2. Berusaha semampunya dan berdoa semaksimalnya. Allah bersama orang-orang yang sabar. Jangan terlalu berlarut, yakini bahwa Allah akan mengganti dengan hal baik lainnya. Ingat bahwa time line kehidupan orang berbeda-beda.
3. Mengupayakan pasangan yang makin erat, saling menyeka air mata, dan saling menguatkan di tengah ujian. Tidak perlu gamblang mengumumkan bahwa pasangan sedang menunda atau mengidamkan kehamilan. Cukup pasangan, Tuhan, dan orang tertentu yang tahu misalnya dokter.
4. Menulis di buku harian tentang kisah perjalanan perjuangan dan ikhtiar yang dilakukan selama ini. Sebagai upaya menerima keadaan dengan ikhlas, kuat, dan tabah.
5. Tidak abai dengan kondisi fisik dan mental, diimbangi dengan pola makan sehat dengan asupan bernutrisi, rutin berolahraga, tidak begadang, bersedekah, dan asupan batiniah lainnya. Terutama hindari stres, harus rileks, dan tidak boleh kelelahan. Memang benar sebaiknya menyibukkan diri dengan hal-hal positif, tetapi beri pula jeda dengan memberikan hak badan untuk istirahat dan tidak terforsir.
***
Ada yang merencanakan kehamilan sampai "segitunya". Tidak pernah berputus asa, berusaha totalitas, dan berdoa kepada Allah. Para pejuang garis dua adalah pasangan hebat, meski tak mudah tapi mampu melaluinya. Mampu saling mengisi tangki kasih sayang, saling mendukung, dan saling menguatkan. Allah akan menyiapkan "keturunan" yang melebihi ekspektasi selama ini. Stop over thinking!
Lebih baik menjalani hidup dengan tidak berpikir berlebihan. Sebaiknya mempersiapkan fisik, mental, finansial, ilmu parenting, dan bekal lainnya. Karena memiliki anak bukan sekadar memberikannya asupan gizi dari makanan, tapi juga tangki kasih sayang dan pola pengasuhan yang baik untuk menciptakan generasi terbaik.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H