasi rempah-rempah lokal menjadikan aroma khas spesial yang nikmat dan menyehatkan dari wedang ini.
2. Minuman khas para raja dahulu kala.
Pada zaman dahulu, wedang uwuh menjadi sajian khas para raja untuk menjamu para tamunya di keraton. Selain itu, wedang sampah ini diminum sebagai penghangat tubuh sejak zaman kerajaan mataram.
Menurut abdi dalem Makam Imogiri, resep wedang uwuh ditemukan secara tidak sengaja. Singkat cerita, pada suatu malam Sultan Agung meminta abdinya untuk dibuatkan minuman sebagai penghangat tubuh. Tak sengaja dedaunan kering jatuh ke dalam cawan berisi minuman sang raja, sehingga bercampur dengan wedang secang.
Di lain waktu, sang raja meminta kepada abdinya untuk membuatkan minuman yang sama karena merasakan nikmatnya wedang yang bercampur dengan dedaunan tersebut. Alhasil, abdi dalem mengamati jenis rontokan daun yang ada di cawan tersebut, yang kemudian dijadikan minuman sang raja.
3. Warisan tak benda.
Dikutip dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, wedang uwuh Imogiri ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda pada tahun 2017. Minuman ini sekaligus menjadi ciri khas di Imogiri Bantul dan menjadikan perkembangan kebudayaan takbenda dalam aspek domain kemahiran dan kerajinan tradisional.
4. Alternatif oleh-oleh yang banyak diminati.
Packaging wedang uwuh masa kini ternyata sudah semakin beragam. Ada yang dikemas dalam bentuk instan (bubuk) berupa celup maupun sachet. Dengan kemasannya higienis, siap seduh, dilengkapi pemanis gula batu organik.
Wedang uwuh dengan berbagai merek hingga kemasan curah pun turut "meramaikan" pasar baik offline maupun online. Adapun racikan wedang uwuh yang dijual dalam kondisi kering bertujuan agar tidak cepat membusuk dan berjamur.
5. Harga ekonomis