Buah tangan atau oleh-oleh identik dengan bawaan seseorang berupa materi seperti makanan, minuman, atau souvenir selepas seseorang bepergian dari suatu tempat misalnya tempat wisata, tempat ibadah (misalnya haji dan umroh), kunjungan dari luar negeri, dan sebagainya. Bahkan banyak pula seseorang yang membawa buah tangan saat berkunjung ke rumah orang tuanya. Kegiatan membawa oleh-oleh atau buah tangan ini sudah menjadi kebiasaan atau tradisi masyarakat Indonesia sejak dahulu.
Siapa sih yang tidak bahagia menerima buah tangan?
Buah tangan selalu memberikan kebahagiaan bagi yang menerima. Keberadaannya menjadi sebuah kebiasaan yang turun temurun orang tua kepada kita, dari kita kepada anak-anak kelak sebagai salah satu bentuk bukti perhatian kepada putra-putrinya.
Teringat masa lalu ketika Bapak saya pulang dari bekerja, selain ditunggu-tunggu kepulangannya, juga berharap ada buah tangan yang dibawa. Walau misal hanya snack box berisi roti, risol, pie buah, dan pastel yang sering bapak sisihkan untuk anak-anaknya sepulang rapat dari kantor. Namun, bagi saya itu sangat berarti hingga teringat sampai sekarang ini saat saya sudah menjadi orang tua.
Hal demikian ternyata dialami pula oleh anak saya. Saat ayahnya pulang kerja, sampai di depan rumah, anak bergegas membukakan pintu sambil mencium tangan dan bertanya, "Abi membawa apa?".
Sama persis yang dilakukan anak tetangga kami yang seumuran dengan si kecil pasti menanyakan, "Bunda bawa apa?". Dan menjadi pertanyaan wajib di setiap bundanya pulang kerja.
Lalu, bolehkah anak bertingkah demikian dan selalu mengharapkan buah tangan dari orang tuanya di setiap pulang dari kerja?
Seorang konselor hubungan (relationship) sekaligus penulis seri buku Love Language, Gary Chapman menyampaikan bahwa Love Language atau Bahasa Cinta dalam pengasuhan anak, meliputi : (1) sentuhan fisik (physical touch), (2) kata-kata pujian (words of affirmation), (3) waktu berkualitas (quality time), (4) menerima hadiah (receiving gifts), dan (5) tindakan nyata (act of service).
Kelima bahasa cinta tersebut bertujuan untuk membangun komunikasi yang baik, rasa saling percaya, dan kedekatan antara orang tua dan anak.
Begitu pula kebiasaan orang tua membawakan buah tangan sepulang kerja untuk anak yang juga merupakan perwujudan bahasa cinta orang tua kepada anak-anaknya. Anak-anak mendapat waktu berkualitas bersama kedua orang tuanya sekaligus mendapat hadiah atau dalam tulisan ini lebih fokus kepada buah tangan.
Oleh sebab itu, saya merangkum 3 manfaat baik orang tua membawa buah tangan sepulang kerja untuk anak-anaknya, diantaranya :
1. Membentuk kebiasaan baik keluarga
Setiap keluarga memiliki kebiasaan berbeda. Dengan kebiasaan baik ini juga anak akan melakukan hal demikian kepada keluarga kecilnya kelak. Bahkan, berdasarkan pada pengalaman saya saat masih di bangku sekolah, saya lebih memilih jajan di waktu sepulang sekolah dan membungkus jajan tersebut. Misalnya baso kuah dan jus buah, saya membawanya pulang untuk dimakan dan diminum bersama adik saya setibanya di rumah.
Atau sesekali saya pernah membeli beberapa kue basah dan bihun goreng di koperasi atau kantin sekolah saat jam istirahat. Saya tidak memakannya melainkan menyimpannya di tas karena teringat adik di rumah. Padahal, sebenarnya di rumah juga sudah ada banyak camilan apalagi ibu dan bapak kami selalu nyetok buah-buahan di kulkas maupun di meja makan.
Secara tidak langsung, hal tersebut membentuk ikatan antara adik-kakak. Terbukti, hingga kini di usia kami yang tergolong dewasa kerukunan terus terjaga dan semoga seterusnya.
Selain ditunggu-tunggu kehadiran orang tua sepulang dari bekerja, buah tangan pun selalu dinantikan. Tidak harus membelikan mainan, makanan atau minuman dengan harga yang begitu merogoh kantong karena anak tidak akan berpikir sejauh itu. Kecuali, jika orang tua terbiasa melihat materi dari nominalnya (barang mahal), maka cepat atau lambat ada potensi anak untuk menirunya. Anak adalah peniru ulung orang tuanya termasuk kebiasaannya.
2. Membangun komunikasi yang baik
Keberadaan buah tangan semakin membuat kelekatan hubungan anggota keluarga, mencairkan suasana, melepas penat di saat kerja, dan melepas lelah seharian bekerja karena melihat senyum berbinar anak-anak sesampainya di rumah.
Sambil menikmati buah tangan yang tadi dibawa sepulang bekerja, orang tua bisa sambil bercerita tentang macet saat perjalanan pulang. Begitu pun anak-anak diberi kesempatan untuk bercerita segala aktivitas yang sudah dilakukan hari ini. Hal apa yang menyedihkan dan menyenangkan hari ini. Sehingga anak merasa diakui keberadaannya dan tidak merasa sedih saat ditinggal orang tua bekerja karena komunikasi baik terjalin antar keduanya.
Makan bersama buah tangan ini pun juga sebagai bentuk perwujudan rasa saling menghargai anak kepada orang tua, pun sebaliknya.
3. Mempererat kedekatan antara orang tua dan anak
Secara psikologis, manfaat memberikan buah tangan dapat meningkatkan kebahagiaan anak sekaligus mendekatkan hubungan orang tua dengan anak.
Apalagi apabila kedua orangtuanya sama-sama bekerja sejak pagi hingga petang. Semoga hal demikian tidak menjadi sebuah penghalang kedekatan antara orang tua dan anak. Berharap bahwa orang tua selalu menjadi sosok yang dirindukan kepulangannya oleh anak-anak. Berbagi cerita, bermain bersama, tertawa bersama, dan segala hal positif lainnya sambil menikmati buah tangan tadi yang dibawa.
Sebagai catatan akhir, sebagai orang tua, bukan suatu keharusan bahwa setiap saat memenuhi keinginan anak untuk membawakan buah tangan. Anak bisa saja mengartikan buah tangan ini layaknya sebagai hadiah yang apabila orang tua memberikannya setiap saat maka anak akan terus menerus menginginkannya dan ketergantungan terhadapnya.
Oleh karena itu, penting kiranya orang tua dengan bijak mempertimbangkan beberapa hal sebelum membawakan buah tangan untuk anak. Pertama, orang tua memastikan bahwa buah tangan tidak harus berupa barang atau makanan yang mahal dan tidak terpaku pada angka nominal besar. Kedua, intensitas kebiasaan membawa buah tangan ini tidak harus dilakukan setiap hari setiap kali ayah atau bunda pulang kerja. Hal ini bukan suatu kewajiban orang tua melainkan hal yang diperbolehkan dengan mempertimbangkan batasannya demi kebaikan buah hatinya.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H