Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Anak Lulus Toilet Training di Usia 4 Tahun, Masih Wajarkah?

15 Februari 2024   22:53 Diperbarui: 16 Februari 2024   07:38 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak sedang belajar toilet training | sumber: lovevery.com

Ketiga, mengenalkan konsekuensi kepada anak ketika BAB atau BAK jika tidak di toilet. Saat anak mulai mengerti bahwa setiap ingin BAB atau BAK harus di toilet, namun anak masih saja kecolongan, maka kenalkan konsep sebab-akibat kepadanya.

Misalnya, relakan saja anak ngompol di kasur atau di celana atau di lantai (tentunya pada momen tertentu saja/tidak sering) agar anak tahu jika tidak BAK sebelum tidur pasti akan ngompol atau konsekuensi lainnya. Dengan demikian, diharapkan anak mulai berpikir untuk melaksanakan tindakan yang disarankan oleh orangtuanya.

Keempat, menceritakan tentang temannya yang sudah lulus toilet training. Hal demikian bukan sebagai upaya membanding-bandingkan kemampuan satu anak dengan yang lain. Namun lebih kepada motivasi kepada anak agar anak tertarik dan melakukan apa yang temannya lakukan.

Terkadang sudah mulai muncul rasa malu dalam diri anak ketika ngompol. Dengan demikian anak berusaha untuk tidak mengulanginya kembali bahkan juga karena tidak nyaman rasanya kalau BAB atau BAK di celana.

Kelima, mengamati saat si kecil memakai popok baik ketika tidur siang maupun tidur malamnya. Jika didapati popok yang selalu kering, itu menjadi salah satu penanda bahwa si kecil sudah siap lulus toilet training.

Popok sudah siap dilepas ketika si kecil tidur karena sudah bisa mengontrol kapan waktunya BAK maupun BAB. Dengan demikian, orangtua sudah bisa mulai "tega" tidak memakaikan popok di kala tidur siang dan malamnya.

Keenam, tidak perlu buru-buru akan tetapi senantiasa konsisten dalam melatih anak melakukan toilet training. Rajin-rajinlah orangtua mengajak si kecil ke toilet.

Sebagai contoh yang berlawanan, saat mengajak si kecil jalan-jalan atau pergi, tiba-tiba si kecil ingin BAB atau BAK. Jangan sampai orangtua bilang, "sudah kan adek pakai popok, sudah pipis saja di situ.". Dengan demikian anak akan menjadi bingung sehingga toilet training jadi terhambat atau tidak berhasil.

Ketujuh, komunikasikan dengan baik kepada anak tentang pentingnya BAB dan BAK di toilet dengan bahasa yang sangat sederhana sesuai usianya agar mudah dipahami. Selain itu yang tidak kalah pentingnya yaitu orangtua memberikan pujian di setiap kali anak tidak ngompol atau mampu BAB dan BAK di toilet.

Pujian tersebut akan membuat anak semakin merasa percaya diri untuk terus konsisten BAB dan BAK di toilet. Sehingga proses pelatihan toilet pada si kecil pun berjalan sesuai rencana.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun