Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak Mengidolakan Kpop, Bolehkah?

9 Desember 2023   22:19 Diperbarui: 15 Januari 2024   13:06 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boy/Girl Band Korea (sumber: wikipedia, kolase)

Perkembangan teknologi dewasa ini menjadi salah satu alasan akses anak yang tidak terbatas. Hal ini membutuhkan pantauan "ketat" para orang tua untuk menyaring mana informasi yang bermanfaat dan tidak.

Selain mengakses media sosial, di masa-masa sekolah, biasanya anak lebih tertarik berbagi cerita dengan teman di sekolah meliputi hobi, idola, berbagai jenis film yang disukai, dan lain-lain.

Salah satu fenomena kekinian adalah demam Kpop. Demam Kpop yang saya maksud adalah kesukaan anak pada Korean pop atau Pop Korea yang merupakan subgenre musik pop yang berasal dari Korea Selatan. Demam Kpop ini meliputi "kegandrungan" dan kesukaan anak pada idol Kpop, musik Kpop, bahkan hingga Drama Korea (K-drama).

Adapun Idol Kpop merupakan selebriti populer Kpop yang telah berlatih keras selama bertahun-tahun setelah melewati berbagai tahapan audisi yang diselenggarakan agen bakat Korea Selatan. Bahkan adapula idol Kpop yang merambah ke dunia akting sebagai aktris atau aktor K-drama. Contoh grup Kpop seperti SHINee, SNSD, EXO, BTS, NCT, Blackpink, dan masih banyak lagi yang notabene memiliki penggemar di penjuru dunia.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya, biasanya anak menyukai Kpop karena beberapa alasan, diantaranya : (1) visual idol, aktor dan aktris yang memukau, (2) kisah menarik dari film atau drama, (3) lagu-lagu yang enak didengar serta menyentuh dan menyemangati, (4) tarian dan koreografi yang kreatif dan seru, (5) make up kekinian dan fashionable (6) menjamurnya fandom atau kepenggemaran idol Kpop tertentu, (7) idol Kpop yang multitalenta dan memiliki kepribadian yang menginspirasi, (8) pengaruh iklan beberapa produk di Indonesia yang memakai idol Kpop, artis, atau selebriti Korea sebagai Brand Ambassador (BA) Produk, (9) ketertarikan pada merchandise seperti album, light stick, photocard, photobook, poster, kalender, gantungan kunci, pakaian, tumbler, mug, dan lain-lain yang melenakan mata.

Pisau Bermata Dua

Antusiasme para penggemar yang diperkuat oleh iklim media sosial yang begitu masif, terkadang bisa menjadi pisau bermata dua. Fenomena tersebut dapat menjadi keuntungan apabila dimanfaatkan dengan baik atau dapat menjadi kerugian apabila tidak diperhatikan.

Budaya korea sangat berkembang pesat dan meluas secara global sehingga berdampak pula di Indonesia. Gaya berpakaian idol Kpop seringkali menjadi tren fashion di kalangan anak-anak dan remaja.

Jangan sampai menjadi fans fanatik atau garis keras yang memiliki antusias berlebih pada para idol sehingga mempengaruhi penurunan prestasi belajar, bahkan sampai terobsesi secara berlebihan. Dengan demikian, pentingnya orang tua mengarahkan agar anak memahami batasan agar tidak menjadi fanatik. Misalnya, orang tua menjelaskan kepada anak dampaknya terhadap kesehatan mental.

Kehidupan pribadi para idol Kpop tak jarang menjadi sorotan para penggemarnya. Jika tidak disaring secara baik, akan memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak. Hal kurang baik misalnya kasus bunuh diri idol korea dan tren barcode korea yang berujung pada menyakiti diri sendiri oleh kalangan pelajar di Indonesia. Inilah pentingnya orang tua bukan sekadar tahu tapi juga memahami dan memantau ketertarikan serta hobi anak agar membawa dampak ke arah kegiatan positif dan terhindar dari hal yang tidak diinginkan.

Hindari Fear of Missing Out (FOMO)

Dikutip dari laman Wikipedia, FOMO merupakan perasaan cemas yang timbul karena sesuatu yang menarik dan menyenangkan sedang terjadi, sering disebabkan karena unggahan di media sosial. Sebagai contoh, rasa takut karena tertinggal atau tidak mengetahui informasi tentang konser boyband idola. Alhasil, fans menjadi kecewa bahkan berdampak pada kesehatan psikis.

Dalam hal ini, pentingnya peran orang tua untuk mengisi tangki psikis anak agar tidak terjadi kekosongan atau kekurangan kebutuhan psikologis yang berdampak pada stres, menurunnya produktivitas, dan menyita waktu untuk memikirkannya. Dengan demikian, ada baiknya orang tua membatasi kegiatan screening layar pada anak karena pada umumnya anak berinteraksi dengan media sosial yang mempengaruhi pola pikirnya.

Lebih jauh, bahaya fomo akhirnya berdampak anak menjadi sekadar ikut-ikutan daripada kebutuhan yang sah. Hal ini berakibat pada respon emosional anak jadi merasa sedih dan ketakutan jika ketinggalan informasi atau momen berharga dari idolanya.

Berdasarkan pemaparan di atas, pentingnya peran orang tua menjadi sosok pendidik yang baik untuk anak-anaknya. Terdapat beberapa catatan penting yang perlu orang tua perhatikan saat anak mengidolakan Kpop, diantaranya :

1. Zaman semakin maju, menuntut anak "think globally act locally" sehingga anak tidak mudah rapuh tergerus oleh zaman. Menyadarkan anak bahwa setiap negara memiliki keunikan atau kekhasan masing-masing sesuai kebudayaannya. Maka dari itu, pentingnya mengambil nilai-nilai positifnya saja sebagai penunjang prestasi belajar dan penelusuran minat serta bakat anak.

2. Seiring bertambahnya usia, otak akan terus berkembang begitu pula pemikiran dan kedewasaan anak. Anak akan menemukan passion-nya entah kelak akan menjadi penerjemah bahasa korea dan menguasai huruf Hangul, aktor atau aktris, desainer, penari, penyanyi, atau bahkan kuliah beasiswa di Korea sekaligus mempelajari budaya lintas negara. Maka dari itu, orang tua dapat mengambil peran untuk mendampingi anak dan tidak "buru-buru" melarangnya pula tidak "bablas" membiarkannya.

3. Saat mengidolakan, upayakan tidak berlebihan. Sampaikan kepada anak bahwa mengidolakan tidak harus membeli semua merchandise-nya. Misalnya light stick sebagai piranti bergengsi ketika menonton konser. Mengingat harga merchandise variatif ada yang mencapai jutaan rupiah, bukan menjadi suatu keharusan anak membeli semua albumnya, menirukan gaya visual secara berlebihan, bahkan menghadiri di setiap konser serta Fan Meeting. Tirulah apa yang menjadi prestasinya, misalnya karena keuletannya, kegigihannya, dan seterusnya. Hal tersebut semata-mata agar anak terhindar dari bahaya perilaku konsumtif.

4. Pentingnya orang tua menerapkan pola asuh demokratis dalam situasi dan kondisi saat ini. Orang tua memberikan kebebasan dan keleluasaan apa yang anak sukai namun tetap taat pada aturan misalnya adab dan kode etik cara berpakaian sesuai adat istiadat dan norma-norma yang berlaku di Indonesia.

5. Jika anak dan orang tua sama-sama mengidolakan korea, salurkan pada hal positif. Misalnya nonton drama korea bersama setelah itu ada sesi diskusi atau sekadar ngobrolin isi film atau drama untuk mengupas nilai-nilainya. Jika ingin datang di konser atau sekadar funmeet membiasakan jauh-jauh hari untuk saving money atau menabung.

Sebagai tambahan informasi, terdapat idol Kpop yang berasal dari Indonesia yaitu Dita Karang (Secret Number), Zayyan (Xodiac), dan bisa jadi masih ada yang lain. Keduanya sukses berkarier sebagai member girl/boy band di negeri gingseng.

Ada lagi sosok Syifa Adinda Negara yang menguasai hampir 9 bahasa salah satunya adalah bahasa korea. Berkat ketekunan dan kepiawaiannya, tidak heran jika Adinda menjadi Korean Translator atau penerjemah bahasa korea dan sukses menjadi konten kreator yang konten-kontennya menginspirasi anak muda. Bahkan baru-baru ini, Adinda berhasil memenangkan sebuah ajang kompetisi di salah satu stasiun televisi di Korea Selatan.

***

Pentingnya orang tua menghargai dan mendukung apa yang disukai oleh anak dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya. Jangan sampai terlena karena tidak bisa membagi waktu kapan saatnya belajar dan istirahat.

Mengidolakan Kpop bukanlah sesuatu yang buruk. Ketertarikan anak pada budaya Korea menjadikannya bisa belajar dan mengetahui banyak hal seperti bahasa asing, pakaian, dan masakan khas misalnya kimchi, bulgogi, dan Tteobokki, sepanjang anak mematuhi norma. Sampaikan pula kepada anak bahwa segala sesuatu yang berlebihan pasti akan merugikan.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun