Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Yuk! Sapih Gawai pada Anak melalui Kegiatan Bermain Puzzle

6 Februari 2024   22:51 Diperbarui: 11 Februari 2024   00:47 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan mulai dari bentuk yang paling sederhana pun menuntut anak untuk berpikir bagaimana menyelesaikannya secepat mungkin. Dengan demikian, kreativitas dan memori anak pun semakin terlatih dengan permainan ini.

Puzzle melatih anak menjadi "Problem Solver"

Dalam permainan puzzle tidak bisa diselesaikan menggunakan cara curang. Anak harus meletakkan kepingan demi kepingan sesuai pada tempatnya. Oleh sebab itu, hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi anak.

Melalui permainan puzzle, anak dirangsang untuk memecahkan atau menyelesaikan masalah. Masalah yang dihadapi anak tentunya tidak sama dengan orang dewasa. Sehingga tujuan anak memiliki kemampuan "problem solving" untuk membantu mereka mengatasi persoalan dengan baik.

Persoalan anak misalnya masalah berebut mainan dengan teman sebaya, perbedaan pendapat dengan teman, kesulitan memahami aturan bermain, mengeksplorasi dunianya, atau saat anak mengerjakan tugas-tugas di sekolah. Selanjutnya, upaya pemecahan masalah tersebut akan berkembang sesuai tahapan usia dan tahap perkembangannya.

Dikuti dari journal.uny.ac.id, dalam sebuah penelitian berjudul Pentingnya Mendidik Problem Solving Pada Anak Melalui Bermain, bahwa keterampilan memecahkan masalah berkaitan dengan bagaimana anak berpikir, memahami, dan mendapatkan pemahaman akan dunianya. Termasuk juga kemampuan mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, maka melalui kegiatan bermain puzzle, anak dapat terlatih, terstimulasi, dan tersimulasi untuk terampil mengambil keputusan, sanggup mandiri, serta tangguh dalam menghadapi kesulitan.

***

Jadi, di balik beragam mainan edukatif yang menjamur di berbagai lokapasar, orangtua sebaiknya tidak asal "borong" namun perlu memfilter untuk mengetahui efektivitas dan efisiensinya sesuai manfaat, kebutuhan, dan usia anak.

Jika kebutuhannya sebagai sapih gawai, maka fokuskanlah pada satu atau dua mainan edukatif yang dapat menjadi alternatifnya. Selain bermain puzzle bisa juga melalui kegiatan membacakan buku misalnya. Untuk menghindari rasa bosan pada anak, diperlukan variasi permainan seru lainnya sebagai penunjang agar anak "lupa" pada gawainya.

Orangtua sebagai pemeran utama dalam proses pengasuhan anak, jangan sampai terjebak dalam perkembangan zaman yang berbingkai kemajuan teknologi yang kian masif. Dengan demikian, orangtua sebaiknya memiliki rem atau daya kendali agar anak bertumbuh-kembang baik dan optimal seiring dengan perkembangan zaman.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun